Mohon tunggu...
Vera Shinta
Vera Shinta Mohon Tunggu... Freelancer - Kompasianer Brebes Community' (KBC)

Menulis adalah pelarian emosi paling sexy

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepompong Kosong

30 November 2020   19:46 Diperbarui: 30 November 2020   19:56 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seekor ulat menggeliat 

Keberadaannya banyak tak di suka 

Hanya hama 

Tak ada manfaatnya 

Tentu saja ulat bersedih 

Hanya bisa diam menerima takdir 

Bukankah suatu saat akan jadi indah 

Dalam sosok kupu-kupu cantik 

Tidakkah semua mengerti 

Arti metamorfosis 

Mengapa tetap tak disukai ? 

Ulat menggeliat merasakan saatnya harus mengasingkan diri 

Balutan lembut helai demi helai menutup tubuhnya 

Antara sedih dan gembira 

Meninggalkan dunia untuk berubah 

Diam dalam kepompong 

Berharap kecantikan segera datang 

Dielukan penuh sanjungan 

Cantik 

Hari berganti hari tak juga kupu-kupu menyapa angin 

Kepompong bergoyang ringan 

Takdir berkata lain 

Keinginan itu sirna 

Ulat menghilang

Hanya ada kepompomg kosong 

Hampa 

Salam bahagia 

Vera Shinta KBC-26 

KomBes Brebes Jateng

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun