Mohon tunggu...
Vera
Vera Mohon Tunggu... Mahasiswa - ganbatte kudasai!

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hoshizora Foundation Buka Ruang Diskusi Penerapan P5 Bagi Pengajar Melalui Cakap Pengajar 2024 (Siap P5: Sharing Inspirasi dan Aksi Pancasila)

6 Desember 2024   12:29 Diperbarui: 6 Desember 2024   13:31 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta - Hoshizora Foundation kembali mengadakan Cakap Pengajar, virtual capacity building untuk para pengajar dan koordinator wilayah Hoshizora Foundation pada tanggal 29 November 2024 lalu melalui zoom meeting. Kali ini, "Cakap Pengajar: SIAP P5  (Sharing Inspirasi dan Aksi Pancasila di P5)" menjadi tema yang diusung oleh Hoshizora Foundation untuk mewadahi para pengajar berbagi pengalaman dan saling belajar mengenai implementasi P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila). 

P5 merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui penanaman nilai-nilai Pancasila dengan pendekatan berbasis proyek. Namun, untuk mencapai keberhasilan tersebut, efektivitas penerapan P5 di lapangan oleh pengajar juga menjadi hal krusial. Oleh karenanya, pada kesempatan ini Hoshizora Foundation menghadirkan dua koordinator wilayah sebagai narasumber, yakni Zulfatul Afifah dari Kalimantan Timur dan Ernawati dari Nusa Tenggara Barat untuk berbagi pengalamannya seputar pelaksanaan P5. 

Implementasi P5 yang Bermakna bagi Siswa dan Bermanfaat Untuk Sekitar

Sumber: Hoshizora Foundation
Sumber: Hoshizora Foundation

Narasumber berbagi pengalaman menariknya tentang pelaksanaan P5 di sekolahnya, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, hingga pasca kegiatan. Berdasarkan paparan Zulfatul, ada beberapa langkah penting yang dilakukan, pertama dengan mengidentifikasi kegiatan yang akan dilaksanakan, menyusun rancangan kegiatan, membagi tugas guru pembimbing, menetapkan output kegiatan, mendokumentasikan proses kegiatan, dan melaksanakan refleksi ataupun evaluasi dari kegiatan yang telah terlaksana. 

Menariknya, kedua narasumber kali ini mengangkat topik P5 gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, dan demokrasi. Seringkali orang-orang menganggap bahwa penerapan P5 membutuhkan banyak biaya dan terlihat mewah seperti bazar ataupun festival. Namun, kedua narasumber memaparkan penerapan P5 yang efektif tanpa memakan banyak biaya dan berfokus pada pendidikan karakter siswa. 

Zulfatul memulai dengan berbagi pengalamannya pada topik gaya hidup berkelanjutan bertemakan pemanfaatan barang bekas. Hal ini dilatarbelakangi oleh wilayah sekolah yang berdekatan dengan fasilitas umum seperti kantor desa ataupun gedung serbaguna, sehingga banyak barang bekas yang kemudian diolah siswa menjadi produk yang memiliki nilai jual. Faktor lainnya adalah daerah sekolah yang termasuk kota dan banyak orang lebih memilih untuk membeli kebutuhannya. Oleh karenanya, di topik P5 kearifan lokal, para siswa diajak untuk menanam lombok di pekarangan rumah. Produk yang dihasilkan para siswa kemudian dijual oleh ketua paguyuban dan disumbangkan untuk pembangunan mushola di wilayah sekolah. Sedangkan untuk demokrasi, implementasi P5 berbentuk pemilihan guru favorit bagi siswa-siswi di sekolah dasar. Dengan demikian, selain produk, output yang dihasilkan berupa pendidikan karakter siswa seperti gotong royong, berani berpendapat, bertanggungjawab, kreativitas, dan belajar untuk berbagi dengan sekitarnya.

Dilanjutkan dengan narasumber kedua, yakni Ernawati yang menjelaskan cara memilih tema yang relevan dan bermakna dengan berdasar minat siswa dan kebermanfaatan lingkungan sekitar, menyesuaikan dengan program sekolah, dan memastikan kesiapan siswa dan seluruh warga sekolah. 

Para penerapan P5, Ernawati menyampaikan pengalamannya dalam mengarahkan siswa untuk membuat Mbohi Dungga dan dipromosikan untuk dijual. Selain itu, siswa juga diajak untuk  membuat baju adat dari Bima sebagai bagian dari kearifan lokal. Selanjutnya, menurut Ernawati, topik demokrasi merupakan P5 yang dinantikan siswa, pasalnya mereka akan melakukan pemilihan ketua OSIS. Dari situlah terbentuk karakter siswa seperti berani menyampaikan pendapat dan menghargai pendapat orang lain. Untuk topik gaya hidup berkelanjutan dengan penanaman obat-obatan, taman, dan sayur-sayuran.

Tantangan yang Dihadapi dalam Penerapan P5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun