Aku tulis kata demi kata sehingga jadi kalimat. Kalimat demi kalimat jadi satu paragraf. Jemariku menari-nari menyampaikan pikiranku melalui tulisanku sehingga menjadi sebuah cerpen.
Aku merasa bahagia, cerpenku selesai walaupun pada hari terakhir aku mengirimkannya. Sebelum aku mengirim kepada Mbak Nirania, aku perlu konsultasikan dengan Mbak Super Hebatku.
Dia langsung membaca tulisanku. Inilah dia, selalu menyenanngkan hatiku ketika aku mengirim tulisan padanya. Dia memberi kritikan dan saran yang memperkaya ilmuku tentang menulis. Selain menambah ilmuku, isi cerpenku semakin bagus.
Dengan bangga aku perbaiki sesuai saran mbakku. Aku belum membuat judulnya. Setelah dibaca beralang kali, maka jatuhlah pilihan judul cerpenku yaitu "Menjemput Kutukan".
Mbakku mensupport judulku. Aku langsung kirim tulisan ini dan aku serahkn semua pada tim penilai.
Tulisan yang dikirimkan akan dibaca Mbak Nirania dan diberikan kritikan dan saran sebagi pembelajaran untuk kami agar lebih baik lagi. Setelah beberapa hari, semua sudah terbaca. Tibalah saatnya disebutkan sang juaranya.
"PENGUMUMAN. Dari 21 naskah, enggak ada nih dalam kacamata aku yang terbaik. Jadi, untuk 3 orang yang berhak dapat buku terbit, aku pakai sistem random, ya. Aku acak di situs random. Tunggu sebentar", isi pesan Mbak Nirania pada grup WA Nubar Cinta dan Kutukan.
"Wah, tidak ada sang juara tapi sekarang sistem keberuntungan. Semoga keberubtungan itu berpihak padaku", pikirku di dalam hati.
Semua penulis sangat mengharapkan nomor urutnya yang keluar sebagai 3 orang yang terpilih pada situs random di challange ini. Kami menanti pesan Mbak Nirania.
"Nomor yang keluar 4, 19, dan 10. Urutan nomornya sesuai data ini, ya", kata Mbak Nirania.
Dari nomor yang beruntung, aku bukan orang yang beruntung saat itu. Ini nomor urutan yang menjadi pedoman dalam pemilihan situs randomnya, yaitu: