Indonesia tengah menerima ujian, wabah virus corona yang belum bisa dihentikan. Bahkan setiap hari masih ada berita kematian karena corona dan banyak orang di duga positif terkena. Tak hanya warga biasa, tim medis juga banyak yang terkena bahkan sampai tiada.
Tak ada yang ingin mendapat cobaan sedahsyat ini, apalagi sampai mengancam nyawa dan tak kenal siapapun dia. Sampai seorang pangeran dan menteri bisa tertular COVID-19 ini, seorang apalagi dokter dan tim medis lain yang jelas mereka harus berhadapan langsung dengan banyak pasien. Diantara mereka ada yang pembawa virus, bahkan harus menangani para pasien yang positif terkena corona ini harus rela mempertaruhkan nyawa.Â
Untuk keselamatan Indonesia tim medis berdiri di garda depan, tak kenal lelah dan tak bisa menyerah. Tak mungkin pelayanan kesehatan dihentikan karena ini adalah tugas dan kewajiban mereka, walau harus rela meninggalkan keluarga dan selalu berjuang dengan resiko besar.
Tapi lihatlah apa yang terjadi, seorang perawat di Semarang yamg harus wafat sebagai pejuang karena corona. Dia telah rela merawat orang lain agar selamat, tak ada yang ingin akhirnya justru dirinya yang harus menerima sakit hingga tiadanya.Â
Namun apa yang terjadi, ternyata jenazah seorang pejuang harus di tolak oleh warga. Kemana hati kalian? Kemana ilmu agama kalian? Untuk apa hati yang kalian miliki? Kalian lebih parah sakitnya daripada pasien positif corona. Jati kalian yang sakit, batin kalian yang sekarat parah.
Hj. Nur Nadlifah, S. Ag. MM. Anghota komisi IX DPR RI Fraksi PKB Dapil IX Jateng pernah mengatakan bahwa saat ini adalah kesempatan untuk semua warga NKRI bersatu, semua persoalan harus kita lupakan dan gotong royong menyelamatkan Indonesia.
"Menghadapi situasi ini hanya solidaritas dan disiplin sosial yang kuat di antara sesama anak bangsa dan pemerintah yang akan membuat Indonesia kokoh," tegasnya.
Ternyata corona ini tidak hanya menggerogoti badan manusia, namun lebih parah menggerogoti orang-orang yang terlihat sehat nyatanya sakit lebih parah batinnya. Tidakkah kalian bisa membaca berita? Setiap pasien corona pasti jenazahnya akan diperlakukan spesial, dijaga dan disterilkan agar aman untuk orang disekitarnya.Â
Wiji banu salah satu admin rawat inap di Rumah Sakit Alam Medika Bumiayu menyampaikan rasa prihatin sekaligus kecewa, dia prihatin dengan keadaan perawat sampai ditolak pemakamannya okeh warga karena positif corona padahal dia selama ini berjuang menghadapi orang-orang sakit dengan ikhlas untuk kesembuhan mereka.
"Sangat mengecewakan masyarakat masih banyak yang picik dan tidak memahami bagaimana kami tim medis harus selalu waswas di tempat kerja dan mempertaruhkan keluarga di rumah juga kalau sampai menjadi oembawa virus. Semoga kedepannya masyarakat bisa lebih bijak," ungkapnya.
Untuk apa kecanggihan tehnologi kalian miliki, bila tak digunakan untuk mencari hal yang bermanfaat. Untuk apa otak yang Tuhan berikan padamu, bila tak kau gunakan untuk mempelajari ilmu. Mengapa kau menjadi pohon pisang, punya jantung tapi tak punya hati.
KBC-26 Brebes Jateng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H