Mohon tunggu...
Noning Verawati
Noning Verawati Mohon Tunggu... -

Noning Verawati, akrab dipanggil dengan sapaan Vera, lahir di Lampung, 5 Mei 1986. Lulus S1 pada program Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik tahun 2008 di Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta. Dua (2) tahun terakhir (2008-sekarang) berkarya di Radio UNISI 104.5 FM Yogyakarta. Selain berkarya di Media Massa, penulis juga tengah menyelesaikan pendidikan Pasca Sarjana di UGM Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik 09. \r\nSaat ini, penulis memilih jalur pendidikan di kampus (dosen) sebagai ajang mengasah diri.

Selanjutnya

Tutup

Money

Pengamat: Petani Sudah Tidak Lagi Berdaulat

25 Oktober 2011   01:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:32 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

YOGYAKARTA - Petani dimata para pengamat sudah tidak lagi memiliki kedaulatan dan kemandirian dalam penyediaan pangan, bahkan mereka mengalami kemiskinan secara sistematis dari dampak kebijakan pembangunan sektor pertanian. Seiring peningkatan biaya produksi pertanian yang tidak bisa diimbangi dengan hasil pendapatan yang mereka peroleh. "Kini, benih, pupuk dan pengolahan tanah justru menambah besarnya biaya produksi. Padahal dari waktu ke hari harganya semakin meningkat," kata Guru besar Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM Prof. Dr. Susetiawan dalam diskusi seminar bulanan di Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan (PSPK) UGM, Kamis sore (20/10).

Susetiawan menuturkan, kini para petani sudah tidak mengajarkan bertani bagi generasi berikutnya, sebab bertani bagi mereka tidak lagi mendapatkan imbalan sepadan dengan kenaikan harga barang kebutuhan lain yang harus dibeli dnegan uang. "Pemuda pedesaan kini memandang kehidupan pertanian tanpa prospek masa depan yang cerah," katanya.

Karena kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya, menurut Susetiawan, beberapa petani rela menjual tanahnya untuk memasukkan anak cucunya menjadi tentara, polisi atau pegawai negeri dengan cara bayar. "Petani yang tanahnya sempit sekitar 0,25 hektar biasanya menanam padi bukan untuk dijual, tetapi untuk memenuhi kebutuhan pangan," ujarnya
Disamping itu, pendidikan pertanian juga dinilai Susetiawan sudah tidak lagi membangunkan kebangkitan pertanian sebagai penyedia tanaman pangan di masa depan. Bahkan pendidikan formal tidak berorientasi pada perkembangan pertanian. Sementara di pihak pemerintah, kegagalan pembangunan pertanian bukan semata-mata kegagalan satu kementerian saja tetapi beberapa kementerian terkait yang tak pernah melakukan kerja koordinatif. "Kegagalan pembangunan pertanian secara otomatis mendorong kegagalan pendidikan pertanian baik dilakukan secara formal maupun kemasyrakatan akibat perilaku sosial para pemuda desa terasingkan dari dunia kehidupan mereka sehari-hari," pungkasnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun