Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ternyata Masih Ada Orang Jujur

1 Oktober 2016   02:29 Diperbarui: 1 Oktober 2016   02:34 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak seperti hari-hari biasa, Jumat (30/9) sedari pagi hingga menjelang siang ada beberapa agenda penting yang harus diselesaikan. Setelah semua urusan kelar, singgalah saya di warung makan untuk sarapan karena pagi tidak sempat karena harus buru-buru berangkat.

Selesai sarapan saya baru menyadari bahwa Hp hilang. Di kantong celana tidak ada, bongkar-bongkar tas hasilnya juga nihil. Segeralah saya meluncur ke tempat persinggahan sebelum ke warung makan. Tanya security dan petugas apakah melihat hp tertinggal ternyata tidak ada. Dikatakan tidak ada orang datang setelah saya pergi.

Sempat saya berpikir apakah petugas bisa saja petugas secuirty tersebut berbohong. Mungkin hp tersebut sudah diambilnya. Kecurigaan saya berawal karena dia bertanya apakah hp saya touch-screen. Aneh khan? Sempat terlintas ingin melihat CCTV di kantor tersebut.

Duh, pikir-pikir apa terbawa istri? Karena sebelum ke sana saya sempat menemani istri untuk sebuah urusan dan beberapa barangnya dititipkan di tas saya. Ketika mengantarnya kembali ke kantor saya serahkan barang-barang miliknya lagi.

Segera saya pacu kendaraan menuju kantor istri. Kenyataannya hp tidak terbawa olehnya. Istri jadi ikut cemas dan dia bilang,”kita ini sudah jatuh tertimpa tangga lagi.” Mengingat sebelumnya kami baru saja mengurus hal pelik yang tidak kami sangka akan terjadi.

Karena pada saat itu istri kebetulan tidak membawa hp jadi saya minta tolong agar nanti sekembalinya ia ke meja kerja ia menghubungi hp saya. Siapa tahu hp tersebut jatuh di perjalanan karena saya merasa di tempat pertama saya menyelesaikan urusan hp masih saya pegang.

Selepas dari kantor istri saya menuju SPBU dimana saya sempat mengisi bensin. Tanya sama operator mungkin melihat ada hp jatuh. Saya sudah pasrah ketika operator tidak melihat ada hp tercecer di situ.

Ikhlaskan, hanya itu yang ada dalam pikiran saya. Mau bagaimana lagi? Untuk nomor-nomor kontak sejauh ini tidak ada masalah karena selalu terback-up secara otomatis. File-file gambar kalau pun hilang tidak terlalu merisaukan karena tidak ada gambar maupun video saru.

Handphone tersebut punya kenangan tersendiri. Itu hadiah menang blog competition di Kompasiana kalau tidak salah 3 tahun lalu. Jelas punya nilai historis tersendiri. Namun jikalau harus hilang saya pikir jodoh saya dengan hp tersebut memang sampai disitu.

Dari SPBU saya menjemput anak-anak pulang sekolah. Sesampai di rumah segera saya menyalakan laptop. Hanya dengan cara itu saya bisa kontak dengan istri melalui facebook. Ternyata ada pesan baru yang mengabarkan hp ada yang menemukan dan ia harus akan segera mengambilnya.

Ceritanya, ketika istri menelepon hp itu diterima seorang laki-laki dan diminta segera mengambil ke alamat yang disebutkan. Istri agak was-was karena ia harus bertemu dengan lelaki itu di sebuah hotel. Maka ia pun meminta tolong rekan kerjanya untuk menemani.

Ternyata bukan harus bertemu di dalam hotel, tetapi di luar hotel. Lelaki itu seorang sopir rental yang mengantar tamu ke hotel tersebut. Ia menemukan hp tersebut di dekat ATM dimana memang kami sempat ke sana sebelumnya.

Menurut lelaki itu, ketika ia menemukan hp itu ada orang-orang yang coba menawar. Tetapi ia menolak karena merasa kasihan pada yang kehilangan. Dan ia berharap si empunya akan menelepon hp tersebut.

Ada tanda terima kasih yang kami berikan kepada lelaki tersebut sebagai ungkapan syukur juga. Awalnya ia betul-betul menolak karena memang sudah kewajiban untuk mengembalikan. Tetapi istri pun ikhlas memberi sebagai ongkos buat ‘ngopi’.

Saya jadi ingat, ada beberapa teman dan saudara yang merasa cukup beruntung ketika menemukan hp di jalan atau dalam angkot. Saya sendiri  pun mengiyakan bahwa itu sebuah keuntungan mendapat hp bagus tanpa harus membeli. Tetapi di satu sisi, hati nurani kita tidak bisa bohong bahwa itu salah.

Tidak semua orang ketika kehilangan hp lalu dengan segera membeli baru sebagai ganti. Tidak semua orang itu kaya, bisa jadi hp adalah salah satu harta mliknya yang paling berharga apapun modelnya. Apalagi melihat seberapa vital fungsi hp pada masa ini. Jujur saja, siang selepas saya mengikhlaskan hp itu hilang, saya hanya berpikir entah kapan dan bagaimana saya bisa punya hp lagi. Benar-benar merasa apes!

Saya beruntung hp saya ditemukan oleh orang yang jujur. Mungkin jika dijual, si penemu akan mendapat uang tambahan untuk dibawa ke pulang ke rumah. Tetapi ia memutuskan untuk berlaku jujur. Sebuah hal yang mungkin sudah jarang saat ini.

Banyak sedikit orang yang jujur itu sebenarnya relatif juga. Beberapa bulan yang lalu saya juga sempat kehilangan hp. Lebih tepatnya kelupaan hp. Pada suatu malam sekitar jam 10, saya kebingungan karena hp tidak ada saat mau memasang waker alarm. Coba miscall, eh ternyata ada yang jawab,” ini pak hp bapak ketinggalan di kedai kami.”

Ternyata hp saya ketinggalan ketika sore saya berbelanja di warung tidak jauh dari rumah. Ibu pemilik warung juga awalnya bingung ada hp tergeletak di meja. Di lihatbackground ada foto anak saya, beliau jadi paham kalau hp tersebut milik saya.

Keesokan paginya saya ambil dan ibu itu bercerita. Ada juga orang-orang yang bilang lebih baik dijual saja hp tersebut. Dia cuma jawab,” Jangan, kasihan, lagi pula yang punya hp ini kadang kemari.”

Bagaimana jika anda mendapatkan sebuah iPhone terbaru yang tergeletak tak bertuan? Sudikah berbaik hati menunggu sang pemilik menghubungi kita kembali? Atau kita menganggapnya sebagai sebuah berkah seperti mendapatkan durian runtuh?

Kejujuran dan berbuat baik memang tidak menghasilkan keuntungan secara langsung yang nyata. Mungkin yang ada kita akan dicap sebagai orang bodoh. Tetapi percayalah, sungguh benar adanya tentang kutipan bijak yang mengatakan “Apa yang kita tabur, Itulah yang akan kita tuai”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun