Pagi hari jadwalnya para ibu duduk santai di teras rumah, bukan karena tidak ada pekerjaan tapi lagi nungguin tukang sayur lewat. Mau ke pasar tiap hari tidak mungkin juga, jadi keseharian mengandalkan para pedagang sayur keliling untuk membeli kebutuhan masakan.
Pada umumnya pedagang sayur keliling itu laki-laki, apalagi yang bawa gerobak ataupun motor. Tapi zaman sekarang sudah terlihat beberapa perempuan juga berani bawa motor membawa dagangan sayur dan sebangsanya.
Gerobak kayu yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa, nempel diboncengan motor. Bertumpuk jenis sayuran, bumbu, lauk, jajanan dan lainnya. Bumbu dan sebagainya sudah dikemas dalam bungkus plastik sehingga mudah dipilih sesuai kebutuhan.
Dulu Nurlaeli jualan sayur mayur di rumah, belum lama ini dia mencoba berjualan keliling dan ternyata lebih menghasilkan karena hampir tiap hari dagangannya habis. Beda kalau hanya dirumaj, yang beli hanya tetangga sekitar dan tidak selalu habis. Kalaupun ada dagangan kelilingnya yang tidak habis bisa dijual juga diwarungnya.
Nurlaeli yang ramah dan murah senyum sudah punya banyak pelanggan, biasanya setelah dari pasar dia langsung mangkal di depan Balai Desa Paguyangan. Bila sekiranya para pelanggannya sudah belanja barulah dia keliling dan berhenti tiap ada pembeli. Kadang dia berhenti di salah satu rumah warga dan tetangga kanan kiri diaitu datang juga ikut berbelanja.
Usaha dagang Nurlaeli ini sangat efektif, dengan sistem jemput bola maka rejekinya pun terus mengalir dan makin banyak kenalan sepanjang jalan yang dilaluinya berdagang.
KBC-26
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H