Mohon tunggu...
Anny Purnomo
Anny Purnomo Mohon Tunggu... -

dengan menulis aku bisa bebas bercerita dan mengeluarkan semua hal yang menggelitik kepalaku

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Serbuan The Raid, antara Bangga Sekaligus Geram

24 Maret 2012   11:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:32 7239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332603348651637126

Kedua, adanya penyalahgunaan terminologi Silat. Dalam sambutannya, bu Mari menyatakan bahwa The Raid mampu mengangkat seni bela diri Indonesia yaitu silat ke kancah internasional. Namun setelah saya melihat keseluruhan film-nya, silat manakah yang dimaksud sang menteri? Silat itu sendiri memiliki macam-macam aliran. Tidak jelas juga apakah silat yang dimaksud ini silat dari Betawi, Minang, Sunda, atau Banten? Rasa-rasanya tidak pas jika dikatakan silat. Apalagi dalam salah satu adegannya terdapat aksi banting-membanting, bukankan ini lebih mirip Karate atau Aikido?

Ketiga, munculnya pencitraan negatif yang mengarah pada kelompok etnis tertentu. Jika penonton memperhatikan, terdapat sekelompok pemain yang menjadi bagian dari kelompok mafia berbicara dengan logat etnis. Diceritakan bahwa kelompok bersenjata pedang panjang tersebut menjadi kelompok terkuat dan muncul setelah kelompok lain berhasil dirubuhkan Rama dan timnya. Diperlihatkan bahwa mereka kesadisan mereka saat mengoyak musuh dengan pedang adalah sebuah kesenangan. Menurut saya hal ini dapat semakin memperkuat image tentang kelompok etnis tertentu yang lekat dengan premanisme.

Keempat, adanya ketidakkonsistenan dan ketidakjelasan cerita. Dilihat dari segi cerita, film yang hampir semua pemainnya laki-laki ini memang mampu memberikan kejutan-kejutan seperti hubungan Rama dengan Andi (Donny Alamsyah) yang menjadi tangan kanan Tama. Rupanya mereka berdua adalah kakak-beradik. Serta hubungan Tama dengan Letnan Wahyu (Pierre Gruno) yang ternyata mereka berdua dikendalikan oleh seorang dalang yang sama.

Ketidakkonsistenan dan ketidakjelasan yang saya maksud disini seperti tidak adanya flash back atau kisah yang menceritakan mengapa Andi bisa menjadi mafia. Sangat disangkan film ini alurnya hanya satu waktu saja, tidak ada permainan adegan lintas waktu. Lalu, sang dalang pun tidak diungkapkan siapa. Mungkin, pendapat saya, hal ini sengaja disimpan untuk sekuel selanjutnya. Dalam cerita juga disebutkan bahwa Tama penasaran dengan hubungan Andi dengan salah satu tim dan akan dibuktikan dengan cara peggorokan leher Andi, tapi adegan selanjutnya Andi malah diasingkan ke suatu kamar dan kemudian disiksa oleh Mad Dog (Yayan Ruhian), yang juga tangan kanan Tama.

Keanehan lain yang saya rasakan adalah ketika Tama dibiarkan di ruangannya sendiri, sementara Mad Dog sibuk menyiksa Andi. Padahal dia adalah target utama penangkapan sehingga pada akhirnya bisa dengan mudah ditangkap oleh Letnan Wahyu. Lho kok bisa? Yang lebih aneh lagi, pasukan yang dikirimkan untuk menyerbu "kerajaan" Tama hanya berjumlah 18 orang dan mereka tidak dipersenjatai lengkap termasuk rompi anti peluru. Saya jadi teringat kisah penangkapan Jhon Kei yang berhasil dilumpuhkan oleh 50 polisi bersenjata lengkap dan disebar di beberapa titik. Mengapa film ini tidak ada ya?

Sebetulnya masih terdapat beberapa keanehan lain dari film The Raid ini. Hanya saja jika film ini semakin dirasionalkan tentu menjadi tidak asik lagi dan gregetnya hilang. Terlepas dari kritik-kritik saya diatas, saya tetap mengapresiasi The Raid dan tetap bangga karena pada akhirnya film Indonesia masuk Hollywood. Sudah saatnya para sineas Indonesia tampil lebih kreatif dengan tema yang lebih variatif sehingga euphoria The Raid ini dapat pula menular pada film-film selanjutnya. Semoga saja film-film selanjutnya memiliki pesan moral yang baik dan memperbaiki citra Indonesia di mata dunia. Maju terus film Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun