Mohon tunggu...
Verlandi Putra
Verlandi Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Film

Tuhan Izinkan Aku Berdosa - Potret Menyakitkan Realita Indonesia

29 Mei 2024   19:43 Diperbarui: 29 Mei 2024   19:45 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita menyaksikan bagaimana Kiran, seorang perempuan yang begitu taat pada ajaran Islam harus menderita di tangan segelintir oknum bertingkah radikal. Mulai dari cemoohan, hinaan, kekerasan fisik, hingga pelecehan dan pemerkosaan sadis, semua terekam di layar dengan jelas dan vulgar. Tentu sajamengejutkan dan bahkan menyakitkan untuk disaksikan. Namun inilah realita yang harus kita telan dengan pahit. Di negeri yang katanya religius, faktanya masih ada sekelompok orang yang bersikap kontradiktif dengan dalih membela agama.

Hanung memang secara tegas mengkritik aksi-aksi radikal semacam itu yang dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. Ia juga menyoroti bagaimana keberagamaan di Indonesia masih terlalu permukaan dan kering nilai. Memang, mungkin ada maksud baik di balik tindakan mereka. Tetapi tetap saja jika dilakukan dengan cara-cara kekerasan dan pemaksaan, tentu sudah menyalahi ajaran Islam yang sesungguhnya.

Dengan caranya yang berani, Hanung seolah meneriakkan bahwa kemurnian beragama adalah hak setiap pribadi. Tak ada seorang pun yang berhak memaksakan keyakinannya terhadap orang lain. Terlebih jika disertai aksi kekerasan dan intimidasi seperti yang dialami Kiran. Inilah pesan krusial yang disampaikan Hanung melalui drama sarat tensi Tuhan Izinkan Aku Berdosa ini.

Film ini hadir sebagai obor kebenaran di tengah kegelapan masyarakat yang masih silau oleh kamuflase agama. Dengan caranya yang vulgar namun jujur, Tuhan Izinkan Aku Berdosa mengungkap fakta bahwa masih banyak perilaku menyimpang berkedok agama yang merajalela di sana-sini. Dari cemoohan, penghinaan, kekerasan fisik, hingga aksi-aksi asusila tak bermoral, semua terpapar tanpa tedeng aling-aling.

Memang kita tidak bisa menyamaratakan kalangan tertentu. Namun tontonan semacam ini menjadi tamparan keras bahwa sikap arogansi main hakim sendiri atas nama agama masih terjadi di sekitar kita. Kita perlu menyadari bahwa kemurnian beragama adalah hak setiap insan, tak perlu dipaksakan apalagi dengan cara-cara anarkis.

Sebagai penutup, inilah yang ingin disampaikan Hanung kepada penontonnya. Mengajak kita untuk mencermati bagaimana lingkungan agamis kita masih dihinggapi kemunafikan dan tindakan-tindakan tak bermoral. Lewat drama sarat tensi ini, sutradara berbakat itu bermaksud membuka mata kita semua untuk lebih bijak dalam memahami nilai-nilai spiritualitas agama. Bahwa sesungguhnya itu adalah perjalanan personal yang tak bisa digeneralisir oleh segelintir pihak bermental picik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun