Tak ada orang yang mau sakit, tapi kalau Tuhan berkehendak apa daya kita harus terima keadaan. Apalagi kalau usia makin senja, ada saja yang di rasa bahkan harus rutin kontrol bulanan untuk cek kesehatan.
Biasanya selepas subuh hampir semua rumah sakit akan antri pasien untuk ambil nomor urut, rela nunggu di teras sebelum subuh biar dapat nomor muda.
Walau ada fasilitas pendaftaran online tapi tidak beda juga antrian panjangnya, berjubel dan saling berjejer di kursi penunggu. Bahkan yang rumahnya jauh kadang nitip sama ojek langganan yang mau dimintai tolong antri, nanti bayar seikhlasnya untuk jasa tersebut. Itu dulu saat pandemi COVID-19 belum mewabah.
Sekarang setelah Covid-19 makin santer diberitakan, jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap terlihat berkurang. Tak lagi terlihat antrian panjang, tak perlu lagi membayar jasa untuk ambil nomor karena datang sendiri agak siangpun masih dapat nomor muda. Begitu juga pasien rawat inap biasanya sampai kehabisan kamat, sekarang banyak kamar kosong.
Apakah makin sedikit orang sakit?
Tentu saja tidak, cuma yang rawat jalan lebih memilih menahan jadwal kontrol bila tidak terlalu penting juga. Penunggu dan pengantar pasien juga tidak satu kelurahan diajak semua, apalagi pasien rawat inap kalau tidak darurat sekali mendingan periksa umum dan di rawat di rumah.Â
Semua itu karena takut ada Corona, apalagi rumah sakit pasti sangat rawan dengan segala penyakit karena yang datang orang-orang sakit dan dimungkinkan ada pembawa virus corona walau di bukan penderita. Siapapun tak ingin sakit, namun apabila harus mendapat ujian ini berusahalah sabar dan berpikir baik akan menggugurkan dosa-dosa.
Semoga pandemi ini segera berlalu dan semua orang kembali bisa bernafas lega, lepas dari cengkeraman waswas dan ketakutan.
KBC-26 Brebes Jateng