Mohon tunggu...
Verlandi Putra
Verlandi Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurikulum Merdeka, Antara Mimpi dan Mimpi Buruk

10 Oktober 2023   11:01 Diperbarui: 10 Oktober 2023   12:05 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu tujuan utama dari Kurikulum Merdeka adalah meningkatkan kesadaran dan kemandirian dari siswa. Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran akan potensi diri, minat, bakat, dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Kemandirian yang dimaksud adalah kemandirian dalam belajar, bertanggung jawab atas pilihan-pilihan yang dibuat oleh siswa, dan berani menghadapi tantangan-tantangan yang dihadapi oleh siswa.

Sayangnya, kesadaran dan kemandirian dari siswa di Indonesia masih sangat rendah. Menurut studi dari UNESCO tahun 2020, hanya sekitar 40% siswa Indonesia yang memiliki kesadaran diri yang baik. Sebagian besar siswa Indonesia masih bingung tentang apa yang mereka sukai, apa yang mereka bisa, dan apa yang mereka inginkan. Sebagian besar siswa Indonesia masih mengikuti arus dan tekanan dari lingkungan sekitar, seperti sekolah, guru, orang tua, teman, dan media. Selain itu, banyak siswa Indonesia yang masih bergantung pada bantuan dan arahan dari orang lain. Mereka kurang berinisiatif, kreatif, dan inovatif dalam belajar. Mereka juga kurang berani, percaya diri, dan mandiri dalam mengambil keputusan.

Dengan kondisi seperti ini, bagaimana mungkin Kurikulum Merdeka dapat berjalan dengan baik? Bagaimana mungkin siswa dapat memilih mata pelajaran sesuai dengan minat dan bakat mereka, jika mereka tidak memiliki kesadaran diri yang baik? Bagaimana mungkin siswa dapat mengembangkan keterampilan abad 21, jika mereka tidak memiliki kemandirian yang baik? Bagaimana mungkin siswa dapat mendapatkan penilaian yang bermakna dan berdampak, jika mereka tidak memiliki motivasi dan tujuan yang jelas?

Bagaimana Solusi untuk Mengatasi Masalah Kurikulum Merdeka?

Setelah mengetahui beberapa alasan mengapa Kurikulum Merdeka tidak sesuai dengan realita di Indonesia, kita mungkin akan bertanya-tanya, apa solusi untuk mengatasi masalah ini? Apakah kita harus menolak atau menerima Kurikulum Merdeka? Apakah kita harus kembali ke kurikulum lama atau mencari kurikulum baru? Jawabannya tidak semudah itu. Tidak ada kurikulum yang sempurna dan cocok untuk semua situasi. Yang ada adalah kurikulum yang terus berkembang dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.

Oleh karena itu, solusi untuk mengatasi masalah Kurikulum Merdeka adalah dengan melakukan evaluasi dan revisi secara berkala dan komprehensif. Evaluasi yang dimaksud adalah evaluasi yang melibatkan semua pihak yang terkait dengan pendidikan, seperti siswa, guru, orang tua, akademisi, praktisi, pemerintah, dan masyarakat. Evaluasi ini harus dilakukan dengan menggunakan metode yang ilmiah, objektif, dan transparan. Revisi yang dimaksud adalah revisi yang mengakomodasi masukan dan saran dari semua pihak yang terlibat dalam evaluasi. Revisi ini harus dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang demokratis, partisipatif, dan inklusif.

Dengan melakukan evaluasi dan revisi secara berkala dan komprehensif, kita dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari Kurikulum Merdeka. Kita dapat mempertahankan kelebihan-kelebihan tersebut dan memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut. Kita dapat membuat Kurikulum Merdeka menjadi lebih relevan, efektif, dan efisien. Kita dapat membuat Kurikulum Merdeka menjadi lebih merdeka dari penindasan.

Penutup

Kurikulum Merdeka adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini memiliki visi yang mulia dan misi yang besar. Namun, Kurikulum Merdeka juga memiliki tantangan yang berat dan masalah yang kompleks. Kurikulum Merdeka bukanlah mimpi yang mudah diwujudkan. Kurikulum Merdeka juga bukanlah mimpi buruk yang harus dihindari.

Kurikulum Merdeka adalah sebuah proses yang harus dijalani dengan penuh kesadaran dan kemandirian. Proses ini membutuhkan kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia. Proses ini membutuhkan keterlibatan dan dukungan dari orang tua. Proses ini membutuhkan evaluasi dan revisi secara berkala dan komprehensif. Hanya dengan begitu, kita dapat membuat Kurikulum Merdeka menjadi kurikulum yang benar-benar merdeka.

Saya harap artikel ini dapat memberikan informasi dan inspirasi bagi Anda. Terima kasih telah membaca artikel ini sampai habis. Jika Anda memiliki pendapat atau pertanyaan tentang Kurikulum Merdeka, silakan tulis di kolom komentar di bawah ini. Saya akan senang mendengar dari Anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun