Mohon tunggu...
Verlene AlvinaWijaya
Verlene AlvinaWijaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Dance modern

Selanjutnya

Tutup

Beauty

14 atau 21? Gadis Remaja Sekarang Menua Lebih Cepat

13 November 2024   09:57 Diperbarui: 13 November 2024   09:59 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"You are so beautiful, and so smart, and it kills me that you don't think you're good enough."

- Gloria, Barbie 2023

Pernahkah Anda mendengar nama Britney Spears? Britney adalah penyanyi asal Amerika yang memulai karir bermusiknya saat berumur 15 tahun. Lagu debutnya yang berjudul "...Baby One More Time" menuai banyak kontroversi akibat lirik dan cara berpakaian Britney di video musik perdananya. Masyarakat umum terkejut dengan penampilan Britney yang cukup vulgar. Ia berpakaian seragam perempuan yang dimodifikasi sehingga memperlihatkan bentuk tubuhnya. Nilai kejut (shock value) yang dirasakan masyarakat saat menonton penampilan Britney Spears inilah yang berhasil membuat karirnya melejit. Selama karirnya, Britney menunjukkan penampilan yang seksi dan mengejutkan yang terus membuat orang-orang menunggu penampilan yang berikutnya.

Tapi mari kita pikirkan sejenak. Britney hanya berumur 16 tahun ketika "...Baby One More Time" rilis dan hanya berumur 17 tahun ketika album pertamanya dengan judul yang sama rilis. Bukankah ia masih anak di bawah umur? Mengapa ia menampilkan penampilan yang seksi yang sama sekali tidak sesuai dengan umurnya? Mengapa "keseksian" Britney Spears yang adalah anak di bawah umur berhasil menarik perhatian dari banyak orang? Bagaimana media terus mendorong remaja perempuan untuk berpakaian dan bertingkah seperti orang dewasa, dan bagaimana media sosial dapat mempengaruhi citra diri atau self image dari remaja perempuan?

Pertama, kita akan membahas tentang mengapa daya tarik seksual, terutama pada perempuan, dapat menarik begitu banyak perhatian. Istilah Sex Sells atau daya tarik seks menjual berakar kuat pada patriarki, di mana laki-laki melihat tubuh perempuan sebagai objek hanya untuk memuaskan nafsu mereka dan mereka mereduksi perempuan hanya pada tubuh atau daya tarik seks mereka. Sayangnya, semakin "menarik" seorang perempuan yang sesuai dengan standar kecantikan tidak realistis, semakin mereka diseksualisasi.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa industri entertainment didominasi oleh laki-laki. Mengutip dari artikel yang diunggah pada situs palanatine.org.uk, "Karakter perempuan/wanita cenderung di objektifikasi oleh industri film yang didominasi oleh laki-laki, yang menyebabkan karakter mereka untuk direpresentasi melalui hasrat seksual dari audiens laki-laki heteroseksual." (Mustin, 2024). Eksekutif industri entertainment menargetkan hasrat seksual dari audiens mereka, terutama audiens laki-laki, karena "seks lebih mudah diingat" (Why Sex Sells More Than Ever? Sex in the Advertisement World, 2023). Oleh karena itu, perempuan yang berada dalam industri entertainment yang terus disorot oleh publik didorong untuk memiliki daya tarik seks, dan bahkan anak-anak di bawah umur pun tidak terkecuali ke hal tersebut. 

Efek dari objektifikasi tubuh dan penampilan perempuan tidak hanya dirasakan oleh "yang di objektifikasi" tetapi audiens yang mengonsumsi konten mereka juga akan merasakan imbasnya. Di platform media sosial seperti TikTok, orang-orang semua umur dapat menonton video-video yang diunggah ke platform tersebut. Remaja dan anak-anak perempuan menonton video yang diunggah oleh wanita dewasa, lalu akan membandingkan diri mereka dengan apa yang mereka tonton. Remaja dan anak-anak perempuan di era digital ini dituntut untuk tampil lebih dewasa dan tidak sesuai umurnya karena: 1. Agar sesuai dengan standar kecantikan saat ini, 2. Agar tidak terkesan "ketinggalan zaman", dan 3. Agar tidak terkesan kekanakan. Tuntutan tersebutlah yang membuat mereka harus lebih cepat dewasa, padahal mereka masih anak-anak di bawah umur. Seharusnya mereka masih menikmati masa kecil mereka, tetapi mereka dipaksa untuk menyesuaikan diri ke standar kecantikan dan tren-tren yang tidak realistis. Akibatnya, banyak anak perempuan di bawah umur bergumul dengan citra diri mereka. Mental Health Foundation melaporkan 40% anak muda (54% anak perempuan) mengatakan bahwa gambar-gambar di media sosial membuat mereka khawatir akan citra tubuh mereka. 

Tetapi, isu ini masih bisa diatasi. Dengan upaya kolektif untuk mempromosikan body positivity yang bertujuan untuk mengatasi standar kecantikan tidak realistis, kaum perempuan berharap semua perempuan dari segala usia dapat menerima tubuh mereka dan mengetahui bahwa mereka tetap cantik. Apa yang dilihat di media sosial belum tentu sesuai dengan realita, sehingga kita tidak usah membandingkan diri kita dengan apa yang kita lihat. Kalian cantik apa adanya!

Daftar Pustaka

Body image in childhood. (n.d.). Mental Health Foundation. Retrieved November 10, 2024, from https://www.mentalhealth.org.uk/explore-mental-health/articles/body-image-report-executive-summary/body-image-childhood

Britney Spears | Biography, Songs, Albums, Documentary, & Facts. (2024, October 30). Britannica. Retrieved November 4, 2024, from https://www.britannica.com/biography/Britney-Spears

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun