Demokrasi bukanlah sekadar sistem pemerintahan, melainkan juga sebuah nilai luhur yang perlu ditanamkan sejak dini. Sekolah dasar, sebagai fondasi pendidikan, memiliki peran krusial dalam membentuk karakter demokratis anak. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran akan pentingnya musyawarah, pengambilan keputusan bersama, dan toleransi sejak usia dini? Esai ini akan mengeksplorasi berbagai strategi dan pendekatan yang dapat diterapkan di sekolah dasar untuk membangun karakter demokratis pada siswa. Baik secara langsung atau melalui perwakilan yang mereka pilih, rakyat memiliki hak untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi hidup mereka.( Hasan Mohammad Tiro, 1999)
Tujuan diajarkannya demokrasi pada usia dini adalah untuk mengnalkan, mengajarkan, dan menanam jiwa demokrasi pada anak-anak sehingga anak-anak dapat memahami hakdan kewajiban demokrasinya. Menciptakan generasi penerus bangsa yang sejehtera, adil, dan makmur dengan prinsip-prinsip keadilan kejujuran dan keterbukaan sebagai landasan. Untukmencapai hal tersebut tentunya ada sebuah strategi agar anak-anak dapat menjadi geneasi penerus bangsa yang lebih baik dari sekarang. (Hasan Mohammad Tiro, 1999)
Sebelum membahas strategi, penting untuk memahami bagaimana anak-anak memandang demokrasi. Demokrasi bagi anak bukanlah konsep abstrak, melainkan pengalaman sehari-hari. Mereka belajar tentang demokrasi ketika bermain bersama, memilih mainan, atau berdiskusi tentang tugas kelompok. Dengan demikian, pendidikan demokrasi di sekolah dasar haruslah relevan dan menyenangkan, sehingga mudah dipahami dan diingat oleh anak.
Menanamkan Nilai-nilai Demokrasi dalam Kehidupan Sehari-hari di Sekolah
Musyawarah untuk Muafakat:
- Mulai dari hal kecil: Ajak siswa bermusyawarah saat memilih menu makan siang, menentukan tema kegiatan kelas, atau mengatur jadwal piket.
- Belajar mendengarkan: Latih siswa untuk mendengarkan pendapat teman dengan seksama sebelum menyampaikan pendapatnya.
- Menghargai perbedaan: Ajar siswa bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dan justru memperkaya pemikiran.
Pengambilan Keputusan Bersama:
- Pemilihan ketua kelas: Libatkan seluruh siswa dalam proses pemilihan ketua kelas secara demokratis.
- Proyek kelompok: Berikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan proyek kelompok dan belajar mengambil keputusan bersama.
- Simulasi pemilihan umum: Adakan simulasi pemilihan umum sederhana di kelas untuk mengenalkan mekanisme pemilihan umum secara nyata.
Toleransi dan Keragaman:
- Kenali teman: Ajak siswa untuk saling mengenal dan menghargai perbedaan latar belakang, suku, agama, dan budaya.
- Mengatasi konflik: Ajarkan siswa cara menyelesaikan konflik secara damai dan mencari solusi bersama.
- Menerima perbedaan: Latih siswa untuk menerima perbedaan satu dengan yang lain  agar siswa dapat mengurangi tindakan diskriminisasi dan bulliying
Tanggung Jawab dan Partisipasi:
- Tugas dan kewajiban: Berikan tugas dan tanggung jawab kepada siswa sesuai dengan kemampuannya.
- Kegiatan ekstrakurikuler: Ajak siswa untuk aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
- Kegiatan sosial: Libatkan siswa dalam kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat.
Strategi Pembelajaran yang Efektif
- Pembelajaran berbasis proyek: Melalui proyek, siswa dapat belajar secara aktif dan menerapkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan nyata.
- Diskusi kelompok: Diskusi kelompok mendorong siswa untuk berinteraksi, bertukar pikiran, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
- Permainan peran: Permainan peran dapat membantu siswa memahami berbagai perspektif dan mengembangkan keterampilan sosial.
- Studi kasus: Studi kasus tentang peristiwa-peristiwa demokrasi di dunia dapat menginspirasi siswa dan memperluas wawasan mereka.
Peran Guru sebagai Fasilitator
Guru memiliki peran penting untuk menanamkan niai-niai demokrasi pada anak-anak disekolah. Guru harus menjadi fasilitator yang menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, demokratis, dan menyenangkan. Guru juga perlu menjadi model peran yang baik dengan menunjukkan sikap demokratis dalam setiap interaksi dengan siswa.