Politik Minus Substansi
Politik secara substansial sebenarnya berhubungan dengan bagaimana hajat hidup orang banyak dikelola, melalui proses pengambilan kebijakan dan keputusan oleh aktor-aktor politik. Maka, keterjebakan dalam debat politik yang tidak berhubungan dengan pengambilan keputusan dan kebijakan adalah tindakan sia-sia.
Situasi di mana logika media kian dominan atas politik, justru membuat isu-isu politik yang sampai kepada masyarakat cenderung tidak substantif. Media terlalu banyak mengabarkan isu-isu yang hanya berhubungan dengan sensasi, minus isu-isu penting tentang bagaimana hajat hidup orang banyak dikelola dan diputuskan.
Jika berita-berita politik di media terus saja mengedepankan sensasi dan mengabaikan substansi, lama-kelamaan persoalan politik menjadi kian banal. Jika keadaan ini terus berlanjut sampai taraf yang mencemaskan, saya khawatir nantinya publik akan merasa jenuh dengan politik. Keadaan ini bisa berimbas pada semakin tidak pedulinya masyarakat dengan politik, atau dalam bahasa Pippa Norris (2000) disebut sebagai civic malaise, yaitu kemalasan warga negara dengan politik yang bisa ditandai dari menurunnya tingkat partisipasi dalam pemilu.
Selain itu, berita-berita politik yang hanya mengumbar sensasi sesungguhnya tidak mencerdaskan publik. Sebab salah satu ciri kultur demokrasi yang baik adalah jika publik mampu memilih pemimpin dengan pertimbangan yang rasional, artinya pertimbangan yang didasarkan atas bagaimana track record seorang pemimpin menjalankan kebijakannya dengan baik bagi kepentingan publik.
Sebab itu, daripada menghabiskan banyak waktu dan energi untuk berdebat dalam persoalan yang tidak krusial, lebih baik Ahok dan Risma kembali fokus pada program yang sudah dicanangkan masing-masing. Dengan begitu, publik sendiri yang akan menilai mana pemimpin yang layak dan tidak, atas pertimbangan rasional berdasarkan prestasi dan capaian program yang berhasil dilaksanakan.
Noveri Faikar Urfan
Alumnnus Pascasarjana Ilmu Komunikasi UGM
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H