Sambil menyelam minum air. Begitulah Jokowi. Di sela-sela meresmikan 2 ruas jalan tol di Sumatera Utara, ia coba melihat sendiri kondisi jalan yang ada di kota Medan. Presiden kecewa! Mungkin sedikit marah. Beritanya langsung menyebar seantero negeri.
"Ya segera dikerjakan. Kalau nggak segera dikerjakan, duluan saya kerjakan nanti," tegas Jokowi (detik.com). Begitu perintah Jokowi kepada Walikota Medan Dzulmi Eldin setelah menyaksikan dengan kepala sendiri buruknya kondisi beberapa jalan di Medan.
Fakta menunjukan kondisi jalan di kota terbesar nomor 3 di negeri ini begitu buruk. Ternyata tidak itu saja, Jokowi melihat pemkot Medan juga gagal dalam pengelolaan sampah.
Pasti bukan 'ujug-ujug' Jokowi memerintahkan protokoler untuk membuat agenda berkeliling kota Medan. Khususnya melewati jalan yang rusak. Mungkin terlalu banyak keluhan warga Medan yang masuk ke telinga Jokowi. Bisa juga karena ada sang pembisik.
Beberapa hari lalu dalam sebuah dialog di televisi, pejabat Bina Marga/PU mengatakan bahwa jalan di kota Medan yang rusak tidak lebih dari 15 persen saja. Dikatakan bahwa saat ini pula pemerintah kota terus melakukan perbaikan. Baik itu pengaspalan maupun pengecoran.
Faktanya memang begitu. Berbarengan dengan proyek perbaikan drainase di hampir seluruh pelosok Medan, dilakukan pula perbaikan jalan. Contohnya pengaspalan di Jalan Gatot Subroto dan Pinang Baris. Termasuk pengecoran di Jalan Mandala, Gaperta, Krakatau dan beberapa jalan lainnya. Jalan-jalan tersebut tanggung jawab siapa?
Bagi masyarakat awam, status mana jalan kota mana jalan provinsi tentu tidak paham. Pokoknya jalan yang ada di Medan adalah tanggung jawab dari pemkot Medan. Titik!
Kenyataannya memang Medan adalah kota yang amburadul. Bahkan seorang warga Australia pernah menyebutkan Medan itu the worst city in the world. Baca artikelnya di sini
Sudah hampir 10 tahun saya tinggal di Medan. Bagi saya sendiri, Medan adalah kota yang menarik. Kota multi etnis yang membuatnya begitu unik. Soal kuliner rasanya Medan itu numero uno.
Medan sebagai kota metropolitan punya segudang potensi khususnya perniagaan. Sumber daya manusianya pun tidak kalah dengan kota-kota di Jawa. Termasuk memiliki salah satu universitas terbaik, Universitas Sumatera Utara.
Tetapi seolah-olah kota ini berjalan tanpa nakhoda. Tidak ada perencanaan yang jelas kemana arahnya. Pembangunan hanya tambal-sulam saja. Sepertinya pejabat kota ini tidak pernah study banding ke kota. Kaum cerdik pandainya pun entah kemana.