Judul cerpen: Semangkuk Acar Untuk Tuhan dan Cinta
Karya: Dewi Lestari
1. Tema
Tema yang diangkat oleh penulis ke dalam cerpen adalah agama/ketuhanan dan cinta
Pembuktian:
“"Inilah cinta. Inilah Tuhan. Tangan kita bau menyengat, mata kita perih seperti di sengat,dan tetap kita tidak menggenggam apa-apa." Sambil terisak, yang bukankarena haru bahagia atau haru nelangsa, lagi aku berkata: "Itulah cinta.Itulah Tuhan.”"
2. Latar
· Tempat : Meja makan
· Waktu : Tengah hari
· Suasana : Menegangkan
Pembuktian:
“Dan tidak ada yang lebih memahitkan mulut, memualkan perut, menyesakkan jantung, ketika seseorang muncul dengan kertas dan pulpen, atau alat perekam, di tengah jam makan siang, saat rahangmu sedang sibuk mengunyah, saat makanan di piring memohon perhatian penuhmu, dan orang itu bertanya: "Menurut Anda, apa itu cinta?""
3. Tokoh dan Penokohan
· Tokoh: Aku dan wartawan
Pembuktian:
“Aku hanya menggeram dan mengulang: "Cinta?" Si wartawan pun berpikir bahwa pertanyaan brilian berikutnya akan memancing jawaban lebih panjang dan lebih mencengangkan,…”
· Penokohan:
- Aku: memiliki keingin tahuan yang tinggi
Pembuktian:
“Apa itu cinta? Apa ituTuhan? Aku membenci kedua pertanyaan itu sepenuh hati sampai kudedikasikan seluruh hidupku untuk mencari jawabnya, agar kedua pertanyaan itu berhenti menghantui.”
- Wartawan: kritis
Pembuktian:
“Orang itu bertanya: "Menurut Anda, apa itu cinta?"”
“Dan dia sungguhan nekat bertanya: "Menurut Anda, apa itu Tuhan?"”
4. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang dalam cerita adalah orang pertama sebagai pelaku utama
Pembuktian:
“Aku lantas menyambar mangkok berisi acar, mencomot dua bawang merah utuh, dan memberikan satu butir kepada wartawan itu."Ayo, kita kupas. Pakai kuku." Dan tanpa menunggu, dengan semangat dan giat aku mulai mengupas.”
5. Alur
Alur yang digunakan penulis di cerita ini adalah alur maju
6. Amanat
Manusia itu pasti memiliki banyak keterbatasan, baik secara penglihatan, pendengaran, bahkan pemikiran. Tidak semua yang ada didunia ini bisa diterjemahkan dengan kata-kata atau dilukiskan dengan kuasdiatas kanvas. Tetapi, kita masih bisa mengerti dan mempercayai keberadaansemua hal tak terdefinisi itu tanpa harus mengerti apa arti kata yangterkandung didalamnya.