[caption id="attachment_352935" align="aligncenter" width="512" caption="gambar: www.papua.us"][/caption]
Enam putra Papua menerima penghargaan Bintang Mahaputera Utama dan Bintang Jasa Nararya, yang diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara Jakarta, pada Rabu (13/08/2014). Penganugerahan penghargaan itu dilakukan dalam rangka HUT Kemerdekaan RI ke-69 tahun 2014, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 65/TK/tahun 2014 tanggal 11 Agustus 2014 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera.
Dari enam tokoh Papua itu, tiga di antaranya adalah mantan tokoh OPM (Organisasi Papua Merdeka), yaitu Nicolaas Jouwe yang menciptakan bendera bintang kejora (bendera OPM), Franzalber Joku, dan Nick Messet. Ketiganya menerima Bintang Jasa Nararya.
Sedangkan tiga tokoh Papua lainnya, yaitu Abraham Ataruri (Gubernur Papua Barat), Pdt. Lipiyus Biniluk (Komisaris Bank Papua dan Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Kristen se-Papua), dan Constant Karma (mantan Wakil Gubernur dan Sekretaris Daerah Papua) menerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama.
Bintang Jasa Nararya, merupakan penganugerahan tanda kehormatan Republik Indonesia atas jasa luar biasa di berbagai bidang yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan serta kemakmuran bangsa dan negara.
Khikmat mengikuti upacara
Menggunakan kursi roda, Nicholas Jouwe terlihat sangat khidmat mengikuti upacara penganugerahan tersebut. Sementara dua teman seperjuangnnya yaitu Franzalbert Joku dan Nick Messet juta turut hadir menerima tanda penghargaan Bintang Jasa Nararya di istana Negara tersebut.
Nicholaas Jouwe kembali ke Tanah Air tahun 2010 setelah lebih dari 40 tahun hidup di Negeri Belanda. Tiga tahun sebelumnya, ( 2007) Ondofolo Franzalbert Joku meninggalkan Papua Nugini (PNG) untuk kembali berbhakti kepada Indonesia. Di PNG, tahun 2006 Ondofolo Franzalbert Joku pernah menerima anugerah Bintang Kehormatan “Officer of the Order of Logohu” dari Pemerintah setempat atas jasa-jasa, prestasi dan pengabdiannya untuk kemajuan negeri itu di bidang jurnalistik, Politik dan Pemerintahan.
Tahun yang sama (2007) Nicholas Simione Messet meninggalkan Swedia tempat pengasingannya dan kembali ke Indonesia. Sebelum ke Swedia, Messet sempat tinggal di PNG selama beberapa tahun. Atas rekomendasi Pemerintah PNG, Nick Messet mengikuti pendidikan penerbangan di Australia dan menjadi pilot pertama dari PNG, sekaligus menjadi orang Papua pertama yang menjadi pilot.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, Nick Messet dan Ondoafi Franzalbert Joku dipercayakan mewakili pemerintah Indonesia menjalankan diplomasi luar negeri secara intensif, khususnya menyangkut isu Papua.
Penghargaan yang diterima oleh tiga mantan OPM itu merupakan apresiasi Pemerintah Indonesia terhadap orang Papua yang pernah berseberangan dengan Pemerintah, namun setelah "bertobat" mereka lantas berkontribusi positif bagi perdamaian di Tanah kelahiran mereka, Papua.
Sekaligus bukti bahwa Pemerintah Indonesia tidak menganganggap mereka yang masih berseberangan secara ideologi sebagai musuh negara. Upaya pendekatan secara persuasif terus digalakan, bahkan dana rekonsiliasi sudah disiapkan bagi anggota OPM yang mau kembali menjadi masyarakat biasa dan bekerjasama dengan Pemerintah daerah membangun Papua agar semakin maju dan mandiri.
(Dirangkum dari berbagai sumber)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H