Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kompasianer Goes To Liverpool Bersama Electronic City

10 Desember 2016   23:58 Diperbarui: 11 Desember 2016   10:53 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anfield Stadium (mirror.co.uk)

Jika ditanya apa yang menjadi destinasi wisata impian, dengan cepat akan saya jawab “Liverpool”. Mengunjungi kota pelabuhan di bagian utara Inggris itu sudah menjadi impian sejak saya duduk di bangku SD.

Bukankah banyak destinasi yang jauh lebih terkenal baik itu destinasi wisata dalam maupun luar negeri? Bahkan Indonesia sendiri memiliki potensi wisata yang luar biasa seperti Raja Ampat, Bali, atau Wakatobi. Tempat-tempat yang menjadi surga bagi para traveller.

You'll never walk alone
You'll never walk alone
Liverpool identik dengan klub sepakbola Liga Inggris, Liverpool FC, dan saya adalah fans berat klub ini. Menjadi Kopite (penggemar berat Liverpool) dimulai sejak kecil. Ketika Liverpool berada di puncak kejayaan. Momen-momen bersejarah sampai kini masih ada dalam ingatan.

Mulai dari kisah memilukan di tahun 1985, kejadian tragedy Heysell yang diawali kalahnya Liverpool lewat gol tunggal Michael Platini dari titik pinalti pada final Liga Champions. Tragedi yang membuat Liverpool harus menerima hukuman larangan bertanding di luar Inggris selama 10 tahun.

Sampai momen terindah ketika Liverpool berhasil merebut piala Liga Champions Eropa untuk ke-lima kalinya. Mengalahkan AC Milan pada partai final di Istanbul Turki tahun 2005. Sebuah epic heroik dari Steven Gerrard dan kawan-kawan. Sempat tertinggal 0-3 dibabak pertama namun kemudian berhasil menyamakan skor menjadi 3-3. Hingga akhirnya berhasil menang lewat drama adu pinalti.

Mengunjungi destinasi impian, yang mungkin saja akan terjadi sekali dalam seumur hidup, semuanya harus sempurna. Every single moment will be the greatest moment in my life. Maka saya membutuhkan perlengkapan penunjang yang mumpuni. Baik untuk pendokumentasian pribadi maupun materi reportase. Sebagai bagian dari pewarta warga (citizen journalism) di Kompasiana, sharing menjadi tanggungjawab moral yang tidak bisa dilupakan begitu saja.

Keharusan untuk berbagi lewat media social atau blog, saya pikir tidak boleh ‘mengganggu’ travelling saya di Liverpool.  Travelling sesungguhnya bukan hanya datang dan melihat suatu obyek wisata saja. Travelling bukan sekedar visit and go. Datang beli souvenir lalu pulang. Sebuah kerugian besar jika hanya itu yang kita dapat.

Travelling adalah tentang sebuah perjalanan. Mulai dari kita melangkah dari rumah hingga nanti kembali. Maka larutkanlah diri ke dalamnya. Terutama saat tiba di destinasi.

Saya menyiapkan bebeberapa perlengkapan yang saya anggap cukup dan sempurna untuk menemani dan mengakomodir segala keperluan liburan. Perlengkapan yang cukup secara kuantitas tetapi sempurna dari sisi kualitas.

Saya mulai dari yang kadang orang lupakan yaitu bagaimana menjaga mood tetap oke selama perjalanan. Salah satunya adalah mendengarkan musik favorit. Penerbangan selama kurang lebih 17 jam dari Jakarta – London tentu bisa sangat membosankan bukan? Walaupun pesawat menyediakan media sarana entertainment.

