Mohon tunggu...
Anny Purnomo
Anny Purnomo Mohon Tunggu... -

dengan menulis aku bisa bebas bercerita dan mengeluarkan semua hal yang menggelitik kepalaku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selamat Hari Perempuan Sedunia!

8 Maret 2012   07:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:22 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13311890291126135983

Pagi ini (8/3) seperti biasa saya melakukan ritual pagi yaitu mengecek email sambil browsing berita online. Ada sesuatu yang menarik yang terdapat di pojok kiri atas Yahoo: Selamat Hari Wanita Sedunia! Wah, saya baru mengetahui adanya peringatan tersebut. Jujur saya, selama ini saya hanya mengenal Hari Ibu saja, namun sama sekali tidak pernah mengetahui adanya peringatan untuk perempuan secara keseluruhan. Rasa ingin tahu yang kuat kemudian mendorong jemari saya untuk mencari informasi ini lebih lanjut. Google adalah jawabannya. Ketika membuka search engine tersebut, maka seperti inilah tampilannya: [caption id="attachment_165211" align="aligncenter" width="421" caption="Tampilan nama "][/caption] Wow, bahkan Google pun ikut menyambut hari yang spesial untuk perempuan ini, batin saya. Huruf awal "G" pada Google diubah menjadi logo perempuan yang biasanya umum digunakan di kalangan medis. Sementara huruf ketiga "O" diubah menjadi sekuntum bunga, benda yang identik dengan perempuan. Lalu, adakah yang sudah mengetahui mengapa setiap tanggal 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Sedunia? Berikut ini sedikit ulasan yang saya dapatkan dari beberapa sumber. Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap tanggal 8 Maret ini merupakan hari yang dikhususkan bagi para kaum hawa sedunia dalam rangka memperingati keberhasilan perempuan di bidang sosial, politik dan ekonomi. Penetapan tanggal 8 Maret merujuk kepada alasan historis yaitu bahwa pada tanggal tersebut pada tahun 1917, perempuan di Rusia untuk pertama kalinya diberi hak suara oleh Pemerintah Rusia. Gagasan tentang perayaan ini pertama kali dikemukakan pada saat memasuki abad ke-20 di tengah-tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menyebabkan timbulnya protes-protes mengenai kondisi kerja. Kaum perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New York City. Para buruh garmen memprotes apa yang mereka rasakan sebagai kondisi kerja yang sangat buruk dan tingkat gaji yang rendah. Para pengunjuk rasa diserang dan dibubarkan oleh polisi. Kaum perempuan ini membentuk serikat buruh mereka pada bulan yang sama dua tahun kemudian. (lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Perempuan_Internasional) Meskipun demikian, peringatan Hari Perempuan Internasional pertama kali justru dilakukan pada tanggal 28 Februari 1909 di Amerika Serikat dalam rangka pendirian Partai Sosialis Amerika. Seperti yang dikutip dari LBH Apik (lihat: http://www.lbh-apik.or.id/lts-sjr-pr.htm), inilah kronologis penetapan Hari Perempuan Internasional: 1909 : Dalam rangkaian pendirian Partai Sosialis Amerika, Hari Perempuan Nasional pertama kali diperingati pada tanggak 28 Februari di Amerika Serikat.Hari hari tersebut kemudian terus diperingati perempuan pada setiap hari minggu terakhir bulan Februari sampai tahun 1913. 1910: Pertemuan kelompok sosialis internasional di Copenhagen, Denmark, memutuskan untuk memilikii Hari Perempuan Internasional sebagai penghormatan atas hak-hak asasi perempuan dan mendorong diperolehnya hak suara bagi semua perempuan di dunia. Keputusan ini diterima secara bulat oleh semua peserta yang diikuti oleh lebih dari 100 perempuan dari 17 negara, termasuk tiga perempuan pertama yang dipilih sebagai anggota parlemen Finlandia. Pada saat itu, mereka belum memutuskan pada tanggal berapa peringatan hari tersebut akan diadakan. 1911: Sebagai tindak lanjut dari keputusan yang telah diambil setahun yang lalu, Hari Perempuan Seduani untuk pertamakalinya diperingati (pada tanggal 19 Maret) di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss, dimana lebih dari sejuta perempuan dan laki-laki bersama-sama turun kejalan. Selain hak untuk ikut serta dalam pemilu dan posisi di dalam pemerintahan , mereka menuntut hak bekerja, kesempatan memperoleh pelatihan, dan penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan. Kurang dari seminggu sejak peringatan tersebut, pada tanggal 25 Maret terjadi insiden tragis di New York yang menewaskan lebih dari 140 buruh perempuan yang kebanyakan adalah imigran asal Italia dan Yahudi. Kejadian ini sangat mempengaruhi peraturan perburuhan di Amerika Serikat dan kondisi kerja yang menyebabkan insiden ini terjadi kemudian dikecam habis-habisan selama peringatan Hari Perempuan Internasional tahun berikutnya. 1913-1914 Sebagai bagian dari upaya perdamaian yang berkembang selama berlangsungnya Perang Dunia I, perempuan Rusia memperingati Hari Perempuan Internasional untuk pertama kalinya pada hari Minggu terakhir bulan Februari 1913. Di belahan Eropa lainnya, pada atau sekitar tanggal 8 Maret di tahun berikutnya, perempuan berunjuk rasa baik untuk memprotes perang maupun sebagai ungkapan solidaritas kepada saudara-saudara perempuan di manapun juga. 1917 Karena dua juta tentara Rusia terbunuh dalam perang, perempuan Rusia sekali lagi turun kejalan pada hari minggu terakhir di bulan Februari menyerukan "Roti dan Perdamaian". Para pemimpin politik menentang unjuk rasa tersebut, tetapi para perempuan ini tetap bertahan. Dan sejarah mencatat bahwa empat hari kemudian, Czar (raja) turun tahta dan pemerintahan sementara mengakui hak perempuan untuk ikut serta dalam pemilu. Hari bersejarah itu jatuh pada tanggal 23 Februari di Kalender Julian yang digunakan di Rusia atau tanggal 8 Maret menurut kalender Gregorian (kalender Masehi yang juga kita gunakan). Dan sejak saat itulah Hari Perempuan Sedunia diperingati pada hari yang sama oleh perempuan di seluruh dunia.

