Mohon tunggu...
Veri Setiawan
Veri Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen | Penulis | Follow Instagram: @veri1165

Saya adalah seorang dosen yang iseng mengisi waktu luang dengan menulis. Dengan menulis kita akan membaca, Dengan membaca kita akan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

7 Fakta Menarik Tentang Sekolah Kedokteran STOVIA

13 Agustus 2024   16:25 Diperbarui: 13 Agustus 2024   18:39 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Sekolah Kedokteran Pribumi Pertama di Hindia Belanda

School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) didirikan pada tahun 1898 di Batavia (sekarang Jakarta) sebagai sekolah kedokteran pertama untuk pribumi di Hindia Belanda. STOVIA dibentuk untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis yang bisa melayani penduduk pribumi, sekaligus sebagai upaya pemerintah kolonial untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga medis Eropa yang jumlahnya terbatas pada masa itu.

Meskipun awalnya STOVIA didirikan dengan untuk kepentingan kolonial, institusi ini kemudian menjadi pusat pendidikan yang berperan penting dalam membentuk kaum intelektual dan nasionalis Indonesia. Alumni STOVIA tidak hanya menjadi dokter, tetapi juga tokoh-tokoh penting dalam pergerakan nasional Indonesia. Pendidikan yang mereka terima di STOVIA tidak hanya mencakup ilmu kedokteran, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya kesehatan masyarakat dan kemerdekaan bangsa.

2. Pendidikan di STOVIA Menggabungkan Ilmu Barat dan Lokal

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Kurikum di STOVIA dirancang untuk menggabungkan ilmu kedokteran Barat dengan pengetahuan lokal, sehingga menghasilkan tenaga medis yang mampu menjembatani dua dunia ini. Para siswa diajarkan berbagai disiplin ilmu kedokteran modern seperti anatomi, farmakologi, dan bedah, tetapi mereka juga diajarkan untuk memahami konteks sosial dan budaya masyarakat yang akan mereka layani.

Siswa STOVIA juga didorong untuk melakukan penelitian medis yang relevan dengan kondisi di Hindia Belanda. Hal ini membuat mereka tidak hanya menguasai ilmu kedokteran secara teoritis, tetapi juga memiliki keterampilan praktis yang dibutuhkan untuk menangani penyakit-penyakit yang umum di wilayah tropis. Ini menjadikan pendidikan di STOVIA unik dan sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat pada masa itu.

3. Biaya Pendidikan yang Terjangkau bagi Pribumi

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

STOVIA dikenal karena biaya pendidikannya yang terjangkau, sehingga dapat diakses oleh anak-anak pribumi yang cerdas namun tidak mampu membiayai pendidikan tinggi. Pemerintah kolonial menyediakan beasiswa dan berbagai bentuk bantuan finansial untuk siswa-siswa berbakat, dengan harapan bahwa mereka akan kembali dan melayani masyarakat pribumi setelah lulus.

Namun, keterjangkauan biaya ini juga disertai dengan ikatan dinas setelah lulus. Para lulusan STOVIA diwajibkan bekerja untuk pemerintah kolonial selama beberapa tahun sebagai bentuk pengembalian biaya pendidikan mereka. Meskipun demikian, banyak dari mereka yang tetap aktif dalam pergerakan nasional setelah ikatan dinas mereka berakhir, menunjukkan bahwa pendidikan di STOVIA tidak hanya membentuk mereka sebagai dokter, tetapi juga sebagai pejuang kemerdekaan.

4. Lingkungan Pendidikan yang Disiplin dan Ketat

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

STOVIA menerapkan lingkungan pendidikan yang sangat disiplin dan ketat, di mana siswa diharuskan mematuhi berbagai aturan yang diberlakukan. Kehidupan sehari-hari siswa diatur dengan sangat terstruktur, mulai dari waktu belajar, waktu istirahat, hingga waktu makan. Ini bertujuan untuk membentuk karakter yang kuat dan disiplin di antara para siswa, yang dianggap penting untuk profesi kedokteran.

Selain itu, para siswa STOVIA juga diharapkan memiliki etika kerja yang tinggi dan kepatuhan terhadap standar profesional dalam praktik kedokteran. Disiplin ini bukan hanya diterapkan dalam kegiatan akademis, tetapi juga dalam kehidupan sosial siswa di asrama, yang menjadi bagian integral dari pembentukan mentalitas mereka sebagai dokter masa depan.

5. Peran STOVIA dalam Pergerakan Nasional

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

STOVIA tidak hanya menjadi tempat pendidikan bagi calon dokter, tetapi juga menjadi tempat di mana ide-ide nasionalisme dan kemerdekaan mulai tumbuh dan berkembang. Banyak alumni STOVIA yang kemudian menjadi tokoh penting dalam pergerakan nasional Indonesia, seperti dr. Soetomo yang mendirikan Budi Utomo, organisasi pergerakan nasional pertama di Indonesia.

Sebagai tempat bertemunya para pemuda dari berbagai daerah di Nusantara, STOVIA menjadi wadah diskusi dan pertukaran ide yang kemudian memunculkan kesadaran akan pentingnya persatuan dan kemerdekaan. Hal ini menjadikan STOVIA tidak hanya berperan dalam bidang kesehatan, tetapi juga dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

6. Kontribusi STOVIA terhadap Kesehatan Masyarakat

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Selain mendidik para dokter, STOVIA juga berperan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di Hindia Belanda. Para siswa sering kali terlibat dalam program-program kesehatan masyarakat yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial, seperti kampanye pencegahan penyakit menular, layanan kesehatan gratis, dan program imunisasi.

Lulusan STOVIA juga banyak yang memilih untuk kembali ke daerah asal mereka dan membuka praktik medis di daerah yang terpencil, sehingga memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan akses layanan kesehatan di berbagai pelosok Nusantara. Ini menunjukkan bahwa pendidikan di STOVIA tidak hanya berfokus pada penguasaan ilmu, tetapi juga pada penerapan praktis yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

7. Transformasi STOVIA menjadi Fakultas Kedokteran UI

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Pada tahun 1927, STOVIA ditutup dan kemudian digantikan oleh Geneeskundige Hoogeschool (GHS) yang merupakan sekolah kedokteran pertama di Hindia Belanda dengan tingkat pendidikan yang setara dengan universitas di Belanda. GHS ini kemudian menjadi cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), yang saat ini menjadi salah satu institusi pendidikan kedokteran terkemuka di Indonesia.

Transformasi STOVIA menjadi GHS menandai langkah maju dalam pengembangan pendidikan kedokteran di Indonesia. Meskipun STOVIA telah bertransformasi, warisan dan pengaruhnya tetap hidup melalui Fakultas Kedokteran UI, yang terus melahirkan tenaga medis berkualitas yang berperan penting dalam sistem kesehatan Indonesia.

Sumber:

A.A. Loedin. 2010. Sejarah Kedokteran di Bumi Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Djoko Marihandono dan Harto Juwono. 2014. Perkembangan Pendidikan Kedokteran di Weltervreden: 1851-1926.  Jakarta: Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun