Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dari Kompas.com Saya Mengenal Kompasiana

15 September 2017   02:46 Diperbarui: 18 September 2017   04:59 2687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi saya Kompas.com memiliki nilai histori yang sulit dilupakan. Bagaimana tidak, Kompas.com adalah situs pertama yang saya kunjungi saat pertama kali mengenal dunia internet.

Saya lupa tepatnya, sekitar tahun '95 -'96. Suatu malam saat nongkrong di Posko UKM, seorang teman bertanya apakah saya bisa menggunakan internet. Dan saya jawab bisa.

Teman tersebut ingin mencicipi rasanya menggunakan internet. Lalu kami pergi ke sebuah warnet di jalan Colombo Yogyakarta. Sebuah warnet yang baru saja buka. Rasanya itu warnet pertama di seputaran tempat saya tinggal. 

Terus terang saya nekad. Padahal sesungguhnya saya seumur hidup belum pernah mengakses internet. Saya pikir ajakan itu bakal menjadi kesempatan saya untuk bisa ke warnet gratis. Bukankah ada istilah "yang mengajak, dia yang nraktir". Lumayanlah bisa akses internet gratis. Maklum masa itu sewa per jam 10 ribu dengan kecepatan akses seadanya. Harga yang tergolong mahal untuk kantong mahasiswa untuk masa itu.

Jadilah kami berdua meluncur ke warnet tersebut. Pertama yang saya lakukan adalah mencari Internet Explorer. Di halaman address, Kompas.com adalah situs pertama yang saya tuju. Tahu mengapa? Karena memang hanya nama dotcom itu saja yang ada di kepala.

Kebetulan saya berlangganan harian Kompas. Masa itu rasanya Kompas gencar memberitakan tentang dunia internet. Dan tidak ketinggalan situs mereka Kompas.com. Kalau saya tidak salah url www.kompas.com tercetak walau kecil di bagian atas dari halaman pertama Kompas.

Setelah Kompas.com kemudian baru beralih ke halaman Yahoo.com. Sebuah mesin pencari yang paling terkenal saat itu. Sayang Yahoo tidak mampu mempertahankan kejayaannya. Masa itu berita mengenai Yahoo juga sering muncul di surat kabar.

Mengakses Kompas via internet ada sensasi tersendiri. Seperti memasuki dunia lain. Serasa memasuki era yang betul-betul modern. Era di mana semua informasi serasa dekat dan mudah diperoleh. Bisa dibilang "tidak ada yang tidak ada di internet."

Selain Kompas.com saya kadang beralih ke situs Indopubs. Sebuah situs yang menyediakan tulisan dalam format milis. Di mana isinya kebanyakan berita-berita underground. Tulisan-tulisan dari banyak tokoh, aktivis, atau penulis anonim. Cocok dengan kondisi saat itu di mana gerakan-gerakan pro reformasi mulai timbul. Tulisan-tulisan yang tidak bakal muncul di Kompas.com.

Tetapi bagaimanapun Kompas.com belum bisa menggantikan Kompas cetak. Rasanya belum puas kalau belum membaca Kompas cetak. Mindset kita soal berita belum sepenuhnya berubah. Lagi pula saat itu belum hadir yang namanya Symbian, Android dan iOS. Di mana akhirnya orang bisa mengakses internet secara mobile yang akhirnya mengubah cara orang dalam membaca berita.

Setelah Kompas.com bermunculan situs berita-berita lain. Namun bagaimanapun nama besar Kompas tetap menjadi pertimbangan. Sehingga Kompas.com tetap menjadi rujukan ketika tidak lagi berlangganan Kompas cetak.

Dari Kompas.com pula mengenal Kompasiana. Berawal dari klik-klik saja link yang ada di Kompas.com. Ada yang berbeda di Kompasiana terutama dalam hal berita. Namun sepertinya Kompasiana memiliki ekslusif. Baru pada Januari 2010 coba membuka akun di Kompasiana. Sepertinya Kompasiana mulai membuka diri terhadap penulis awam.

Kompas.com sudah berusia 22 tahun. Usia yang cukup matang untuk melangkah lebih jauh. Tanpa dipungkiri Kompas.com menghadapi persaingan ketat dengan media berita online sejenis. Belum lagi dari media sosial sepertinya lebih menjadi pilihan. Terutama dari kalangan muda.

Entah ada berapa banyak news dot com saat ini. Berita-beritanya bisa dibilang hampir sama. Terkadang pemberian judulnya pun sama. Apalagi berita-berita dari luar. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah Kompas.com harus bebas dari hoax.

Sedangkan untuk berita-berita dari luar negeri. Pihak redaksi Kompas.com harus cermat dalam menerjemahkan ke Bahasa Indonesia. Kadang dijumpai terjemahan yang aneh. Walaupun jika dibandingkan dengan situs lain Kompas.com masih lebih baik.

Terakhir, saya sih berharap Kompas.com tidak hanya sekedar ruang berita online biasa. Jujur kadang saya melihat Kompas.com seperti kurang berani dan berani melakukan inovasi. Sesuatu yang berbeda. Mungkin sesuatu yang lebih mendekatkan Kompas.com dengan pembaca setianya.

Selamat Ulang Tahun ke-22 Kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun