Sebenarnya untuk Indonesia belum dipakai sistem lockdown, masih masa karantina atau social distancing. Kalau udah Lockdown bakalan kayak di Wuhan yang semua gak boleh ngapa-ngapain beneran di rumah saja, tapi segala kebutuhan harian di jamin sama pemerintah.
Tapi istilah lockdown menjadi lebih enak di sebut di lingkungan masyarakat, mudah di ingat jadi enak aja nyebutnya. Banyak yang bingung mau belanja apa sehari-harinya, bukan karena gak ada penjual tapi duitnya yang gak kuat buat kebutuhan harian.
Masih untung kalau tinggal di desa, bisa menikmati hasil kebun atau sawah. Walau gak punya kebun sendiri, masih bisa minta sama tetangga adal ijin dulu ya.Â
Di kebun kan banyak tuh sayuran dari daun kelor, daun singkong, daun pepaya, daun lompong (talas yang biasa di masak dan tidak gatal) dan daun pisang... Eh kalau ini gak di makan ya, buat bungkus masakan aja.
Di pematang sawah petani juga suka menanam kara, kacang panjang dan lainnya sebagai tanaman tumpang sari. Pohon pisang juga masih bisa di ambil jantungnya untuk di masak, sama juga dengan pohon singkong semua bisa dimanfaatkan.Â
Singkongnya bisa di rebus atau goreng, daunnya di masak, kulit dalamnya singkong juga bisa di tumis enak loh...nanti lain waktu bikin artikel memasak kulit singkong ya. Selama lockdown kalau di kampung beneran deh lauk daun, seadanya harus terima karena paceklik gak bisa cari duit.
Banyak juga petani sistem sewayang menimbun padi takut lebaran belum bisa panen, walau tidak dapat uang dari hasil jual beras paling nggak mereka aman untuk kebutuhan makan harian dan persiapan zakat fitrah.
Begitulah sekelumit cerita orang kampung, berusaha santai menghadapi keadaan yang tidak nyaman ini asalkan masih bisa makan dan punya tetangga.Â