Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,Â
Salam Sejahtera bagi bapak/ibu teman-teman CGP yang sempat membaca artikel saya. Perkenalkan saya Vera penulis sekaligus salah satu CGP Angkatan 10 yang hampir sebulan ini mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP) dan saat ini dalam proses merampungkan modul 1.1. Dalam artikel  ini penulis akan memaparkan koneksi antar materi selama pembelajaran modul 1.1, kesimpulan serta refleksi.Â
Kegiatan ini dimulai dengan melakukan sebuah refleksi diri sejauh mana penulis mengenal dan memahami Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD). harus diakui bahwa  kata kata seperti budi pekerti, Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani  sudah sering kita dengar dan menjadi jiwa dari pendidikan nasional. Oleh sebab itu, pada tahap awal ini, penulis berdialog dengan diri sendiri untuk menemukan pemikiran mendasar Ki Hadjar Dewantara dan relevansinya dengan peran  sebagai pendidik. Pada eksplorasi konsep penulis lebih  mendalami tentang  mengenal konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara (KHD) dengan menyimak beberapa video menarik tentang, kondisi Pendidikan pada zaman kolonial, berikut beberapa catatan penulis.
Ki Hajar Dewantara (KHD) adalah bangsawan jawa dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di  Pakualaman Jogjakarta. KHD adalah sosok kharismatik dan mendapat gelar bapak pendidikan karena jasa beliau dalam memberikan warna dalam dunia pendidikan di Indonesia, tanggal kelahiran beliau sampai saat ini  menjadi hari libur nasional dan diperingati sebagai HARI PENDIDIKAN NASIONAL.
Berbicara tentang pendidikan di Indonesia, dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang signifikan, tidak hanya dari kurikulum tapi juga dari kebijakan-kebijakannya termasuk siapa saja  yang berhak mengenyam pendidikan disekolah. Jika kita kembali pada zaman kolonial belanda, pendidikan di indonesia bersifat gradualis dimana pemerintah belanda memperlambat proses pendidikan di Indonesia, kalaupun ada yang mengenyam pendidikan itu hanya segelintir saja yang di persiapkan untuk menjadi pegawai pemerintah belanda. Dari diskriminasi pendidikan inilah kemudian lahir Taman Siswa pada tahun 1922 di Jogjakarta sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebudayaan bangsa. Â
Berikut beberapa jawaban penulis dari pertanyaan refleksi tentang  pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara :
1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Sebelum mempelajari Modul 1.1 tentang pemikiran KHD saya memandang siswa itu harus mengikuti apa yang diinginkan oleh gurunya, contohnya
- Kegiatan belajar selalu terpusat didalam kelas
- Siswa wajib  menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru
- Guru kebanyakan menggunakan metode ceramah
- Guru jarang membuka diskusi dengan siswa
- Terlalu serius memberikan materi sehingga siswa menjadi tidak nyaman
- Guru tidak memilik sumber belajar selain buku paket
- Kurang memperhatikan kemampuan dan latar belakang siswa.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Hal-hal yang penulis dapatkan  setelah mempelajari modul ini adalah mindset yang berubah khususnya dalam membangun suasana pembelajaran di kelas yang lebih bervariasi, mencoba inovasi-inovasi dalam pembelajaran yang tentunya menyenangkan bagi anak didik. Saya tidak ragu lagi dalam mengemukakan ide dan gagasan tentang metode belajar, lebih banyak berkolaborasi dengan rekan sejawat. Adapun dari segi perilaku, penulis merasa lebih mandiri terutama dalam meng Up-Grade diri, memperbanyak sumber belajar dengan mengikuti berbagai pelatihan, webinar yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah khususnya kementrian pendidikan dan kebudayaan.
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Beberapa hal yang akan segera penulis terapkan tidak hanya di kelas tapi juga bersama rekan sejawat adalah kolaborasi antar mata pelajaran,bagi penulis kolaborasi ini adalah bentuk  kebebasan dalam berpikir dan mendesain pembelajaran yang menarik. Selain itu pemetaan bakat minat potensi siswa akan sangat membantu untuk menentukan diferensiasi dalam pembelajaran, mulai dari proses, produk maupun content. Menjadi  pendidik dan pengajar yang ikhlas menuntun dan mendampingi siswanya dimanapun berada.
Dari beberapa ulasan dan jawaban yang penulis paparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagai Bapak Pendidikan Indonesia , Ki Hajar Dewantara menawarkan konsep pendidikan yang mengutamakan kasih sayang, membawa anak untuk lebih memahami dunianya karena setiap anak adalah individu yang unik dan tidak akan sama antara satu dengan yang lainnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H