Mohon tunggu...
Veronica Maureen
Veronica Maureen Mohon Tunggu... Penulis - Communication Science Student

I am a communication student who loves to write and tell inspirational stories. Interested in environmental issues and sustainable living.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Manday, Olahan Cempedak Hasil Hutan Kalimantan

18 Februari 2020   20:03 Diperbarui: 20 Februari 2020   01:59 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika berbicara tentang hutan, pengalaman hidup paling mengesankan bagiku adalah perjalanan-perjalananku ke hutan. Beberapa kesempatan ketika aku duduk dibangku SMA aku melakukan perjalanan ke hutan. Dimulai dari perjalanan bersama tim Pecinta Alam sekolah, maupun dalam perjalanan misi menuju Kalimantan untuk tinggal (live in) bersama dengan warga disana.

Dari beberapa pengalaman tersebut, menjadikan hutan memiliki ruang tersendiri dalam ingatanku, menenangkan dan menyenangkan. Aku percaya bahwa alam selalu memberi baik, menyediakan kebutuhan-kebutuhan hidup dan menjadi tempat tinggal bagi makhluk hidup, termasuk manusia sendiri. 

Pepohonan rindang dan bebunyian serangga yang khas memberikan ketenangan sekaligus kenyamanan bagiku. Semacam menjadi pelarian dalam keseharianku yang menyesakkan.

Perjalanan pertamaku di kelas 10 SMA ialah ke Stasi Malangkaian, Kecamatan Hampang di Provinsi Kalimantan Selatan. Daerah ini dapat dikatakan jauh dari perkotaan dan masih berlokasi di tengah hutan-hutan Kalimantan. Listrik hanya terbatas pada genset dan tidak memiliki aliran air PDAM.

Aku tiba di Banjarmasin dan bertolak menuju lokasi selama sekitar 8 jam perjalanan dengan beberapa kali persinggahan. Selama 2 minggu lamanya, aku tinggal bersama warga. Aku tinggal bersama bapak, ibu dan adik-adik. 

Di rumah, ibu dan bapak tidak fasih berbahasa Indonesia. Hal ini membuat banyak percakapan hanya dalam bentuk percakapan singkat dengan bahasa yang sederhana.

Dalam kesehariannya, aku ikut ibu untuk memasak dan berkegiatan di rumah. Terkadang mengikuti bapak untuk ke ladang. Dalam proses memasak dan menyiapkan makanan, biasanya ibu mengambil bahan-bahan langsung dari belakang rumah (yang langsung berhadapan dengan lahan hutan dan sungai). Entah memetik beberapa jenis sayur atau kadang bapak yang memancing ikan dari sungai dan langsung diolah oleh ibu.

Air mandi dan kebutuhan sehari-hari untuk mencuci diambil dari sungai atau menadah air hujan. Sehingga aku tidak dapat mandi dan beraktivitas menggunakan air secara bebas. 

Dalam beberapa kesempatan aku juga mencoba mandi dan ikut ibu untuk mencuci di sungai. Sungguh pengalaman yang menegangkan! Hahaha.. Tidak disangka itu sangat menyenangkan dan juga menakutkan. Aku tidak dapat berenang, dan dengan arus sungai yang cukup tinggi aku hanya bisa berpegangan pada bambu-bambu yang terpasang di sisi-sisi sungai.

Untuk masalah perut, aku akui aku bukan orang yang rewel dan susah makan. Aku selalu menyebut diriku 'omnivora'! Hahaha karena aku jarang pilih-pilih makanan dan selalu memakan apa yang ada dan disajikan. 

Oleh karena itu, dalam pengalamanku di Malangkaian, aku tidak memiliki kesulitan untuk beradaptasi dalam hal makanan.

Diantara berbagai olahan makanan yang aku santap selama 2 minggu disana, ada 2 makanan yang paling favorit dan menjadi kesukaanku. Tidak pernah aku menemui kedua makanan ini di Surabaya (kota asal dan tempat tinggalku), yaitu : tumis rebung muda dan manday!

Tumis Rebung

Oke, aku akui bahwa sebenarnya rebung atau bambu muda juga banyak ditemui di kota-kota. Bahkan salah satu bahan dalam makanan lumpia pun mengandung rebung. Akan tetapi, yang selama ini aku ketahui ialah rebung mengeluarkan bau yang cukup menyengat, yang jika tidak diolah dengan baik maka akan sangat menganggu. 

Nah, di Malangkaian tumis rebung sederhana yang aku makan disana tidak berbau sama sekali! Padahal bumbu dan cara pengolahannya sederhana. Hanya ditumis dengan bawang putih dan diberi sedikit kecap manis. 

Namun rasanya benar-benar lembut dan sungguh nikmat! Apalagi menyantap ketika masih hangat. Sungguh enak! Sayangnya, saya tidak memiliki dokumentasinya. 

Saya juga menceritakan mengenai pengalaman saya makan rebung selama ini, menurut ibu alasannya adalah karena rebung yang diolah disana masih sangat segar. 

Setiap rumah dapat menanam dan memotong langsung ketika hendak dimakan, sehingga benar-benar langsung diolah. Hal inilah yang menjadikannya tidak berbau menyengat!

