Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sepak Bola Indonesia, Ketika Kemenangan Adalah Segala-galanya

3 November 2017   22:48 Diperbarui: 4 November 2017   12:04 6174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
El Clasico Indonesia itu berakhir tragis (foto:Kompas,com)

Ada pengurus klub di liga Inggris yang menyuruh pemainnya walk out saat dirugikan? Semua yakin itu bukan karena aturan FA atau UEFA yang super tegas. Tetapi jiwa sportivitas yang sudah mendarah daging.

Sekali lagi, kemenangan bukan segala-galanya. Walk out jelas menyakiti hati puluhan ribu penonton yang hadir di stadion. Baik fans sendiri maupun fans lawan. Ogah melanjutkan pertandingan, jelas memperkosa hak-hak jutaan pencinta sepak bola di seluruh dunia yang turut menyaksikan dari rumah.

Pecinta sepak bola ingin hiburan yang mereka dapat dalam sebuah pertandingan sepak bola. Walau ada momen-momen kontroversial. Drama-drama yang menjadi nyawa dan menghidupkan sepak bola. Maka dari itu jutaan orang rela mengeluarkan uang hanya untuk bisa berlangganan channel olahraga. Semua sadar bahwa menang dan kalah itu hal yang biasa.

Apakah pernah pemain sepak bola Indonesia berpikir tentang anak-anak kecil penggila bola yang setiap sore setia di muka televisi. Sambil bermimpi suatu saat bisa seperti idolanya. Rasanya tidak! Mereka hanya berpikir bagaimana bisa menang dan menang. Jika caranya harus dengan bikin cedera lawan pun mereka akan lakukan. Coba tanya Rudi Widodo.

Kita masih ingat aksi fair play Paolo Di Canio saat West Ham vs Everton (th 2000). Di Canio yang saat itu berada di kotak penalti tiba-tiba menangkap bola yang diarahkan padanya. Ia melihat bahwa kiper Everton, Paul Gerrard, terkapar karena cedera. Semua paham baik itu rekan satu tim maupun suporter West Ham sendiri. Bahkan akhirnya FIFA memberi penghargaan khusus kepadanya.

Ada banyak tindakan sportivitas dalam sepak bola. Banyak penendang penalti yang sengaja melencengkan bola keluar gawang karena mereka memang merasa tidak layak mendapat hadiah penalti.

Ketika pemain maupun pengurus merasa bahwa kemenangan adalah segala-galanya mereka otomatis sudah menjadi hamba dari "kemenangan". Maka kewajiban mereka untuk respek kepada wasit pasti tidak ada lagi. Wasit dianggap sama tools pertandingan semata. Padahal mereka bermain jelas butuh wasit. Wasit lokal dikejar-kejar, wasit luar dicaci. Aneh memang.

Semakin menyedihkan karena aksi-aksi tidak sportif melibatkan pemain-pemain yang sudah malang melintang dalam timnas. Maka jangan heran jika ada pemain muda kita yang protes berlebihan pada wasit dalam pertandingan internasional. Bahkan sampai ribut dengan timnas lain.

PSSI sebagai federasi sepak bola harus tegas menerapkan peraturan. Kondisi sepak bola kita sudah kronis. Hukuman denda tidak akan bikin jera. Buat klub kaya soal uang tentu bukan masalah.

Aksi walk out atau serangan pada wasit harus dihukum yang berat. Beri efek jera, kalau perlu turun kasta. Kalau itu dilakukan tentu tidak akan ada klub yang berani walk out. Enak saja walk out, pertandingan bukan milik mereka sendiri. Pikirkan juga elemen-elemen lain yang ikut terlibat mendukung kesuksesan pertandingan.

Mungkin lagu para suporter klub Indonesia harus diubah. Tidak perlu lagi menyanyikan lagu yang liriknya " Yo Ayo....ku ingin kita harus menang..". Coba Bikin lagu seperti Glory Glory-nya MU atau You'll Never Walk Alone yang nyaring berkumandang di Anfield.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun