[caption id="attachment_381785" align="aligncenter" width="405" caption="aneka barang dagangan Mama-Mama Pasar Papua (dok. pribadi)"][/caption]
Judul yang membingungkan. Sama bingungnya dengan saya yang menyaksikan acara ini dari dekat.Sekitar 600 orang Mama-Mama Pasar yang sehari-harinya berjualan di 'Pasar Mama Papua' di Kota Jayapura ini merayakan Hari Ibu pada peringatan Hari HAM sedunia. Dari tulisan pada back drop panggung langsung diketahui pihak mana yang mendonasi kegiatan ini.
[caption id="attachment_381786" align="aligncenter" width="454" caption="suasana perayaan "]
Sangat tampak kegembiraan di wajah mereka. Menanggalkan sejenak rutinitas berjualan, karena “kantor” mereka sedang dipakai untuk menggelar acara ini. Pada peringatan “Hari Ibu” ini mereka isi dengan ibadat syukur, sambutan-sambutan dari sejumlah wanita ( ada aktivis, anggota DPR Papua, dan perwakilan Pemerintah Provinsi) dilanjutkan dengan panggung gembira, life music. Mama-mama yang suaranya bagus menyanyi di panggung dan Mama-mama yang lain menari tertib di sekitar panggung. Juga diisi dengan berbagai lomba, seperti lomba tarian khas dari masing-masing daerah, serta kontes ratu luwes.
[caption id="attachment_381789" align="aligncenter" width="501" caption="Lomba "]
Pesan yang ingin disampaikan dalam ‘kontes ratul luwes’ ini adalah kendati Mama-mama ini hidup suasana yang keras di pasar, namun toh mereka tetap seorang wanita yang harus memberikan kelembutan dalam keluarganya masing-masing. “Mereka juga adalah tulang punggung ekonomi keluarga, yang bangun sebelum matahari terbit dan baru tidur setelah mata suami dan anak tertutup,” demikian salah satu isi sambutan seorang anggota DPR Papua yang hadir dalam acara tersebut.
[caption id="attachment_381791" align="aligncenter" width="458" caption="Mama Dolfiance Sraun (kanan) menjadi pemenang pertama Kontes Ratu Luwes. Mama Dolfiance Sraun inilah salah satu dari tiga Mama papua yang menerima potongan tumpeng dari Presiden Jokowi di Monas pada 20 Oktober 2014."]
Entah siapa yang mulai memberi nama, Mama-mama ini dikenal dengan sebutan ‘Mama-Mama Pasar Papua’. Sebutan yang sekaligus juga dilekatkan sebagai ‘predikat’ lantaran sehari-harinya Mama-Mama ini berjualan di sebuah pasar dengan nama “Pasar Sementara Mama-Mama Pedagang Asli Papua”.
[caption id="attachment_381792" align="aligncenter" width="457" caption="Lomba tarian khas (dok pri)"]
Tempatnya tidak begitu luas, hanya sekitar 1.500 meter persegi, beratapkan tenda dengan konstruksi baja. Bangunan ini cukup menyolok karena terselip di antara bangunan-bangunan permanen di sekitarnya seperti Hotel, mall, kantor dan Ruko. Konstruksi pasar tersebut cocok dengan tulisan ‘sementara’ pada plank ‘permanen’ dari beton yang berdiri kokoh di sisi jalan utama Kota Jayapura ini.Letak pasar ini terkesan dipaksakan “harus” berada di sana. Padahal kalau dinilai dari total asset yang dijual Mama-mama tersebut (mohon maaf) tidak seberapa. Karena barang dagangan mereka adalah hasil kebun musiman seperti sayur, ubi, buah-buahan, bunga pepaya, sirih-pinang dan aneka ragam kerajinan tangan seperti tas Noken, gelang dan perhiasan khas Papua lainnya.
[caption id="attachment_381793" align="aligncenter" width="477" caption="terselip di tempat "]
Usut punya usut, ternyata ia memiliki riwayat panjang. Delapan tahun para aktivis Solpap (Solidaritas Pedangan Asli Papua) memperjuangkan nasib mama-mama itu agar punya pasar sendiri. Kepedulian itu lahir lantaran Mama-mama ini sering berurusan dengan Trantib dan Linmas Walikota yang mengusir mereka berjualan sirih-pinang di depan ruko atau mall. Dan akhirnya dengan bantuan anggota DPR setempat mereka berhasil mendapatkan lokasi ‘sementara’ yang adalah tanah milik DAMRI tersebut dengan persetujuan Gubernur Barnabas Suebu.
Tiga orang dari antara Mama-Mama Papua yang berjualan di tempat inilah yang pada 20 Oktober 2014 lalu diundang oleh Presiden Jokowi untuk menerima potongan tumpeng Syukuran Rakyat di Monas, Jakarta. Mereka adalah Yuliana Pigay, Miriam Awarawi dan Dolfiance Sraun.
Menurut keterangan salah seorang pengurus Pasar, Robert Jitmau, Presiden Jokowi sudah dua kali berkunjung ke pasar ini. Dalam kunjungan ke-2, tanggal 5 April 2014 bertepatan dengan hari pertama kampanye Jokowi sebagai Capres, Jokowi sekaligus mengundang tiga orang Mama tersebut datang ke Jakarta jika dirinya terpilih sebagai Presiden. Dan janji itu sudah ditepati oleh Presiden Jokowi.
[caption id="attachment_381795" align="aligncenter" width="560" caption="aktivitas harian di Pasar Mama mama Papua (selangkah.com)"]
Satu lagi janji Presiden Jokowi yang belum dipenuhi adalah membangun pasar permanen khusus untuk Mama-Mama Papua. Kabarnya, dalam kunjungan Presiden Jokowi untuk merayakan Natal Nasional di Jayapura akhir bulan ini, Presiden Jokowi sekaligus akan melakukan peletakan batu pertamapembangunan pasar permanen yang layak bagi Mama-Mama Papua.
Jika rencana itu nanti bisa terwujud, maka Mama-Mama Papua ini menjadi semacam “buku cerita yang hidup” berisikan kritik pedas terhadap seluruh kebijakan ekonomi Pemerintah selama ini yang tidak menumbuhkan keberdayaan orang asli Papua.
Maka dari itu, biarkanlah hari ini Mama-mama ini bersukacita karena setidaknya perjuangan (baca: HAM) mereka untuk diperlakukan setara dengan para pedagang mermodal besar telah mendapat respon positif dari bapak Presiden.Soal apakah hari ini hari HAM atau Hari Ibu, itu nomor dua. Seperti komentar pragmatis salah seorang Mama yang baru turun dari panggung habis berjoget: “Mo Hari HAM ka, Hari Ibu ka, torang malas tahu.”
Selamat Hari HAM dan Hari Ibu, Mama....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H