Sebagian besar anak di bawah umur 15 tahun mungkin belum merasakan kejamnya dunia. Tapi, bagi kita yang berumur diatas 20 tahun mungkin sudah merasakan kejam nya dunia, pahitnya hidup, dan susahnya mencari pundi-pundi rupiah.Â
Apalagi bagi kita yang baru lulus sekolah SMA mungkin dihadapkan pada beberapa pilihan, ada yang memilih untuk meneruskan pendidikannya di bangku kuliah, ada yang memilih untuk bekerja, ada yang memilih gapyear, atau bahkan ada yang memilih untuk menikah saja. Semua pilihan itu tentu ada resiko dan kendalanya masing- masing. Bahkan ada yang mengatakan pada masa-masa inilah kehidupan yang sesungguhnya dimulai.
Setiap orang pasti punya rencana hidupnya masing-masing, tapi tidak semua rencana itu sesuai dengan realitanya, semua itu tergantung usaha dan doa yang kita lakukan. Mungkin ada yang berpikir ketika lulus sarjana dan mendapat gelar S1 akan mudah mendapatkan kerja.Â
Tapi, realitanya ketika lulus kuliah untuk mencari kerja saja bisa dikatakan sampai setengah mati, ada yang sudah bekerja tapi mendapatkan gaji yang minim, dan ada juga yang bekerja dan mendapatkan gaji besar tapi pengeluaran nya juga besar.Â
Oleh karena itu tidak ada yang mengetahui rencana kita kedepannya bisa sesuai apa tidak. Maka dari itu kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berdoa agar kehidupan kita di masa depan bisa sesuai dengan apa yang kita inginkan. Salah satu usaha yang harus di lakukan yaitu dengan belajar.
Setiap orang tua pasti meninginkan anaknya menjadi orang yang sukses, oleh karena itu orang tua mati-matian berjuang supaya anaknya mendapat pendidikan yang terbaik agar kelak hidupnya sukses dan tidak menjadi orang yang gagal.Â
Disinilah peran orang tua untuk mendorong dan mengarahkan anaknya untuk memeperoleh pendidikan sebaik mungkin. Tapi, kesuksesan itu tidak semata-mata di dapatkan begitu saja, ada banyak proses yang harus dilalui. Sebagai contoh ketika kita ingin masuk ke universitas negeri favorit, persaingaan yang semakin ketat memicu kita untuk lebih rajin lagi belajar agar masuk ke universitas negeri tersebut.
Kuliah memang tidak mengajarkan cara menjadi sukses. Tapi dengan kuliah tentu kita bisa mendapatkan banyak pengetahuan, koneksi, relasi, dan dapat membangun karakter kita. Artinya kita sendirilah yang harus mencari kesuksen itu.Â
Sukses itu adalah 1% inspirasi dan 99% keringat. Ketika kita gagal tanpa berputus asa serta terus mencoba, percayalah pasti pada akhirnya kita akan mendapat reward atas segala usaha itu.
Di zaman sekarang yang mempunyai gelar S1 sudah banyak sekali bahkan S2 juga sudah lumayan banyak, oleh karena itu mempunyai gelar S1 di era sekarang ini tidak lagi menjadikan dirimu istimewa. Untuk menjadikan S1 itu iatimewa yaitu dengan mendapatkan kuliah yang bagus.
Itulah yang menjadi senjata kita saat bersaing di dunia kerja. Karena realitanya zaman sekarang dunia memandang semuanya dari gelar. Sebagai contoh di suatu perusahaan ketika akan memilih dalam menaikan jabatan antara seorang karyawan yang sudah 8 tahun bekerja tanpa memiliki gelar dan seorang karyawan yang baru bekerja 1 tahun dengan gelar S1 lulusan universitas negeri, maka yang akan dipilih ialah karyawan yang memiliki gelar S1. Itulah salah satu contoh kerasnya hidup di zaman sekarang.Â
Dari sinilah bisa pahami pentingnya mempunyai gelar di kehidupan sekarang. Jika kita tidak mempunyai suatu hal yang berbeda dari yang lainnya, maka kita akan kalah saing dalam dunia kerja. Jadi untuk mendapatkan gelar sarjana bukanlah semata-mata untuk mengejar suatu nama, tapi relita di kehidupanlah yang memang begitu keras.
Selain di lihat dari gelar, kerasnya dunia kerja juga mengenal adanya istilah "orang dalam". Orang dalama inilah yang menjadi momok untuk mempengaruhi atau bersikap demanding kepada pihak recruiter untuk menerima kandidat yang dititipkannya, meskipun kandidat tersebut tidak memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan.Â
Meski begitu, kita juga tidak bisa menjamin sukses hanya bisa di raih oleh gelar sarjana dan adanya orang dalam ketika bersaing mendapat pekerjaan. Tetapi sukses bisa di raih oleh mereka yang mau berusaha dan konsisten terhadap apa mereka lakukan. Beginilah hidup di zaman sekarang, semua di pandang berdasarkaan nama, penampilan, dan gelar.Â
Memang keras, maka orang-orang kuatlah yang mampu bertahan dan tidak menyerah pada kerasnya dunia ini. Oleh karenanya, senantiasnya kita bersungguh-sungguh dalam belajar untuk mendapat pendidikan yang terbaik agar tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H