Masih dalam masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena pandemi disana sini, bagi sekolah kota lebih mudah menerapkan pembelajaran dengan daring karena mayoritas siswa punya fasilitas minimal smartphone ataupun laptop lengkap paket kuota memadai. Beda lagi dengan sekolah pinggiran yang harus menggunakan pembelajaran kombinasi karena tidak mungkin dilaksanakan daring penuh.
Kendala keadaan ekonomi menjadikan siswa tidak semua punya fasilitas handphone (HP) apalagi laptop. Maka dibuat sistem pembelajaran kadang siswa kesekolah mengumpulkan tugas dan tugas diberikan melalui whatsapp (wa) grup kelas ataupun mata pelajaran. Yang tidak punya HP harus aktif bertanya pada teman terdekatnya apabila ada tugas yang harus dikerjakan.
Begitu juga saat Penilaian Tengah Semester (PTS) di sekolah kota bisa langsung mengirim soal-soal lewat online dan siswa bisa langsung mengerjakan. Otomatis nilai siswa juga bisa langsung muncul pada akhir mengerjakan.
Di desa ataupun sekolah pinggiran PTS tetap dengan membagikan sejumlah soal yang diambil langsung oleh orang tua, kemudian dibawa pulang untuk dikerjakan oleh siswa selama waktu satu minggu. Minggu berikutnya lembar jawaban OTS harus dikumpulkan ke sekolah melalui wali kelas masing-masing.
Saat ini semua lembar jawab sudah terkumpul dan guru melanjutkan tugasnya mengoreksi secara manual. Hasilnya tetap jauh dari harapan, yang seharusnya dikerjakan dirumah lebih santai dan boleh melihat buku pendamping ternyata tetap saja jumlah jawaban benar masih sangat memprihatinkan.
Bayangan guru apabila dikerjakan si rumah maka nilai bisa sempurna, artinya semua benar atau mendekati sempurna. Paling tidak hanya satu atau dua jawaban yang salah saja, karena semua ada di buku paket ataupun buku pendamping.
Nayatanya begitu dikoreksi dari pilihan ganda yang berjumlah hanya 20 soal, kebanyakan hanya benar dibawah 10. Paling hanya beberapa siswa bisa dihitung jari yang nilainya mendekati sempurna.
Siapa yang salah?
Kalau dilihat dari jumlah soal pikihan ganda hanya 20 dan soal isian 5, minimal mereka harusnya mendapat nilai 100 atau 90. Ternyata tetap saja masih banyak yang nilainya dibawah KKM, padahal kalau mereka mau membaca dan membuka buku pasti bisa menjawab semua soal tersebut.
Kesalahan pada kemauan siswa yang masih sangat  kurang kemauannya untuk belajar. Mereka tetap asal menjawab dan tidak mau berusaha membaca buku yang sudah dibagikan dari perpustakaan. Budaya membaca yang sangat rendah ini mengakibatkan hasil PTS sangat tidak maksimal, tidak menjamin nilai sempurna padahal mereka sangat bebas waktunya untuk mengerjakan.
Mau bagaimana lagi kalau kebiasaan ini tidak dimulai dari rumah masing-masing, tidak mungkin selalu mengandalkan guru untuk mendikte satu persatu belajar siswa. Saat PJJ seharusnya orang tua berperan aktif mengingatkan dan membimbing anak-anaknya dalam belajar.
Vera Shinta KBC-26
KomBes Brebes Jateng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H