Manday
Nama makanan ini mungkin terkesan dan terdengar seperti hari Senin dalam Bahasa Inggris. Namun ini tidak ada hubungannya sama sekali. Olahan masakan Mandey merupakan olahan makanan dari buah Cempedak yang diasinkan.

Cara membuatnya cukup mudah. Bagian kulit dan isi Cempedak yang telah dilepaskan dari kulit luarnya dan biji dapat diletakan dalam toples atau wadah lain yang diisi dengan garam. Tentunya karena diasinkan, jumlah garam juga harus mencukupi untuk menutupi keseluruhan Cempedak. 

Setelah itu, wadah berisi Cempedak yang telah diberi garam dapat disimpan minimal 1 bulan untuk kemdian dapat dimakan. Olahan asinan ini dapat bertahan hingga tahunan tanpa harus disimpan di dalam lemari pendingin!

Ketika hendak mengonsumsinya, buah Cempedak dapat dikeluarkan dari wadah dan dicuci, ditiriskan dan diperas sebelum kemudian digoreng. Yang lebih favorit lagi untuk aku ialah buah yang disuwir-suwir hingga menjadi lebih kecil dan tidak utuh. Karena ketika digoreng seluruh bagian akan lebih renyah dan begitu lezat! 

Jangan tanyakan rasanya, memang rasa asin terasa namun diluar itu rasanya sungguh enak! Aku bingung harus bagaimana mendeskripsikannya karena menurutku aku tidak pernah merasakan cita rasa makanan yang menyerupai Mandey. Ada sebersit rasa seperti tempe namun juga tidak dapat dikatakan mirip. 

Aku tidak keberatan harus menambah nasi demi dapat makan Mandey lebih banyak lagi! Hahaha.. Belum lagi kalau dinikmati dengan sambal bawang.

Dan tentu, untuk mendapatkan Buah Cempedak ibu dan bapak hanya perlu menunggu buah yang sudah masak jatuh dari pohon atau juga dapat memanjat dan memetik buahnya langsung dari pohon. 

Cempedak membutuhkan banyak air untuk tumbuh, oleh karena itu buah ini banyak ditemui tumbuh di hutan hujan tropis, salah satunya di Kalimantan.  

Buah ini memang sering disamakan dengan Nangka, namun biasanya ukurannya lebih kecil dan memiliki aroma yang lebih menyengat. Dan tentunya harus tetap mengonsumsi buah ini dalam batas jumlah yang wajar karena buah ini mengandung Ascobic Acid yang dapat membuat gas di dalam lambung. 

Selama pengalamanku, aku tidak pernah mengalami gejala penyakit apapun. Jadi olahan Manday ini aman untuk dikonsumsi selama pengolahan, penyimpanan dan penggorengan secara tepat dan juga bersih.

Mengonsum Cempedak juga memiliki banyak manfaat, beberapa diantaranya ialah meningkatkan penglihatan, mencegah risiko stroke, menjaga daya tahan tubuh dan mengusir parasit yang ada di dalam tubuh.

Tumis Rebung dan Manday Goreng adalah dua makanan favoritku selama aku tinggal di Kalimantan. Selain itu, makanan-makanan lain pun aku juga menyukai karena banyak yang langsung diolah segar diambil dari hutan sebagai sumber makanan. 

Dua makanan ini sangat mudah untuk diolah, sehingga dapat menjadi alternatif pilihan menu makanan sehari-hari. Selain itu banyak manfaat juga yang didpatkan dari mengonsumsi makanan yang langsung dari alam.

Dengan mengonsumsi makanan dengan bahan baku produk lokal, maka kita juga akan mengurangi penggunaan emisi gas karbon karena proses produksi dan pengiriman tidak membutuhkan banyak waktu dan bahan bakar. Selain itu, dengan mengonsumsi makanan dari alam Indonesia, juga dapat meningkatkan pengetahuan akan keanekaragaman hayati dan kemudian menjaga dan melestarikan kekayaan alam kita.

Hutan harus kita jaga, begitu juga dengan keankaragaman hayati - flora dan fauna yang terdapat didalamnya. Bukan berarti kita tidak boleh mengonsumi, yang terutama adalah mengonsumsi dengan bijak dan tida mengeksploitasi alam secara berlebihan.

Sumber: dok. pribadi
Sumber: dok. pribadi
Artikel ini dibuat untuk penulisan artikel bertema Hutan adalah sumber pangan oleh blogger perempuan dan WALHI. Dalam berbagai kesempatan dan kunjunganku ke hutan, aku merasakan betul bagaimana hutan menyediakan segala kebutuhan manusia terlebih sumber makanan. 

Maka itu kita perlu menjaga dan melestarikan hutan Indonesia agar hutan sebagai sumber pangan dapat dijalankan secara berkelanjutan untuk generasi-generasi mendatang.

Harapanku, ialah masyarakat Indonesia semakin sadar akan peran hutan yang begitu besar akan kebutuhan hidup manusia. Dua contoh makanan yang aku sebutkan hanya sebagian kecil dari yang hutan sediakan. Oleh karena itu, mari kita konsumsi produk lokal dan mari kita jaga hutan kita!

Sumber referensi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun