Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Teman-teman seperjuangan CGP Angk. 10, saya Verawati Suma Calon Guru Penggerak dari  Jakarta Timur.
Pada kesempatan ini saya akan menulis Jurnal Refleksi Dwi Mingguan pada modul 2.1 tentang Pembelajaran pemenuhan kebutuhan belajar murid (Pembelajaran berdiferensiasi) . Jurnal ini adalah refleksi diri setelah memasuki minggu ke dua mengikuti kegiatan PGP dan ini adalah jurnal kelima saya.
Seperti biasa dalam penulisan jurnal refleksi ini saya menggunakan yaitu model 4F (Fact, Feeling, Findings, dan Future, yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway yang jika diterjemahkan berarti Peristiwa; Perasaan; Pembelajaran; dan Penerapan.
1. Fact (Peristiwa)Â
Di awal materi ini dimulai dengan pertanyaan pemantik yaitu bagaimana seorang guru dapat mengelola kelas dan memenuhi kebutuhan belajar murid-muridnya yang berbeda-beda?  Dari pertanyaan ini kemudian saya melakukan refleksi individu dimana saya membayangkan kelas yang saya ampu dengan keragamannya, kemudian apa yang telah saya lakukan dalam melayani kemampuan murid yang berbeda, selain itu  untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah untuk murid hal apa saja yang saya lakukan? Tentunya berbagai pertanyaan ini secara tidak langsung membuat saya kembali intropeksi diri, apakah sebagai guru saya sudah melakukan hal diatas.? Dari introspeksi ini kemudian saya mempelajari semua modul-modul tentang kebutuhan siswa dalam pembelajaran, banyak ilmu baru dan menarik bagi saya diantaranya, bagaimana saya mengelola pembelajaran secara efektif sehingga dapat memenuhi kebutuhan belajar murid saya, kemudian guru dengan kemampuannya dapat memfasilitasi pembelajaran murid dan berinteraksi satu sama lain.
Hal yang menarik dalam modul yang saya pelajari yaitu guru perlu berkomunikasi dan membangun hubungan saling percaya dengan murid-muridnya untuk mengetahui perasaan, latar belakang, keinginan, minat dari murid-muridnya. Kesemua informasi tersebut kemudian akan digunakan oleh guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai untuk murid-murid mereka, dengan harapan murid-murid akan merespon dengan baik pembelajaran yang telah dirancangnya. Proses mengidentifikasi kebutuhan murid inilah yang terkadang terlewat dilakukan oleh guru.
2. Feeling (Perasaan)
Perasaan saya saat mempelajari modul ini tentu bahagia dan excited, terutama saat elaborasi pemahaman saya aktif dalam menggali pengetahuan tentang pembelajaran berdiferensiasi, Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, proses penilaian memegang peranan yang sangat penting. Guru diharapkan memiliki pemahaman yang berkembang secara terus menerus tentang kemajuan akademik murid-muridnya agar ia bisa merencanakan pembelajaran sesuai dengan kemajuan tersebut.Hal lain yang berkesan yaitu saat ruang kolaborasi dimana kami berdiskusi dengan kelompok yang berbeda sehingga pembahasan tentang pembelajaran diferensiasi ini lebih mendalam.
3. Pembelajaran (Findings)
Banyak hal yang saya temukan dalam materi ini , contohnya strategi penilaian. Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, penilaian formatif memegang peranan yang sangat penting, berbeda dengan penilaian sumatif yang biasanya dilakukan setelah sebuah unit atau proses pembelajaran selesai, Â sehingga biasanya hasilnya digunakan untuk membuat keputusan tentang sang anak, misalnya untuk memutuskan nilai rapor anak, kenaikan kelas, dsb .
Beberapa contoh strategi penilaian formatif, selain yang mungkin telah sering dilakukan guru yaitu ;
- Tiket Keluar. Guru memberikan pertanyaan yang diajukan kepada semua murid sebelum kelas berakhir. Murid menulis jawaban mereka pada kartu atau selembar kertas dan menyerahkannya saat mereka keluar kelas
- Tiket Masuk. Guru juga bisa memberikan sebuah pertanyaan kepada semua murid sebelum pelajaran dimulai.
- Berbagi 30 Detik. Dengan strategi ini, murid secara bergiliran berbagi apa yang telah ia pelajari dalam pelajaran selama 30 detik. Target yang Anda cari dalam kegiatan ini adalah bagaimana pemahaman murid dikaitkan dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan.
- Nama dalam toples. Guru bisa meminta murid menulis nama mereka di selembar potongan kertas & kemudian memasukkannya dalam toples. Guru kemudian bisa mengajukan sebuah pertanyaan tentang konsep kunci yang sedang dipelajari, kemudian secara random mengambil sebuah potongan kertas di toples, dan meminta beberapa anak yang namanya tertulis di potongan kertas tersebut menjawab pertanyaan secara bergantian.
- 3-2-1. Di akhir pembelajaran, strategi ini memberikan murid cara untuk merangkum atau bahkan mempertanyakan apa yang baru saja mereka pelajari. Tiga petunjuk dapat disediakan bagi murid untuk menanggapi yaitu: 3 hal yang tidak murid ketahui sebelumnya, 2 hal yang mengejutkan murid tentang topik tersebut, 1 hal yang ingin murid mulai lakukan dengan apa yang telah dipelajari.
- Refleksi. Apapun bentuk refleksi yang dilakukan, refleksi dapat menjadi alat penilaian formatif yang sangat berguna bagi guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman murid dan apa yang masih menjadi kebingungan mereka.
- Pojok pemahaman. Minta murid pergi ke pojok-pojok kelas sesuai dengan pemahaman mereka. Jika mereka tidak memahami topik yang sedang dibahas, mereka dapat pergi ke salah satu sudut dengan murid yang memiliki tingkat pemahaman yang sama.
- Strategi 5 jari. Minta murid mendeskripsikan pemahaman mereka terkait topik yang diajarkan dengan menggunakan 5 jari. 5 jika mereka sudah paham sekali, 1 jika mereka tidak paham sama sekali. Cara ini cukup cepat dan mudah untuk mengetahui gambaran umum pemahaman murid. Jika guru ingin mengetahui secara lebih spesifik.
4. Future (Penerapan)
Pada proses penerapan, setiap harinya, tanpa disadari, sebagai guru, saya dihadapkan pada keberagaman yang banyak sekali bentuknya, sehingga seringkali saya harus melakukan banyak pekerjaan atau membuat keputusan dalam satu waktu. Misalnya, saat mengajar di kelas, saya mungkin harus membantu satu murid yang kesulitan, namun di saat yang sama harus mengatur cara bagaimana agar saat saya membantu murid tersebut, kelas tetap dapat berlangsung dengan kondusif. Dalam keseharian, saya berusaha untuk melakukan hal ini, sehingga kemampuan untuk multitasking secara natural terasah dengan baik.
Sebagai guru, Saya tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H