Mohon tunggu...
Verent Nia Inggrid Eviolya
Verent Nia Inggrid Eviolya Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

halo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kapten Pierre Tendean, Pahlawan Revolusi yang Gugur Muda

14 November 2024   15:15 Diperbarui: 14 November 2024   15:19 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapten Pierre Tendean lahir pada 21 Februari 1939 di Jakarta. Ia berasal dari keluarga terhormat; ayahnya, dr. A.L. Tendean, adalah seorang dokter yang berprofesi di berbagai lokasi di Indonesia, sementara ibunya, Cornell M.E., memiliki keturunan Perancis. Keluarga Tendean dikenal memiliki tradisi intelektual dan profesional yang tinggi.

Pierre Tendean menempuh pendidikan di Akademi Militer Jurusan Teknik (ATIKAD) mulai tahun 1958, di mana ia menunjukkan bakat yang luar biasa. Setelah lulus pada tahun 1962, ia menjabat sebagai Komandan Peleton Batalyon Zeni Tempur 2 Komando Daerah Militer II/Bukit Barisan di Medan. Selain itu, ia juga terlibat dalam operasi militer untuk menumpas pemberontakan PRRI di Sumatra dan berpartisipasi dalam konfrontasi dengan Malaysia pada tahun 1963. Karirnya terus berkembang dengan promosi pangkat menjadi Letnan Satu dan menjabat sebagai pengawal pribadi Jenderal Abdul Haris Nasution.

Pada malam 30 September 1965, ketika peristiwa Gerakan 30 September/PKI terjadi, Pierre Tendean terbangun mendengar keributan di sekitar kediaman Jenderal A.H. Nasution. Saat pasukan G30S/PKI mencoba menculik Jenderal Nasution, Pierre berusaha menolongnya. Namun, ia ditangkap oleh pasukan tersebut karena disangka sebagai Jenderal Nasution. Tendean kemudian diculik dan dibunuh oleh anggota PKI setelah mengalami penyiksaan. Jasadnya ditemukan kemudian dimasukkan ke dalam sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta.

Sebagai penghormatan atas pengorbanannya, Kapten Pierre Tendean dianugerahi kenaikan pangkat anumerta dan gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan Keputusan Presiden pada tahun 1965. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Nama dan jasanya tetap dikenang sebagai inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus berjuang demi keadilan dan kedaulatan bangsa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun