Mohon tunggu...
Vera Shabrina
Vera Shabrina Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Mahasiswi semester 3 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Terkikisnya Kepercayaan Diri Remaja dalam Dunia Maya

8 Januari 2024   21:37 Diperbarui: 8 Januari 2024   21:41 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source by: wearesocial.com

Perkembangan teknologi informasi membawa sebuah perubahan yang sangat signifikan dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, Perkembangan teknologi bisa kita lihat dari kebiasaan manusia yang sangat suka berbagi, mulai dari berbagi informasi dan pengetahuan, berbagi barang, dan berbagi uang. Perkembangan tersebut mengacu pada suatu cara baru dalam kehidupan, mulai saat kehidupan manusia dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life yang berarti kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. 

Menurut Everett M. Rogers, Teknologi diartikan sebagai alat bantu manusia untuk berkomunikasi. Sebagai alat bantu, terdapat hardware dan software (dari dalam dan luar) dari manusia itu sendiri. Lahirnya sosial media menjadikan pola perilaku dari masyarakat mengalami pergeseran yang sangat terlihat baik dari budaya, etika dan norma yang ada di lingkungan sekitar. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dengan berbagai culture suku, ras dan agama yang beraneka ragam memiliki banyak sekali potensi perubahan sosial.

Dari berbagai kalangan dan usia hampir semua masyarakat Indonesia memiliki dan menggunakan sosial media sebagai salah satu sarana guna memperoleh dan menyampaikan informasi ke publik. Seperti yang kita ketahui, sosial media merupakan segala bentuk media komunikasi interaktif yang memungkinkan terjadinya interaksi dua arah dan umpan balik.

Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna media sosial terbanyak di dunia. Selain menjadi negara dengan jumlah penduduk yang besar di dunia, Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang cepat dan signifikan dalam penggunaan teknologi dan juga sangat mengikuti trend yang terjadi. Adapun, aplikasi media sosial yang paling banyak digunakan oleh orang Indonesia adalah WhatsApp. Alasan dari penggunaan media sosial di Indonesia sendiri masih berputar pada alat komunikasi adalah untuk berhubungan dan komunikasi dengan teman dan keluarga, mengisi waktu luang, mengetahui trend yang sedang dibicarakan orang lain, dan masih banyak lagi. 

Berdasarkan data yang disajikan oleh We Are Social, sebuah platform yang menyajikan berbagai data serta trend penggunaan internet, media sosial dan perilaku e-commerce secara berkala setiap tahunnya. Pada tahun ini, platform tersebut juga sudah mengeluarkan laporan terkait pengguna media sosial yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. 

WhatsApp menjadi aplikasi sosial media nomor satu yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia yang berusia 16-64 tahun yaitu sekitar 92,1 %, pengguna Instagram menyusul dengan mencapai 86,5%, Facebook mencapai 83,8%, TikTok mencapai 70,8%, Telegram mencapai 64,3%, Twitter mencapai 60,2%, FB Messenger mencapai 51,9%, Snack Vidio mencapai 37,8%, Pinterest mencapai 36,0%, Line mencapai 31,9%, LinkedIn mencapai 26,8% dan seterusnya. Dari data tersebut, terlihat bahwa masyarakat Indonesia paling banyak menggunakan sosial media pada WhatsApp, Instagram, Facebook dan TikTok.

Pengaruh media sosial terhadap kepercayaan diri menjadi topik yang sangat relevan dalam era digital seperti saat ini. Media sosial telah menjadi bagian yang sangat penting dari kehidupan sehari-hari dari banyak orang, dan penggunaannya dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kepercayaan diri dari individu. Baru-baru ini, banyak remaja yang mengalami rasa insecure, karena kebanyakan dari mereka merasa tidak percaya diri dan memberikan penilaian buruk terhadap dirinya sendiri. Walaupun tidak ada yang salah dari rasa insecure, karena perasaan tidak percaya diri merupakan hal normal yang mungkin dialami setiap orang. Tetapi, rasa insecure cenderung memberikan dampak negatif bagi diri sendiri. 

Media sosial dapat diartikan sebagai alat atau aplikasi komunikasi berbasis web yang memungkinkan penggunanya saling berinteraksi dengan berbagi dan mengakses informasi yang ada. Fitur media sosial meliputi akun pengguna, halaman profil pengguna, teman, pengikut, hashtag, timeline, personalisasi, komentar, notifikasi, dll. Dengan adanya sosial media, individu dapat membagikan momen keberhasilan, dan momen kebahagiaan mereka secara mudah. Hal ini dapat memberikan rasa penghargaan dan pengakuan dari teman dan pengikut mereka, dengan begitu hal tersebut tentunya meningkatkan kepercayaan diri mereka. 

Namun, sosial media juga memiliki dampak negatif yang akan ditimbulkan dan berdampak pada kepercayaan diri seseorang. Salah satu isu utama yang sering terjadi di sosial media adalah perbandingan sosial. Media sosial sering kali menampilkan versi yang dimanipulasi dan diubah dari kehidupan orang lain. Postingan yang menampilkan kecantikan, kekayaan, prestasi, dan kesempurnaan lainnya sering kali dapat membuat individu merasa tidak berguna dan tidak berharga. 

Ketika seseorang secara terus-menerus membandingkan diri dengan standar yang tidak realistis yang ditetapkan oleh media sosial, kepercayaan diri mereka dapat terkikis atau menurun. Selain itu, media sosial juga sering menjadi panggung bullying dan cyberbullying yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Komentar negatif, penghinaan, atau pembullyan secara online dapat merusak kepercayaan diri dari individu. Ketika pihak tertentu memberikan komentar negatif atau penilaian terhadap individu, hal itu akan menghasilkan rasa tidak aman, meragukan diri sendiri, dan mengurangi kepercayaan diri. 

Menurut data Unicef pada tahun 2022, 45% dari 2.777 anak di Indonesia mengaku pernah menjadi korban cyberbullying. Platform yang sering digunakan untuk kasus cyberbullying antara lain WhatsApp, Instagram, dan Facebook. Data tersebut terbilang cukup tinggi dan menjadi faktor utama seseorang merasa insecure serta terganggu nya kesehatan mental individu. 

Di Indonesia sendiri, masalah mengenai kesehatan mental ini masih sering dipandang sebelah mata oleh khalayak umum. Banyak yang menganggap individu yang mengalami masalah kesehatan mental ini dianggap aneh, dan tidak sedikit dari mereka yang kemudian diasingkan atau dibedakan. Hal seperti inilah yang kemudian semakin memperburuk kondisi dari individu itu.

Maka dari itu yang harus dilakukan sebagai orang terdekatnya, kita harus memahami dan menghargai mereka. Sayangnya, tidak semua orang mampu melakukan hal tersebut. Padahal, ketika mereka dihargai dan didengar, pikiran dan perasaan mereka akan lebih mudah membaik.

Penulis: Vera Shabrina, Mahasiswi Semester 5 Program Studi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun