Kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Sebagai hamba-Nya kita harus meyakini ini dan bersyukur atas segala kekuatan dan kelemahan kita.
Kita diciptakan hanya semata-mata untuk menyembah Allah dengan menjadi khalifah di muka bumi. Melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Menyeru pada yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran.
Semua yang telah kita perbuat akan dimintai pertanggungjawaban dihadapan Allah SWT. Untuk itu, perlu adanya ilmu agama pada diri kita agar kita mencapai furqonnya Allah SWT.
Sebagai manusia, aku memiliki kekuatan. Kekuatanku di antaranya kekuatan percaya diri, kekuatan takut akan kegagalan, kekuatan berani, kekuatan fokus dan kekuatan impian. Apabila ini kita miliki, maka akan meraih yang kita impikan. Namun, kita tidak boleh sombong atas semua ini karena kesombongan hanya menghilangkan semua yang kita peroleh secara perlahan.
Di samping itu, aku juga memiliki kelamahan. Aku harus tetap mensyukuri kelemahan ini dengan menerima takdir agar aku lebih mengenali diriku.
Kelemahan asal katanya lemah. Yang artinya keadaan (sifat dan sebagainya) lemah. Contoh: 'hal itu merupakan kelemahan pada dirinya'.
Kelemahan juga disebut dalam Al Quran dan jelas disampaikan melalui ayat-ayat Allah SWT, di antaranya:
1. Manusia itu suka membantah, terdapat dalam Al-kahfi ayat 54.
2. Manusia itu  bersifat lemah terdapat dalam Qur'an surat An-Nisa ayat 28.
3. Manusia itu zalim dan bodoh terdapat dalam Qur'an surat Al-Ahzab ayat 72.
4. Mencintai kehidupan dunia terdapat dalam Qur'an surat Al-Qiyamah ayat 20
5. Manusia suka melampaui batas terdapat dalam Qur'an surat Al-Alaq ayat 6.
6. Manusia kadang malas berbuat baik terdapat dalam Qur'an surat Al-Ma'arij ayat 21
7. Manusia senang berkeluh kesah dan gelisah terdapat dalam Qur'an surat Al-Ma'arij ayat 19
8.Manusia sering tergesa-gesa terdapat dalam Qur'an surat Al-Anbiya ayat 37
9. Manusia bertabiat ingkar dan tidak berterima kasih kepada Allah terdapat pada QS al-'Adiyat [100]: 6
10. Manusia itu lemah terdapat pada Q.S. Annisa; 28
11. Manusia itu gampang terperdaya Q.S Al-Infithar : 6
12. Manusia itu lalai terdapt pada Q.S At-takaatsur  1
13. Manusia itu penakut terdapat pada Q.S Al-Baqarah 155
14. Manusia itu bersedih hati terdapat pada Q.S Al Baqarah: 62
15. Manusia itu pelupa terdapat pada Q.S Az-Zumar : 8
Dari beberap kelemahan di atas, tentunya aku juga memiliki hal tersebut. Aku akan menceritakan pengalaman yang membuatku trauma sampai sekarang.
Sejak aku hamil 4 bulan aku mulai mengajar dan tinggal di perumahan guru yang ada di Desa Lumindai, daerah pengabdianku. Di sini aku mulai lemah, aku menjadi "penakut" karena termakan perkataan teman. Menurut penjelasan temanku, di desa ini orang suka main dukun. Bagi yang datang dalam keadaan hamil maka keluar dari desa ini kehamilnnya hilang.
Mendengarkan penjelasan ini aku jadi "berprasangka" buruk pada masyarakat di sini. Namun, suamiku menasehatiku kalau hal itu hanya pemikiran orang lama dan hal itu tidak akan terjadi jika Allah tidak berkehendak. Yang terpenting kita baik pada masyarakat dan tidak berbuat yang menyakiti hati orang tertentu.
Aku merasa tenang atas penjelasan suami. Aku yakin, Allah SWT akan melindungiku, apalagi saat itu aku hamil. Allah tidak akan membiarkanku dan Allah akan selalu menjaga setiap langkahku.
Waktu begitu cepat berlalu dan Umarpun lahir. Setelah 3 bulan aku cuti, aku kembali mengajar dan merawat Umar sendiri. Sedangkan sumiku bekerja di Kota Padang Panjang.
Hari demi hari kami jalani berdua. Aku sangat bersyukur, ada yang mengasuh Umar ketika aku ke sekolah melaksanakan tugas negara. Suamiku hanya pulang sekali seminggu yaitu tiap hari Sabtu.
Aku merasa tidak semua bisa dilakukan  sendiri. Yang paling aku khawatirkan kalau Umar tiba-tiba sakit. Aku tidak bisa membawa Umar berobat. Aku tidak pandai bawa motor sedangkan akses dari tempatku mengajar hanya bisa pakai motor.
Ternyata yang kutakutkan terjadi. Hari Sabtu tanggal 15 Agustus 2015, aku sangat berada pada kelemahan yang membuat aku tidak bisa melupakan momen ini. Rasa "sedih" membuatku tak sanggup melalukan apapun. Aku sampai lupa ada Allah bersamaku.
Waktu itu, Umar demam tinggi sampai dia kejang. Matanya membelalak, bola matanya putih semua, melutnya mengeluarkan busa, bibirnya membiru, dan badannya yang gemetar. Ini sungguh hal yang membuat aku putus asa. Aku takut kehilangan Umar.
Bagi orangtua yang masih pemula, aku dan suami tidak bisa melakukan apapun. Kami tidak punya pengalaman menghadapi ini semua. Tapi aku bersyukur, ada suami yang mendampingiku saat Umar kejang.
Malam terasa mencekam, pagi terasa terlalu lama, dan aku pun merasa "berkeluh kesah". Aku merindukan pagi, karena malam itu kami tidak bisa membawa Umar pakai motor.
Untuk pergi ke RSUD Sawahlunto yang jaraknya kurang lebih 10 kilo,aku membutuhkan waktu setengah jam melewati hutan, jalan yang sempit dengan salah satu sisi jalannya berjurang. Aku tidak kuasa melihat kondisi Umar. Panasnya naik turun dan kondisi badannya yang semakin melemah.
Begitu pagi datang, aku bersiap-siap ke rumah sakit. Aku tidak sabar untuk segera membawa Umar. Kami membawa Umar dengan motor. Tak ada mobil yang bisa dipinjam untuk membawa Umar. Salah satu cara, hanya membawa Umar pakai motor.
Yang terpikir dalam benakku, Umar segera ditangani oleh tim dokter. Begitu sampai di RSUD, suamiku menggendong Umar menuju ruang IGD. Aku melihat Umar ditangani perawat praktek. Dia memasukkan obat ke dubur Umar dengan tergesa-gesa. Alhasil, Umar kaget menangis kesakitan kemudian kejang lagi di tangan perawat.
Suamiku kelihatan kesal dengan cara perawat menangani anakku. Aku peluk Umar sambil membacakan Al Quran agar Umar merasa tenang.
Setelah impus Umar di pasang, Umar dibawa ke ruang rawat dalam keadaan setengah sadar. Sesampai di ruang rawat, aku membuka tas perlengkapan Umar dengam maksud ingin mengambil baju gantinya Umar.
Ku  lihat lembar demi lembar baju yang kumasukkan tak satupun yang pakai kancing. Padahal, suamiku sudah mengingatkan semalam. Suamiku langsung pulang menjemput baju Umar yang dibutuhkannya.
Ya, inilah aku. Ketika dihadapkan dengan hal ini aku merasa begitu banyak kelemahan yang ada padaku. Sifat "tergesa-gesaku" membuat aku menjadi "pelupa". Dan ini pun harus aku perbaiki. Aku harus tenang menghadapi setiap cobaan agar tidak ada yang terlupakan.
Alhamdulillah, Umar sembuh setelah seminggu di rawat. Riwayat sakit kejang Umar berlanjut sampai sekarang.
Sejak lahir, sudah 6 kali Umar kejang. Meskipun sudah berulang kali, namun traumaku tak bisa hilang. Semoga Allah menyembuhkan Umar dan tidak terjadi lagi penyakit yang menakutkan ini.
Begitulah kelemahanku ketika menghadapi cobaan ini. Aku sangat lemah dihadapan Allah. Ini harus aku terima dan berusaha mencari solusinya.
Solusi yang harus kita lakukan ketika kelemahan itu ada yaitu dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, banyak tadabur Qur'an agar lebih mengenal kuasa Allah SWT sehingga mempertebal keimanan kita, meyakini bahwa Allah bersama orang yang selalu mengingatnya, menyadari bahwa setiap masalah datangnya dari Allah dan selalu ada solusinya. Solusi lain yaitu selalu berjamaah supaya tidak merasa sendirian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H