Sebuah earphone mungil keluaran TDK berwarna biru rasanya sudah lebih dari sempurna sebagai penghantar lagu-lagu favorit. Untuk urusan audio TDK sejak dulu sudah jagonya. Earphone lebih saya pilih daripada headphone karena ringkas tidak makan tempat. Simpan di saku jaket saja sudah aman.

sumber:electronic-city.com
sumber:electronic-city.com
Earphone bagus itu akan semakin lengkap jika dijodohkan dengan salah satu smartphone terbaik saat ini yaitu Samsung Galaxy S7 warna silver. Saya suka warnanya karena tidak mainstream. Soal performa, ponsel pintar ini sudah tidak diragukan lagi.  Kapasitas memori internal 32 GB dan RAM yang 4 GB sudah lebih dari mumpuni untuk berbagai keperluan. Bagusnya lagi, ponsel ini sudah berteknologi 4G LTE. Kita tahu negara-negara Eropa sudah berada di jaringan ini dalam layanan komunikasi. Satu hal yang patut jadi pertimbangan adalah daya tahan baterainya, 10 jam! Jadi tidak perlu bawa-bawa power bank segala.

sumber:electronic-city.com
sumber:electronic-city.com
Rasanya travelling tanpa sedikit ‘pamer’ pada follower di media sosial  rasanya kurang afdol ya. Ponsel satu ini menunjang sekali untuk bikin Facebook Live. Tidak usaha panjang-panjang, 30 detik nge-live atmostfer stadion Anfield sudah cukup.

Tidak lupa juga berbagi foto menarik untuk follower di Instagram. Kamera depan 12 MP dan depan 5 MP ponsel ini sudah mumpuni untuk menghasilkan foto-foto yang bagus, termasuk foto selfie tentunya.

sumber:electronic-city.com
sumber:electronic-city.com
Nah, sebagai ‘senjata’ utama dalam travelling ke Liverpool ini saya ditemani juga dengan Canon EOS M3. Bodi kamera berwarna putih dengan lensa hitam rasanya sangat catchy. Bobot kamera mirrorless ini terbilang ringan bila dibandingkan dengan kamera DSLR. Handgrip layaknya yang terdapat pada kamera professional membuat kamera ini cukup steady.

Saya sudah mengincar kamera ini sejak Canon EOS M3 dipakai oleh para peserta Photo Face-Off. Sebuah acara kontes fotografi di salah satu saluran televisi. Kamera dengan fitur lengkap sehingga mudah digunakan siapa saja. Ya mana tahu saya perlu bantuan orang lain untuk mengambil gambar.

Kehadiran smartphone maupun kamera mirroless tadi akan sangat membantu menghasikan foto-foto sempurna dalam kondisi yang bisa saja kurang bersahabat secara pencahayaan. Kita tahu cuaca di Liverpool cepat berubah. Kota ini termasuk kota di Inggris yang sering mendung dan turun hujan.

Jadi sebagai traveller kesiapan perlengkapan juga harus dibarengi dengan cukupnya informasi baik kondisi alam maupun kultur social destinasi wisata kita. Ingat bahwa setiap momen harus menjadi sesuatu yang berharga.

Earphone, smartphone, dan kamera mirroless dapat diperoleh di situs Electronic City Indonesia. Harga di sana cukup kompetitif. Juga dapat datang langsung ke toko-toko Electronic-City yang mana sering memberikan diskon besar di akhir pekan dan saat midnite sale.

Jika sudah  sampai ke Anfield dan melihat The Reds bermain secara langsung. Sayang jika tidak mampir ke Museum The Beatles. Jangan mengaku pecinta musik jika tidak mencintai The Beatles! Grup band legendaris yang menjadi inspirasi musisi besar dunia lainnya.

Menjelajah destinasi impian besama perlengkapan yang sempurna adalah sebuah keharusan. Foto dan video yang nantinya akan menjadi bagian dari reportase akan menjadi cinderamata digital yang tidak ternilai. Sebuah legasi yang akan dinikmati oleh siapapun dari generasi ke generasi. Sebuah kesempurnaan travelling bersama electronic-city Indonesia.

facebook

twitter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun