Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Imlek Komed] Mengintip Perayaan Imlek Masyarakat Tionghoa Bangsal Stabat

8 Februari 2019   03:05 Diperbarui: 8 Februari 2019   03:50 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mei tiao da jie xiao xiang..Mei ge ren di zui li..
Jian mian di yi ju hua..Jiu shi gong xi gong xi..
Gong xi gong xi gong xi ni ya..
Gong xi gong xi gong xi ni..

Tiga wanita paruh baya dengan dengan busana merah-merah tampak begitu semangat menyanyikan lagu 'wajib' imlek itu. Lagu mandarin berirama rancak itu mampu membuat kami semua larut dalam kemeriahan imlek. Tidak perlu tahu arti lirik dalam lagu berjudul "Gong xi Gong xi" untuk bisa merasakan sukacita malam imlek masyarakat Tionghoa.

Sebelum acara utama yaitu karaokean, panitia menggelar acara bagi ibu-ibu dan anak-anak berupa permainan dan lucky draw yang dimasukan ke dalam balon. Nilai dan besarnya hadiah bukan hal yang utama bagi mereka. Melainkan kebersamaan dan kegembiraan tahun baru.

Acara karaoke sepertinya sudah menjadi acara wajib bagi masyarakat di perkampungan Tionghoa di kota Stabat Kabupaten Langkat, yang dikenal dengan sebutan 'Bangsal'. Konon katanya rumah-rumah di sana dulu mirip bangsal-bangsal. Sampai saat ini pun masih tersisa rumah-rumah kayu model lama di situ.

Imlek di perkampungan yang dihuni sekitar 250 KK  ini betul-betul terasa atmosfer imleknya. Setiap rumah ramai berhiaskan lampion dan pernak-pernik budaya Tionghoa. Semakin nyata semaraknya saat malam hari dengan lampu yang berkerlap-kerlip. Serasa sedang berada di sebuah desa di Tiongkok sana!

Mendekati pukul 8 malam bangku-bangku di depan panggung mulai terisi penuh. Para tokoh-tokoh masyarakat Tionghoa setempat duduk dibarisan depan bersama beberapa tamu undangan. Saya yang hadir bersama Sugianto Makmur, Caleg DPRD Sumut Dapil 12 Binjai-Langkat dari Partai PDI-Perjungan bergabung bersama mereka.

Akong dan Ama pun tidak mau ketinggalan (dok.pri)
Akong dan Ama pun tidak mau ketinggalan (dok.pri)
Pengisi acara silih berganti naik ke atas panggung berukuran 3 x 4 meter yang dilengkapi monitor dibawahnya. Paling menarik ketika sepasang kakek-nenek naik ke atas panggung menyanyikan beberapa lagu mandarin dengan penuh semangat. Beberapa penonton naik ke atas panggung untuk nyawer angpaw. Di  sini, jika ingin dapat angpaw  cukup bermodal keberanian saja. Naik ke atas panggung dan bernyanyi beberapa lagu. Lagu berbahasa Indonesia juga boleh.

Angpaw bagi pengisi acara (dok.pri)
Angpaw bagi pengisi acara (dok.pri)
(dok.pri)
(dok.pri)
Piring-piring berisi panganan  kecil serta air minum dalam kemasan dihidangkan. Dua botol anggur hitam dan putih produk rumahan diletakan di meja kami. Tidak ketinggalan dengan "tambul" berupa daging biawak goreng dan potongan babi panggang. Saya minum secukupnya saja karena saya masih harus bawa kendaraan pulang ke Medan.

Bersama tokoh masyarakat dan tamu undangan (dok.pri)
Bersama tokoh masyarakat dan tamu undangan (dok.pri)
Saya melihat bahwa acara ini bukan sekedar acara hiburan semata. Pastinya lewat acara ini semakin menguatkan rasa persaudaraan sesama warga Tionghoa. Bagi yang baru mudik, acara ini menjadi ajang temu kangen dengan teman lama.

Harapan untuk Imlek boleh dibilang sama setiap tahunnya.Yaitu harapan bagi kemakmuran, kesuksesan, kesehatan, dan umur panjang. Imlek bukan sekedar jeruk dan angpaw semata. Tetapi Imlek harus menjadi sarana penguat ikatan sesama orang Tionghoa.

Tradisi perayaan Imlek dan tradisi-tradisi lainnya harus tetap dijaga. Ada kekawatiran bahwa tradisi yang dimiliki oleh orang-orang Tionghoa semakin lama semakin terkikis oleh kemajuan jaman. Padahal lewat tradisilah identitas sebagai orang Tionghoa itu nyata adanya.

waktunya pulang (dok.pri)
waktunya pulang (dok.pri)
Dalam kebersamaan dan kehangatan warga Bangsal (dok.pri))
Dalam kebersamaan dan kehangatan warga Bangsal (dok.pri))
Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 10. Kami minta ijin untuk pulang. Kendati acara masih akan berlangsung panjang. Warga Tionghoa Bangsal melepas kami dengan kehangatan dan keramahan. Imlek kali ini begitu berkesan karena telah memberikan pengalaman yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun