Sekarang lagi banyak pro kontra kata anjay, sebuah ucapan yang berasal dari kata anj**g ini sering terlihat dan terdengar. Saat membalas chat, komentar di media sosial maupun dalam obrolan.
Bahkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi peringatan keras bagi orang yang menggunakan kata ini. Karena dianggap tidak sopan dan menyalahi tatanan berbahasa yang baik dan benar sesuai adat ketimuran rakyat Indonesia.
Terlepas dari pelarangan dari KPAI kalo di lihat  dari kebiasaan berbicara gaul warga +62 sejak dulu memang suka nyleneh. Bahasa prokem (gaul) yang sering di pakai dalam pergaulan sehari-hari tentu saja menambah gayeng obrolan terutama pada kalangan anak muda.
Contoh saja di daetah Jawa Timur penggunaan kata diancuk menjadi terdengar biasa, padahal jelas kata itu kasar sebuah umpatan. Kata tersebut bisa dilontarkan oleh anak-anak hingga orang terpandang saat mereka bercanda dengan kalangannya.
Di daerah saya yang masuk wilayah Bumiayu dengan bahasa ngapaknya, bahasa gaul sejak dulu sudah beredar dan menjadi kebanggaan khas Bumiayuan. Apalagi saat bertemu di luar kota mereka akan ngobrol dengan bahasa prokem biar lebih akrab.
Contoh bahasa gaul Bumiayuan :
Jok - ibu
Jasak - ayah
Tanyak - makan
Cikung - minum
Ente - kamu
Jakwir - teman
Jakwir cetem - sahabat dekat
Nyukku (dari kata kunyuk) - arti sebenarnya adalah monyetÂ
Rahat - kata yang dipakai menggambarkan kegembiraan saat berkumpul
Dan masih banyak lagi kata-kata yang di pakai hingga sekarang terutama anak-anak muda dan pernah muda pada jamannya.
Bahasa-bahasa tersebut menurut saya sebagai bentuk kreatifitas bersosialisasi, selama masih dipakai dengan orang sepergaulan. Tentu saja akan tidak etis apabila digunakan saat ngobrol dengan orang yang lebih tua, anak-anak ataupun pada forum formal.
Sama seperti kata anjay juga lebih sering dipakai saat bercanda dengan teman sepergaulan, bisa menjadi terdengar biasa karena memang sebuah candaan. Berbeda apabila kata tersebut di pakai di lingkungan pendidikan ataupun dengan keluarga yang akhirnya terdengar tidak sopan.
Toh pengucapan kata yang dianggap kasar dan tidak sopan ini juga biasanya hanya dipakai oleh mereka yang terbiasa saja. Tidak mungkin orang yang terbiasa sopan tiba-tiba mengucapkan kata seperti itu, begitu juga anak-anak asal diberi pengertian dari rumah pasti mereka tidak akan terbiasa dengan kata kasar apapun.
Umpatan kasar dengan menyebut nama penghuni kebun binatang juga sering terdengar dan tidak semua orang mengikutinya. Jadi semua itu dikembalikan pada pribadi manusia itu sendiri, yuk bijak berbahasa agar adat ketimuran Indonesia tetap terjaga namun juga tidak mematikan kreatifitas bersosial.
KBC-26 Konbes Brebes Jateng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H