***

Lantas bagaimana dengan perempuan Indonesia? Selain memperingati Hari Perempuan Internasional, perempuan Indonesia juga memiliki sejarah tersendiri mengenai Hari Perempuan Indonesia yaitu diperingati setiap tanggal 21 April sebagai bentuk apresiasi terhadap RA Kartini, salah satu tokoh nasional yang  memperjuangkan kesetaraan pendidikan perempuan Indonesia. Meskipun demikian, peringatan kedua hari besar tersebut sepertinya tidak berpengaruh signifikan pada kasus kekerasan terhadap perempuan. Berdasarkan catatan Komisi Nasional Perempuan, selama kurun waktu 2007-2008, tingkat kekerasan terhadap perempuan meningkat hingga 100 persen. Jenis kekerasan yang paling banyak adalah secara seksual dan dalam ranah privat. Bahkan mayoritas korbannya masih berada di bawah umur. Pelakunya sendiri mulai dari yang berpendidikan tinggi hingga kalangan menengah ke atas. Sementara itu, dalam ranah politik, keterwakilan perempuan dalam parlemen belum terlihat signifikan. Bahkan dalam Pemilu 2009, yang tinggal menghitung hari, keterwakilan 30 persen perempuan, juga belum terlihat nyata. Sejarah juga mencatat bahwa perempuan Indonesia pernah menjadi orang nomor satu di negeri ini. Akan tetapi menurut saya, posisi tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh unsur miracle. Bagaimana menurut rekan-rekan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun