Mohon tunggu...
Elang Segara
Elang Segara Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang yang kuat dalam kelemahan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hari Perhentian

10 Oktober 2022   19:52 Diperbarui: 10 Oktober 2022   19:58 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit yang mendung dan gelapKenapa tak membuatmu terpesona?
Langit birukah yang kau cari?
Hanya langit jinggakah yang indah?

Ngeri dan suram langit gelap
Enggan bernaung di bawahnya
Hadirkan kenangan pahit
Hadirkan rasa sakit
Yang kucinta dibawaNya

Langit mendung dan gelap
Terang itu telah meredup
hadirkah Kau dalam kegelapan
hadirkah Kau dalam ratapan

Pikiranku melayang, tangisku meraung
rasa nyaman lenyap, aku bingung
Imanku ini tolong teguhkanlah
Percayaku ini mohon tegakkanlah

Oh langit gelap mendung
segeralah turunkan hujan
hiburkan hati berkabung
sembuhkan luka batin

Aku sedang berhenti di persimpangan
Di bawah naungan langit gelap
aku sedang menantiMu dalam keheningan
sentuh aku temukanMu dalam gelap

Oh jiwaku yang gundah gulana
Kembalilah nyaman dan tenang
Oh jiwaku yang merana karena duka
Berhentilah menangis meraung

Lihat, dalam naungan langit gelap
Dalam perhentianmu sehari
Ada tangan lembut mendekap
Ada cahaya hangat menyinari

Teruslah melangkah
Mengiring Dia
Berjalan bersamaNya
Dalam sukacita

Sampai kelak kau tiba
Di tempat perhentian abadi
Bertemu denganNya
Berjumpa dia yang kau cintai

*mengenang 5 tahun kepergian Ken. Hai Ken, kami merindukanmu. Mengenangmu  untuk mengingatkan bahwa hidup ini bukan milik sendiri. Walau menanti dengan sangat rindu akan hari perhentian itu, dalam jatuh bangun, kami tetap harus bertahan dan terus berjuang sampai akhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun