Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Babarsari Bukan Gotham City, Bukan Barbar City

6 Juli 2022   07:00 Diperbarui: 6 Juli 2022   07:07 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedari kemarin nama Babarsari naik trending Twitter. Wah, Babarsari rusuh!

Dari berita dan video kiriman netizen disebutkan terjadi bentrokan antar kelompok. Dimana kerusuhan tersebut menimbulkan kerugian yang cukup parah. Setidaknya beberapa orang dilaporkan terluka, 2 ruko terbakar dan 6 sepeda motor rusak parah.

Netizen menyebut Babarsari sudah menjadi Gotham City. Sepertinya kehidupan di Babarsari sudah seperti cerita di komik DC.  Bahkan ada Babarsari diplesetkan menjadi "Barbarsari". Soalnya ada video juga yang memperlihatkan sekelompok pemuda membawa-bawa senjata tajam.

Miris! Karena semakin maju peradaban, Babarsari seharusnya semakin beradab. Apalagi daerah tersebut penuh dengan kost-kostan yang notabene penghuninya mahasiswa. Golongan terpelajar bukan preman yang mempunyai kemampuan berpikir yang jauh rasional.

Btw, sudah lama tidak menginjakan kaki di Yogyakarta, khususnya Babarsari. Terakhir tahun 2007, itu pun sekedar lewat. Ya mencoba bernostalgia. 

Dengar punya kabar, Yogyakarta sudah menjadi kota yang berkembang pesat. Termasuk urusan macet katanya. Daerah pinggiran bahkan sudah semakin padat dengan penduduk dan kegiatan ekonomi lainnya.

Tahun 1992 pertama kali main ke daerah Babarsari, mengendarai sepeda motor bersama seorang teman malam hari. Menyusuri mulai dari Jalan Babarsari dekat kampus UPN Veteran terus ke utara lalu belok ke arah Kledokan atau Selokan Mataram. Suasananya gelap dan sunyi. Maklum lebih banyak ladang tebu daripada rumah.

Di seberang ladang tebu terdapat rumah besar yang sepertinya dijadikan kost-kostan (elite). Kalau tidak salah ingat, rumah itu merupakan satu-satunnya bangunan yang ada di area tersebut. 

Pada tahun 1992 juga, pernah jalan kaki dari kampus di Mrican ke Babarsari. Hampir tengah malam dan sendirian menyusuri Selokan Mataram menuju jembatan Babarsari. Ada semacam 'ujian' sendiri untuk masuk KSR PMI karena saya ikut orientasinya telat. Lewat jembatan Babarsari

Tidak jauh dari jembatan ada kuburan lama. Saya diperintahkan senior masuk areal pekuburan dan mencatat nama-nama yang terdapat di nisan. Aslinya takut karena suasananya seram banget.

Jembatan Babarsari sendiri menjadi salah satu tempat latihan SRT (single rope  technique). Biana sih anak-anak mapala dan PMI yang latihan di situ terutama pada hari sabtu dan minggu.

Seiring berjalannya waktu, Babarsari semakin ramai tentu saja dengan pendatang. Baik mereka yang kuliah maupun yang mengambil peluang usaha.

Tahun 2000 sampai 2003 bisa dibilang hampir setiap hari ke Babarsari. Masa-masa di mana warnet dan game-net sedang ramai walau koneksi masih dibawah 1 mbps. Saya bekerja di salah satu warnet yang buka 24 jam dan tepat berada di sebelah kampus UAJY. Persis berseberangan dengan sebuah wartel yang ada di belakang kampus UPN Veteran.

Apakah masa itu ada keributan di kawasan itu? seingat saya pernah juga. Tapi rasanya tidak sampai bakar-bakaran. Dalam rentang 3 tahun di Babarsari mungkin sekali-dua kali saja. Ya, perkelahian antar kelompok juga sih.

Tapi bisa dibilang Babarsari relatif aman siang maupun malam. Nongkrong di angkringan sampai penjual angkringannya 'kukut' juga santai-santai saja. Kalau masuk shift sore pulang jam 12 malam, tidak kawatir ada begal atau klithi. 

Kalau giliran shift malam-pagi, ya tetap merasa aman-aman karena ada warga asli situ yang kadang jadi teman ngobrol. Itulah hal positif yang bisa kita dapat jika bersahabat dengan warga asli.

Babarsari terus menggeliat semakin ramai, pergerakannya sampai ke arah seturan.  Kontrakan rumah atau ruko semakin mahal.  Itu juga menjadi sebab warnet hanya berjalan 3 tahun saja. Sewa tidak bisa diperpanjang. Mungkin sang pemilik akan menyewakan lagi dengan harga yang jauh lebih tinggi.

Masyarakat asli  Yogyakarta asyik-asyik. Enak diajak kekancan (berteman) maupun duluran (saudaraan). Penting bagi kita sebagai pendatang misalnya untuk membaur. Baik dengan sesama pendatang maupun warga asli. Jadi bagaimana bisa Babarsari yang dulu bersahabat bisa jadi Gotham City? 

Babarsari tentu tidak ingin dikenal sebagai Gotham atau Barbar City. Pihak pemerintah daerah harus mencari akar permasalahan agar kejadian serupa tidak terulang.

Yogyakarta boleh menjadi kota yang lebih maju. Lembagai pendidikan, mall dan hotel ramai berdiri. Namun nilai-nilai budaya dan ketentraman kota yang seperti saya dan banyak 'alumni Jogja' pernah rasakan 20 tahun lalu itu harus tetap sama-sama dijaga. 

Apalagi jika status kita sebagai pendatang. Jadilah tamu yang baik, bukan malah jadi perusuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun