Mohon tunggu...
Verena Patricia
Verena Patricia Mohon Tunggu... -

Komunikasi Jurnalisme FISIP UAJY..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Malam dengan Mitos yang Masih Kental

13 April 2013   14:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:15 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Yogyakarta; Kota gudeg, kota pelajar,kota budaya dengan mitos yang masih kental, kota wisata kota kuliner dan masih banyak lagi. Sebutan yang diberikan untuk Yogyakarta yang sering diucapkan pendatang yang ditanya mengenai kota ini. Harga yang jauh berbeda dari kota-kota lainnya, juga menjadi sasaran empuk bagi pendatang untuk menjadikan Yogyakarta sebagai salah satu tujuan wisata.

Malam Minggu, hari yang banyak dipilih orang untuk bersantai, melepas kepenatan tugas atau perkerjaan yang menyita waktu. Jalan yang agak sempit ditambah dengan kendaraan yang memenuhi jalan itu menjadi hal yang khas didapati setiap malam minggu. Toko-toko yang menjual beraneka macam di pinggir jalan sebelum sampai ke tujuan juga ramai dengan pembeli.

Pandangan pertama yang dijatuhkan setelah tiba di tempat tujuan adalah dua pohon beringin besar yang dipagari dengan tembok dengan cat putih agak luntur, dan masih bisa terlihat akar serta batang dari beringin itu. Alun-alun Selatan, yang biasa dikenal dengan Alkid (Alun-alun Kidul untuk bahasa Jawa) menjadi tempat yang banyak didatangi mulai dari pasangan, kumpulan pelajar, maupun keluarga untuk melihat salah satu kekhasan dari kota ini.

Lampu neon berjalan juga menghiasi jalan yang mengitari dua pohon beringin besar tepat di tengah hamparan luas tanah. Penjual makanan, mulai dari angkringan, camilan, wedang ronde, serta penjual mainan seperti lampu yang bisa diterbangkan atau biasa disebut

Penyewaan sepeda atau becak baik menggunakan lampu neon atau tidak, berjejer dipinggir jalan yang masih mengitari dua beringin ini. Menawarkan kepada pengunjung dengan harga yang sudah ditetapkan, tetapi masih bisa nego ini, menjadi kebiasaan yang dialami pengunjung Alkid. Penjual keliling seperti menjual alat pijat tradisional juga bisa didapati di tempat ini. Tikar dengan meja diatasnya menjadi tempat pengunjung untuk bersantai sambil menikmati panganan yang tersedia.

Alkid sebagai pilihan tempat kunjungan di Yogyakarta, juga dituturkan keluarga dari Toraja ini. Abi, Ibu dua anak yang baru pertama kali mendatangi Yogyakarta untuk berlibur dengan keluarga. “Saya suka dengan keadaan seperti ini, memang ramai, tapi ini menarik untuk saya. Terutama mitos dua beringin itu,” ujar Abi.

Mitos yang ada di alun-alun selatan ini menjadi tanda tanya pengunjung salah satu tempat wisata ini. Melewati dua beringin dengan mata tertutup tanpa diberitahu ini dan sebelumnya meminta permohonan dalam hati, menjadi mitos yang masih kuat. Percaya atau tidak mitos itu tergantung dari masing-masing pengunjung. “Karena saya bukan orang Jawa, saya tidak mengerti dengan mitos itu. Tapi, saya percaya dengan mitos dua beringin itu,” tambah Abi kemudian.

Kumpulan mahasiswa/I dari Semarang ini juga ikut meramaikan suasana Alkid yang selalu ramai. Kunjungan yang bukan untuk pertama kalinya di Alkid membuat Winda, Astrid, Adit dan Putri beranggapan tempat ini biasa saja. “Tempat ini biasa saja, tapi saya senang dengan suasana ramainya, tidak macetnya ya. Lalu, untuk jalan-jalan mengelilingi jalan ini pakaisepeda neon itu seru,” papar Winda. “Mitos yang beredar untuk dua beringin itu saya sih tidak percaya, tergantung masing-masing orang saja sih percaya atau tidaknya. Tapi kalau saya tidak percaya,” ujar Astrid. “Alkid jadi terkesan sempit, karena macetnya itu. Misalnya aja tempat parkir yang sudah sampai ke jalan-jalan,” tambah Putri. “Kalau saya untuk hunting,” susul Adit dengan memeggang kameranya yang baru bergabung dengan teman-temannya lagi. “Tapi saya tetap senang dengan Alkid. Buktinya kami sudah sering mendatangi tempat ini. Kalau kata orang, kalau ke Jogja belum ke Alkid itu belum sah,” tambah Adit sambil tertawa.

Keramaian yang ada di kawasan Alkid tidak membuat pengunjung jera mendatangi lokasi ini. Pengunjung Alkid yang datang dari luar kota atau pulau bahkan luar negeri ini menorehkan kesan tersendiri terhadap salah satu tempat wisata ini. Selain penjual dan penyewaan sepeda atau becak neon yang biasa dilihat di tempat ini, juga sering dijadikan tempat untuk acara-acara yang menggunakan panggung.

Kota Yogyakarta yang masih kental dengan budaya, kesakralan dari tempat ini juga tetap harus diingat. Menjaga ucapan yang kurang pantas untuk menghormati lokasi tersebut juga harus diingat dan dilakukan oleh pengunjung. Tidak hanya berlaku di Alkid saja, tapi disemua tempat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun