Pemerintahan Jokowi memberi ruang kepada Amerika Serikat untuk mengintervensi KAA 2015
Sebagai tuan rumah penyelenggara peringatan 60 KAA yang dilaksanakan pada 19-23 April di Jakarta dan 24 April 2015 di Bandung. tentunya Pemerintah Indonesia berupaya memberikan pelayanan terbaik bagi negara-negara peserta. Anggaran peringatan KAA 2015 menelan total biaya sekitar 200-an Milyar dan di kota Bandung telah disiapkan 4000 aparat yang terdiri dari Polisi dan TNI untuk mengamankan berjalannya KAA. Tidak tanggung-tanggung pula Jokowi telah menyiapkan 33 Sniper yang tersebar di kota Bandung dalam pengamanan KAA. Apakah dengan biaya begitu mahal dan pengamanan super ketat dari peringatan KAA ini akan memberikan dampak yang positif bagi rakyat Asia-Afrika terutama dalam aspek kesejahteraan?
Dengan melihat perkembangan saat ini dimana mayoritas negara-negara Asia-Afrika melalui pemerintahan “bonekanya” justru memberikan ruang bagi perusahaan internasional khususnya milik Amerika Serikat untuk terus melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam dan manusia. Hal ini menegaskan bahwa peringatan KAA hanyalah sebuah forum konsolidasi para rezim mayoritas boneka Amerika Serikat di negara-negara Asia-Afrika untuk menguatkan kerjasama penghisapan dan penindasan terhadap rakyat. Jokowi selaku Presiden Indonesia malah memberikan ruang bagi Amerika Serikat untuk mengintervensi KAA 2015 dengan salah satu agenda pembahasan pembahasan mengenai pembaharuan kerjasama antar negara Asia Afrika. Dalam hal ini akan diisi juga dengan pertemuan para korporasi internasional untuk membahas bisnis di wilayah Asia Afrika. Dan Jokowi akan berharap pada Negara-negara kapitalisme global melalui perusahan-perusahan besar yang hadir untuk bersedia berinvestasi tahun ini sebesar 401 Triliun Rupiah untuk mendanai infrastuktur serta akan mendorong nilai investasi yang akan digenjot untuk investasi di bidang pendidikan dan teknologi, yang artinya akan semakin dikomersilkan atau diliberalisasi.
Dari pemaparan diatas bisa disimpulkan bahwa Peringatan KAA 2015 telah jauh melenceng dari latar belakang terbentuknya solidaritas negara-negara Asia Afrika yang anti imperialisme dan kolonialisme. KAA telah menjadi forum untuk membahas skema investasi dan pembangunan yang akan dijalankan kapitalisme monopoli Amerika Serikat secara masif di negara-negara Asia Afrika. Maka kemerdekaan, kemandirian dan kedaulatan Rakyat Asia Afrika hanyalah sekedar slogan belaka dari peringatan KAA 2015. Tetapi momentum adalah momentum yang tepat untuk menyerukan solidaritas internasional dan persatuan rakyat, menuju gerakan pembebasan nasional melawan dominasi kapitalisme monopoli dan pemerintahan-pemerintahan boneka di berbagai negeri.
Sumber rujukan:
Abdulgani, Roeslan. 2011. The Bandung Connection: Konperensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955. Jakarta: Kementerian Luar Negeri Indonesia.
“Konferensi Asia Afrika 2015: Harapan atau Hanya Ilusi Pemerintah, http://www.tribunnews.com/tribunners/2015/03/2012/konferensi-asia-afrika-2015-harapan-rakyat-atau-hanya-ilusi-pemerintah/ page.html (Akses 12 Maret 2015, 13:38 WITA)
“Mengobarkan Kembali Semangat Bandung 1955,”http://www.berdikarionline.com/editorial/20120418/mengobarkan-kembali-semangat-bandung 1955.html#ixzz3V7e015kO (Akses 12 Maret 2015, 13:43 WITA).
Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia. 2010 Sejarah Nasional Indonesia (Zaman Jepang dan Zaman Republik) Vol. 6. Jakarta: Balai Pustaka.
“Persatuan Pemuda Mahasiswa dan Rakyat Asia-Afrika melawan Neo-kolonialisme Imperialisme AS, Berjuang untuk Kemerdekaan dan Kedaulatan Rakyat Asia-Afrika,”Serial Propaganda Front Mahasiswa Nasional Konferensi Asia-Afrika 2015.Maret 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H