Mohon tunggu...
Vera Syukriana
Vera Syukriana Mohon Tunggu... Guru - guru

meyakini dan mensyukuri adalah awal kesuksesan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jejak Langkah Sang Guru (Part 4 Mama Teman Terbaikku)

14 April 2021   07:52 Diperbarui: 14 April 2021   07:55 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai anak bontot, aku lebih dekat dengan orang tua terutama mama. Kemana pun dia pergi aku ikut. Sebelum aku masuk sekolah, aku suka ke sawah sama mama. Tidak jarang mama menggendongku dengan kain gendongan di punggungnya.  

Jika kurasakan dan bayangkan, betapa beratnya mama menggendongku. Dipunggung anak dan tangan menenteng persiapan makan siang untuk di sawah. Hangatnya punggung mama masih terasa sampai sekarang. Mama memang wanita kuat dan berhati tenang. Tak ada keluhan yang terucap dimulutnya. Akulah saksi nyata atas segala kerendahan hati mama.

Sejak kecil, aku sudah biasa menemani mama kemana pun. Sampai-sampai mama ke WC umum di tengah malam, aku juga ikut terbangun dan menemaninya. Pokoknya dimana ada mama ada aku. Disetiap kegiatannya aku juga hadir, seperti mengajar di MDA.

Karena sering ke MDA, kelas satu SD aku sudah lancar baca Al Quran. Mama mengajar kelas IV. Sebagai guru kelas terakhir di MDA, mama hebat dibidang makhraj, tajwid, dan irama. Aku sering mendengar dan belajar dengan mama. Ini memudahkanku memahami ilmu-ilmu tajwid dan membuatku lebih cepat lancar mengaji.

Bagiku, mama teman terbaik. Teman yang selalu ada dalam segala keadaan. Saking dekatnya kami, setiap yang melihat mama sendirian, mereka menanyakan aku. Bagitu sebaliknya denganku. Teman-teman sering memanggilku anak mama. Tapi bukan berarti anak mama itu anak manja. Hehehe...

Wajah kami juga mirip. Nene-nenek di mesjid sering bilang aku "Ruaida (nama mamaku) Kecil". Mereka sangat berharap aku tumbuh besar seperti mama. Pintar ngaji, berjiwa sosial, rendah hati, dan banyak lagi yang dapatku contoh dari teman terbaikku ini. Mereka juga sering bilang, apabila nanti mama meninggal mereka akan bisa melihat ada sosok mama pada diriku.

Selain teman, mama juga guru terbaikku. Meskipun mama bukan guru tapi dia juga pintar seperti guru sekolahku. Kalau menggambar mama sangat pandai. Torehan pensilnya di buku gambar menghanyutkanku dalam lamunan. Dia menggambar sambil bercerita. Begitu cerita selesai, gambar mama terbentuk dengan indah. Dia juga bisa menjahit, merenda, dan bernyanyi. Pokoknya, mamaku orang yang smart.

Tulisannya sangat indah. Sampai sekarang tulisannya tidak kalah dari keindahan tulisan anak masa kini. Tulisan tegak bersambung, bentuk halus kasarnya sungguh rapi dan membuatku iri.

Menurut ceritanya, dulu semasa SD mama masih menggunakan batu untuk menulis. Kalau belajar tulisan tegak bersambung maka mama harus membuat garis tiga dan itu sudah  disiapkannya dari rumah. Dia bisa membuat tulisan yang indah dan setelah pembelajaran usai, maka tulisan itu akan dihapus.

Jadi, saat itu belajar harus tuntas karena tidak bisa seperti sekarang. Ketika kita akan mempelajari kembali, ada catatan yang akan kita baca dan pelajari kembali, sedangkan dulu mama hanya punya satu batu sebagai ganti buku. Dan gtidak bisa lagi melihat materi yang diajarkan karena sudah dihapus. Oleh sebab itu, mama harus berkonsentrasi dalam belajar dan dapat menyimpan ilmu sebaik-baiknya dalam ingatan.

Begitu juga belajar matematika. Harus paham dan pandai dulu dalam belajar materi matematika, setelah itu dihapus lagi. Cara belajar ini sangat membekas dan melekat ilmunya sampai sekarang. Mama bisa berhitung cepat tanpa menggunakan kalkulator.

Sungguh hebat teman terbaikku. Dia bisa mengajariku ilmu dunia dan ilmu akhirat. Dia sangat tabah membimbingku. Tidak pernah bosan mengingatkanku untuk selalu berbuat baik.

Semoga, aku bisa menjadi teman terbaik untuk Umar dan rasyid. Teman yang membuat anak-anakku nyaman dalam segala hal. Belajar, bermain, dan bercerita. Sehingga mereka tidak perlu lagi mencari bahu lain untuk bersandar dan mereka akan menjadikanku guru terbaik dari gurunya yang lain. Seperti aku dan mama.

Firman Allah dalam surat An_Nisa ayat 69 yang artinya:

"Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."

Harapanku, kami menjadi teman terbaik sampai akhirat. Sesuai janji Allah teman terbaik adalah orang yang mentaati Allah dan Rasul. Insyaallah akan berkumpul di surganya Allah. Untuk itu, marilah kita berusaha menjadi teman terbaik untuk siapapun yang mengajak kepada kebaikkan dan saling mengingatkan akan kewajiban kita kepada Allah SWT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun