Mohon tunggu...
Verawati Suma
Verawati Suma Mohon Tunggu... Penulis - Author dan Praktisi Pendidikan

Saya seorang Praktisi Pendidikan, senang menulis, menyanyi dan olahraga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

KAM Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

13 Agustus 2024   08:47 Diperbarui: 13 Agustus 2024   11:07 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar ; Pribadi

Saya Verawati Suma CGP Angkatan 10  seperti biasa akan menyajikan  koneksi antar materi modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin.

Dalam Modul 3.1 ini, pembahasan berfokus kepada keterampilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu perannya, yaitu mengambil suatu keputusan, khususnya pada kasus-kasus yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan atau Etika. Selanjutnya keputusan-keputusan yang diambil secara langsung atau tidak, menentukan arah dan tujuan suatu institusi atau lembaga serta menunjukkan nilai-nilai atau integritas dari institusi tersebut, yang pada akhirnya berpengaruh kepada mutu pendidikan yang didapatkan murid-murid Anda sekalian.

Saya mempelajari beberapa studi kasus dalam modul ini  yang akan dihadapi seorang pemimpin sekolah, khususnya studi kasus di mana dua kepentingan sama-sama benar, sama-sama memiliki nilai-nilai kebajikan. 

Kita akan dihadapkan pada suatu situasi dilematis, yang akan kita kenal dengan dilema etika. Apakah itu dilema etika? Apakah perbedaannya dengan bujukan moral, dan bagaimana mengenali di antara keduanya? kami juga diajak mengidentifikasi 4 (empat) paradigma serta mendalami prinsip-prinsip yang melandasi cara berpikir  selama ini, yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang di ambil. Prinsip-prinsip apa yang selama ini kami  anut dalam pengambilan suatu keputusan? Sebelum atau sesudah pengambilan keputusan diambil perlukah menganalisis kembali keputusan-keputusan kita, untuk apa? Bagaimana menguji pengambilan keputusan kita sendiri, apakah keputusan tersebut sudah efektif atau tepat sasaran?

Sebelum saya bahas modul ini lebih dalam, perlu kita pelajari dulu  apa arti etika. Apa arti moral, sehingga sekolah disebut sebagai suatu institusi 'moral'. selain itu pertanyaan tentang apa arti etiket? Apakah sama dengan etika, adakah perbedaan antara etika dan etiket?

Teman-teman semua, Etika sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, Ethikos yang berarti kewajiban moral. Sementara moral berasal dari bahasa Latin, mos jamaknya mores yang artinya sama dengan etika, yaitu, 'adat kebiasaan'. 

Moralitas sebagaimana dinyatakan oleh Bertens (2007, hal. 4) adalah keseluruhan asas maupun nilai yang berkenaan dengan baik atau buruk. Jadi moralitas merupakan asas-asas dalam perbuatan etik. Istilah lain yang mirip dengan etika, namun berlainan arti adalah etiket. Etiket berarti sopan santun. Setiap masyarakat memiliki norma sopan santun. Etiket suatu masyarakat dapat sama, dapat pula berbeda. Lain halnya dengan etika, yang lebih bersifat 'universal' etiket bersifat lokal (Rukiyanti, Purwastuti, Haryatmoko, 2018).

Keterampilan pengambilan keputusan seringkali berbagai kepentingan saling bersinggungan, dan ada pihak-pihak yang akan merasa dirugikan atau tidak puas atas keputusan yang telah diambil. Perlu diingat bahwa kegiatan pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, semakin sering kita melakukannya maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran. Sesulit apapun keputusan yang harus diambil untuk permasalahan yang sama-sama benar, sebagai seorang pemimpin , kita perlu mendasarkan keputusan kita pada 3 unsur yaitu BERPIHAK PADA MURID, BERDASARKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN UNIVERSAL, DAN BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP SEGALA KONSEKUENSI DARI KEPUTUSAN YANG DIAMBIL.

Dimodul ini juga CGP diharapkan  dapat membedakan dilema etika (ethical dilemma) dengan bujukan moral (moral temptation) , mengidentifikasi jenis dilema etika berdasarkan 4 paradigma, baik dilema yang dihadapi orang lain maupun diri sendiri kemudian mampu bersikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis dilema tersebut.

Dari pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema etika adalah tantangan berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.  Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasar yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan  akan hidup.  Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:

1. Individu lawan kelompok (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan  jangka panjang (short term vs long term)

Selain empat paradigma diatas, ada 9 langkah yang dapat kita lakukan memandu kita dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, 9 langkah tersebut adalah :

1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.( Uji Legal, Uji regulasi, Uji Publik, Uji Intuisi, Pengujian benar atau salah, Uji Publikasi, Uji Panutan )

Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir. 

Uji Panutan/Idola  berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

6. Melakukan Prinsip Resolusi

7. Investigasi Opsi Trilema

8. Buat Keputusan

9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Perlu kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.

Dari modul diatas jika dikoneksikan dengan materi-materi sebelumnya maka menurut saya seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan filosofi Ki Hadjar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani) sebagai landasan dalam membuat dan menjalankan berbagai keputusan. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran akan lebih efektif jika ia mampu memberikan teladan untuk dijadikan contoh bagi murid dan lingkungannya.

saya mempelajari materi ini dan mengaitkan  dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan kompetensi harus dimiliki oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan pemimpin pembelajaran berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai kodratnya dan berpihak kepada murid karena setiap keputusan yang diambil nantinya akan mewarnai karakter murid di masa depan.

Guru adalah pemimpin pembelajaran yang harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas. Pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk apresiasi guru terhadap keberagaman murid-muridnya. 

Tidak hanya itu, pada tahap perencanaan seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan alur BAGJA untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being).

Salam Guru Penggerak !!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun