[caption id="attachment_207719" align="aligncenter" width="457" caption="gambar : Tempo.co"][/caption]
Sepekan terakhir, ketika seluruh anak bangsa ini tengah sibuk mempersiapkan diri merayakan HUT ke-67 Proklamasi RI dan Idul Fitri, aparat keamanan disibukan dengan munculnya sejumlah kasus teror berupa aksi penembakan, dan pelemparan granat di Solo dan Papua.
Barangkali tak ada kaitan langsung anttara teror Solo dan Papua, baik motif maupun pelakunya. Tetapi insiden yang terjadi di seputar hari besar negara dan agama ini, tentu saja membuat kita sebagai bangsa prihatin. Tampaknya momentum hari besar keagamaan dan negara sudah tak lagi mendapatkan 'rasa hormat' di hati sekelompok orang.
Tentang aksi Teror di Solo sudah banyak analisis yang mengulasnya. Tulisan ini lebih fokus mengangkat tentang peristiwa terkini terkait teror yang terjadi di Papua.
Berbeda dengan kejadian beberapa bulan lalu yang hanya terpusat di Jayapura dan beberapa kota di sekitarnya, aksi teror kali ini menyebar di beberapa wilayah.
Kamis, 16 Agustus 2012 sekitar pukul 20.15 WIT Sebuah kios di kompleks pasar di Distrik Obano, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua, diberondong peluru dari OTK. Satu nyawa melayang dan dua rekan korban mengalami luka tembak. Korban tewas bernama Mustafa (20) akibat terkena tembakan di batang leher, sedangkan korban luma adalah Ahiar dan Basri. Hari yang sama (Kamis,16/8/2012) sekitar jam 6 pagi di areal PT Freeport, Mimika juga terjadi aksi penembakan. Lokasi kejadian di Mile Point 41. Sebuah bus bernomor 140-120 yang dikemudikan oleh Frangky Salamahu yang 2 penumpang dari Mile 50 menuju ke Mile 40 ditembaki OTK dan mengenai bagian sebelah kanan bus. Tidak ada korban jiwa, namun pengemudi bus terkena serpihan kaca kemudian dilarikan ke Klinik Kuala untuk mendaptkan perawatan.
http://www.suarapembaruan.com/home/jelang-hut-ri-ke-67-penembakan-terjadi-di-papua/23580 Sabtu 18 Agustus 2012 sekitar pukul 13.00 WIT giliran seorang pegawai negeri sipil Dinas Kehutanan, Ayub Notanubun, harus meregang nyawa di sekitar wilayah Perbatasan Keeorom (Perbatasan RI-PNG). Korban dan sopirnya bernama Dominggus saat itu dari arah Jayapura menuju Arso 4 mengangkut semen. Ketika sedang melintas di jembatan Skanto (jembatan yang menjadi wilayah perbatasan RI-PNG), mobil dinas Kehutanan yang dikendarai korban diberondong tembakan.
Masih di wilayah Keerom, pada 10 Agustus 2012 pukul 09.00 WIT juga terjadi aksi penembakan oleh sekelompok orang tak dikenal sekitar 6 orang. Korban penembakan adalah Serda Dwi Joko dan Prada Nico saat sedang berpatroli. Serda Dwi Joko terkena tembakan di kaki kiri dan Prada Nico tertembak di pelipis kiri. Setelah dievakuasi ke RS Marthen Indey Kota Jayapura untuk mendapatkan perawatan medis, nyawa kedua korban yang bertugas di Pos Pengamanan Perbatasan Republik Indonesia dan Papua Nugini itu, dikhabarkan selamat.
Di Merauke, pada Minggu (19/8) subuh, seorang pegawai Kantor Otoritas Bandara Wilayah X Papua, bernama Vian (24) ditembak oleh seorang lelaki yang belum diketahui identitasnya di Jalan Husen Palela, Merauke. Korban mengaku saat itu hendak pulang dari rumah temannya melalui jalan Husen Palela. Namun, di tengah jalan ada sebuah mobil berhenti dalam posisi menghalangi jalan. Korban meminta kepada pengendara mobil agar mobil dipinggirkan sehingga mereka bisa lewat, namun kaki korban justru ditembak dengan senjata api oleh pengendara mobil itu. Korban saat ini masih dirawat di RSUD Merauke.
Klarifikasi OPM
Terkait aksi penembakan di Paniai, Media online Tempo.co merilis klarifikasi pimpinan TPN-OPM di Paniai. Juru bicara TPN/OPM Devisi II Makodam Pemka IV Paniai, Leo Yeimo membenarkan bahwa penembakan di Paniai (16/8/2012) malam itu dilakukan oleh anggota OPM. “Benar, ada anggota dari Divisi II di Obano yang menembak,” kata Leo Yeimo.
Penembakan itu, ujar Leo, bertujuan untuk menggagalkan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-67 di Paniai.
“Kami mau bukan bendera Merah Putih yang berkibar di Papua, kami mau Bintang Kejora yang dikibarkan, kami sekarang di hutan dan terus berjuang,” ujarnya. http://www.tempo.co/read/news/2012/08/18/058424336/Lagi-Seorang-Warga-Ditembak-di-Papua?utm_source=twitterfeed&utm_medium=twitter Mengapresiasi berita Temp.co itu, Seorang pembaca Tempo dengan nama akun Usman hamid, menulis komentar cukup menggigit : ”Mana neh suara an**ng2 pegiat ham, kontras, imparsial, elsham, HRW, HRWG...giliran yang menembak OPM kok gak ada reaksi. Sudah ketahuan neh para pegiat ham memang pesanan asing, kaki tangan asing yang ingin memecah belah NKRI. Sudah saatnya rakyat indonesia bersatu melawan anjing2 asing dengan dalih ham, darah mereka halal...”
Semoga aksi-aksi penembakan tersebut segera berakhir, agar Papua menjadi Tanah Damai yang didambakan seluruh anak bangsa segera terwujud.
Bersambung.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H