Mohon tunggu...
Veronica Ari
Veronica Ari Mohon Tunggu... Guru - Ad maiorem Dei gloriam

Seorang guru SD yang sudah 14 tahun mengajar, seorang istri, dan calon ibu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tahap Perkembangan Psikososial Erik Erikson

23 November 2021   14:19 Diperbarui: 23 November 2021   14:26 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seorang psikolog asal Jerman, lahir di Frankfurt pada tanggal 15 Juni 1902 yang terkenal dengan teori tahap perkembangan pada manusia, Erik Erikson. Menurut Erikson, kepribadian manusia sejak bayi hingga dewasa akan berkembang sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan. 

Dalam tahapan-tahapan tersebut manusia akan mengalami sebuah krisis psikososial yang akan berdampak positif juga negatif bagi perkembanganya. 

Jika seseorang berhasil dalam menyelesaikan setiap tahapannya, maka akan menghasilkan kepribadian dengan perolehan kebajikan dasar yang mana akan digunakan untuk menyelesaikan krisis yang muncul selanjutnya. Sedangkan jika seseorang megalami kegagalan maka akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menyelesaikan tahapan selanjutnya.

Berikut kedelapan tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson:

1. Kepercayaan vs Kecurigaan

Tahap ini berlangsung pada anak usia 0 -- 18 bulan. Pada tahap ini seorang bayi sudah terbentuk rasa percaya terhadap orang terdekatnya, orang tuanya atau pun pengasuhnya. 

Jika dalam pengasuhannya seorang anak memperoleh kasih sayang dan rasa cinta maka anak tersebut akan berkembang ke arah positif, tetapi jika pengasuh mengalami kegagalan, anak tidak dapat mempercayai orang dewasa dalam hidupnya. Tentang percaya dan tidak percaya dalam diri seseorang pasti tidak akan mencapai pada posisi 100% melainkan dibutuhkan keseimbangan dari keduanya.

2. Otonomi vs Rasa Malu dan Keraguan

Tahap ini terjadi pada masa balita, yaitu 18 bulan -- 3 tahun atau Early Childhood. Pada tahap ini anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tumbuh kembangnya, misalnya; belajar merangkak, berjalan, dan berbicara. 

Tahap ini seorang anak sudah memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat yang akan membatasi kemampuan dalam mengekspresikan diri sehingga ia akan meminta pertolongan dan persetujuan dari orang tuanya yang berperan sebagai kontrol. 

Dalam mengontrol pun hendaknya orang tua tidak terlalu berlebihan agar tidak timbul kerahuan dalam diri seorang anak, karena keraguan yang terus menerus akan mengakibatkan anak menjadi penyendiri.

3. Inisiatif vs Kesalahan

Tahap ini berlangung pada usia 3 -- 6 tahun. Dalam tahapan ini seorang anak mulai inisitif berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya sehingga menimbulkan rasa ingin tahu terhadap segala hal yang dilihatnya dan berinisiatif mencari tahu. Anak yang berhasil dalam tahapan ini akan memiliki rasa mampu untuk memimpin orang lain akan tetapi jika pada tahap ini seorang anak mengalami kegagalan maka akan cenderung memiliki rasa bersalah.

4. Kerajinan vs Rasa Rendah Diri

Tahap ini terjadi pada anak usia 6 -- 12 tahun, dimana seorang anak memasuki usia sekolah dan memperoleh berbagai pengalaman akademik yang dikembangkan di sekolah sehingga dapat dikatakan pada tahapan ini anak-anak maemasuki pada dunia nyata. 

Pada tahap ini, anak akan belajar dari seorang guru bagaiamana bertanggung jawab, dan mulai senang belajar bersama teman-teman di kelasnya. Keberhasilan dalam tahap ini akan menghasilkan kompetisi, sebaliknya kegagalan akan menghasilkan perasaan rendah diri. 

Pada tahap ini juga seorang guru harus melakukan hal-hal yang dapat memotivasi keberhasialnnya, misalnya dengan memberikan pujian,  memberikan kesempatan yang sama  dengan teman-teman lainnya, dan juga melakukan kerja sama dengan orang tua siswa. 

Sebaliknya, hal yang harus dihindari atau tidak boleh dilakukan oleh guru yaitu pilih kasih (hanya anak-anak yang menonjol saja yang diberi kesempatan) dan tidak boleh memberikan label pada anak karena dapat membuat mereka merasa rendah diri dan tidak diperhatikan.

5. Identitas dan Kebingungan Peran

Tahap ini merupakan tahap remaja, tahap remaja diawali dengan masa pubertas dan akan berakhir sekitar pada usia 18 tahun. Tahap ini merupakan masa-masa bergejolak, dimana remaja mencari identitas pribadi dan pencarian jati diri. Jika seorang remaja dalam mencari jati diri menemukan dan bergaul dalam lingkungan yang baik maka akan tercipta identitas yang baik. 

Namun sebaliknya, jika bergaul dalam lingkungan yang kurang baik maka akan timbul kekacauan identitas pada diri remaja tersebut. Karena lingkungan semakin luas tidak hanya pada lingkup keluarga saja melainkan juga lingkup sekolah dan masyarakat.

6. Keintiman dan Isolation

Tahap ini terjadi pada usia 18 -- 40 tahun atau disebut masa dewasa awal. Pada tahap ini seseorang perlu membentuk hubungan yang intim dan penuh kasih dengan orang lain. Jika mengalami kegagalan maka akan muncul rasa keterasingan, isolasi dan menimbulkan jarak dalam berinteraksi. Namun, jika berhasil akan menumbuhkan suatu interaksi yang kuat, langgeng, dan aman.

7. Generativitas vs Stagnasi

Pada tahap ini disebut masa dewasa tengah, yang terjadi pada usia 40 -- 65 tahun, dimana seseorang fokus pada karir dan keluarga. Jika berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa memberikan kontribusi terhadap lingkungannya dengan berpartisipasi dalam rumah  atau komunitas. 

Namun, jika mengalami kegagalan maka akan merasa tidak produktif. Rasa penyesalan akan membuat seseorang mengisolasi dirinya dari lingkungan di sekitarnya.

8. Integritas vs Keputusasaan

Tahap ini disebut dengan tahap usia lanjut yaitu usia 65 tahun ke atas. Pada tahap ini seseorang lebih fokus pada refleksi diri dengan melihat kembali peristiwa-peristiwa kehidupan yang telah dijalani. Apakah mereka bahagia dengan kehidupan yang telah dijalani atau sebaliknya ada penyesalan dari hal-hal yang mereka lakukan atau tidak lakukan.

Teori ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah mencakup perkembangan sepanjang hidup manusia dan sangat realistis, seseorang yang membentuk identitas pribadi yang kuat selama masa remaja lebih mampu membentuk hubungan intim selama awal masa dewasa. 

Selain kekuatan, yang menjadi kelemahan dari teori ini adalah tidak semua orang mengalami kasus yang sama pada setiap tahapannya, selain itu tidak dijelaskan juga jenis pengalaman seperti apa yang diperlukan pada setiap tahap perkembangan agar berhasil menyelesaikan konflik dan melanjutkan ke tahap berikutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun