Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Komentator Bola Lebay, Siapa Salah?

21 April 2021   03:20 Diperbarui: 21 April 2021   03:26 2101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu ramai di media sosial tagar #GerakanMuteMassal.  Bentuk protets netizen pada Valentino Simanjuntak, komentator bola yang dinilai lebay dalam mengomentari Piala Menpora di salah satu tv swasta nasional.

Sudah lama sih Valent ngebranding dirinya dengan kata-kata"jebret". Nggak cuman jebret, banyak istilah-istilah lain yang nggak ada hubungannya dengan bola. Misalnya tendangan membelah anulah.  Sampai bawa-bawa nama artis Anya Geraldine segala,

Lama-lama pencinta bola jengah. Terus terang sangat-sangat mengganggu. Bukankah sesuatu yang berlebihkan itu tidak baik? Kalau tidak ada protes dari netizen Valent mungkin akan tetap dengan stylenya.

Saya saja kalau bung Valent yang jadi komentator sebenarnya sudah males. Asli mending dengerin komentator bola tv Arab.  Tapi bagaimana pun nonton bola bisu rasanya juga nggak enak. 

Sebenarnya yang paling berdosa tentu saja pihak stasun TV. Banyak kok komentor bola yang bagus. Punya pengetahauan yang luas soal bola. Nggak usah sekelas Bung Rayana Djakasurya. Cukup bung Kusnaini, Towel, Weshley, atau Olan Fatah. Nggak perlu lebay tapi tetap saja menarik untuk diikuti.

Entahlah, mungkin tipikal tv-tv swasta kita yang rating oriented. Bisa jadi Indosiar punya survey sendiri jika Bung Valent yang jadi komentator rating siaran bola mereka naik. Atau bisa juga untuk menarik penonton yang nggak ngerti bola. Jadi lebih mengedepankan sisi hiburan semata.

Saya yakin Valent pasti nonton pertandingan EPL atau liga eropa. Perlu lah belajar dari Peter Drury, Jim Beglin atau Martin Tyler bagaimana memandu jalannya pertandingan sepakbola. Mereka juga tidak serius-serius amat dan tidak banyak istilah-istilah teknis. Hebatnya lagi mereka juga mampu menganalisa pertandingan. 

Pecinta bola tentu tidak akan melupakan reaksi dan dahsyatnya komentar dan teriakan Peter Drury  saat Roma mengandaskan Barcelona di Liga Champions 2018. Gila, epic banget! Tidak lebay tapi kreatif dalam memilih kata-kata dalam mendramatisasi visual.

Kembali ke Valent yang mulai mengerem aksi jebret-jebretnya. Saran saya sih nggak perlu menghilangkan trademark dia itu. Cuman ya harus proporsional. Suara dia  cukup menarik dan sudah familiar. Perlu ditambah lagi pengetahuan bolanya. 

Mungkin Valent bisa mencari rekaman bola tahun 80-an. Ada bung Sambas yang kalau bisa belum ada tandingannya dalam soal memandu pertandingan bola nasional.

Bayangkan saja, kalau bung Sambas bawain bola di radio atau radio masyakat serasa betul-betul dibawa ke dalam pertandingan tersebut. ketegangan-ketenganan di rumput hijau seperti dibawa ke dalam rumah. Makin seru kalau diikuti rame-rame.

Bola dan komentator tidak lepas dari aspek entertainmen. Sesuatu yang bisa membuat pertandingan menjadi segar dan tidak monoton. Tetapi tidak harus menjadi lebay. Komentator yang baik harus kreatif. Masukan-masukan dari masyarakat pencinta bola hendaknya dijadikan pembelajaran untuk memperbaiki diri agar menjadi komentator yang berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun