Pandangannya terpaku pada fenomena tersebut, dan hatinya tergerak.Â
Ia merenung, bagaimana mungkin setetes air bisa melubangi batu yang keras?Â
Dari situ ia menyadari, jika air yang lemah bisa melubangi batu karena ketekunan dan konsistensinya, maka dirinya yang hanya manusia tentu bisa mengatasi kesulitan dalam belajar dengan sikap yang sama.
Bangkit dari Keterpurukan
Dari momen refleksi itu, semangat Ibnu Hajar kembali menyala.Â
Ia kembali ke sekolah dengan tekad yang baru, menemui gurunya dan menceritakan pengalaman di gua.Â
Melihat tekad dan semangatnya yang baru, gurunya dengan senang hati menerimanya kembali sebagai murid.
Perubahan pun mulai terlihat dalam diri Ibnu Hajar. Ia menjadi murid yang paling cerdas, mengungguli teman-temannya.Â
Ketekunan dan kerja kerasnya membuahkan hasil yang luar biasa. Beliau dikenal sebagai ulama besar dengan karya-karya yang berpengaruh hingga saat ini.Â
Beberapa di antaranya adalah "Fathul Baari Syarh Shahih Bukhari", "Bulughul Marom min Adillatil Ahkam", dan "al Ishabah fi Tamyizish Shahabah".Â
Menurut muridnya, Imam asy-Syakhawi, karya beliau mencapai lebih dari 270 kitab, sebagian peneliti bahkan mencatat hingga 282 kitab.