COVID-19 membawa banyak pengaruh pada kegiatan sehari-hari, kejadian yang mengejutkan dunia. Pertengahan Maret menjadi awal ketidaknormalan kehidupan, dalam arti kehidupan manusia banyak yang tiba-tiba harus berubah. Dipaksa untuk menghadapi pandemi yang tak pernah terbayangkan akan terjadi.
Perubahan yang paling terasa terutama dalam hal pekerjaan, mungkin ada yang merasa lebih santai karena di gaji penuh bulanan tapi tidak harus datang ke kantor setiap hari. Ada juga yang harus kehilangan pekerjaan dan ada yang merasakan rejekinya dipaksa berhenti, begitu banyak pendapat dan keluhan masyarakat setelah adanya pandemi ini.
Bagi perempuan bekerja seperti saya juga merasakan banyak sekali perubahan yang harus dihadapi. Semua rencana kegiatan baik di sekolah maupun dengan tim program tiba-tiba harus terhenti dan memikirkan cara agar semua kegiatan itu jalan dikerjakan dari rumah atau yang terkenal dengan istilah WFH.
Adanya kebijakan untuk Stay At Home otomatis anak-anak juga semua libur di rumah, ditambah lagi keponakan dan orang tua ikut berkumpul dengan tujuan agar ramai dan tidak merasa jenuh walau hanya tinggal di rumah. Anak-anak akan banyak kawan bermain di rumah, orang tua juga berkumpul berbagi rasa.
Bagi saya pribadi yang biasa berkegiatan di luar rumah awalnya merasa baik-baik saja karena senang semua berkumpul, lama kelamaan jenuh karena tak ada kegiatan berarti yang bisa dikerjakan selain menyiapkan hidangan untuk anak-anak yang super ramai dan tak berhenti mencari makanan dan camilan.
Hingga pada akhirnya merasakan betapa repotnya harus kerja dari rumah, bangun tidur sudah harus berkegiatan didapur dengan segala tetek bengeknya hingga semua kelar dan bisa dihidangkan. Selanjutnya menyiapkan membuka kelas online dengan murid-murid, walau tidak full online tapi harus selalu dipantau kalau ada siswa yamg menanyakan tentang tugas dan ada yang tidak paham, harus menunggu juga hasil mereka untuk dikoreksi.
Di sisi lain punya pekerjaan juga dengan tim program untuk mendampingi desa-desa dalam peningkatan kapasitas BPD, harus selalu siap didepan handphone menghadapi WAG dari pusat dan WAG tim. Menyelesaikan beberapa hal yang harus dikoordinasikan dengan desa melalui WA atau telepon, kalau semua bisa cepat dan lancar memang menyenangkan tapi nyatanya tidak semudah itu. Koordinasi dengan beberapa orang itu tidak mudah karena mereka juga punya kegiatan lain, tidak hanya meladeni kota saja jadi harus saling memaklumi.
Belum lagi anak sendiri dan keponakan yamg mendapat tugas online dari guru-gurunya, ada yang harus mengerjakan soal, ada yang bikin bideo, menggambar dan banyak tugas untuk anak usia TK dan SD. Semua itu butuh dampingan kita juga, tidak bisa dilepaskan begitu saja karena memang tigas-tugasnya tidak lepas dari kepedulian orang tua.
Bayangkan saja dalam satu rumah harus bisa membagi waktu untuk itu semua, hampir setiap hari dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Kebayangan kan WFH itu lebih memusingkan terutama bagi perempuan bekerja, harus bisa bagi waktu dan jaga kesabaran agar kondisi tubuh tetap sehat dan tidak stress.
Kapankah pandemi ini berlalu, hingga kehidupan menjadi kembali normal. Ramadhan bisa dijalankan dengan nyaman hingga lebaran akan terasa penuh kenangan. Tidak hidup dalam keadaan mencekam dan banyak tekanan.
KBC - 26 Brebes Jateng
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H