Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Makan Bersama adalah Suka Cita dalam Kesatuan Cinta

27 Agustus 2016   23:58 Diperbarui: 19 September 2016   16:39 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu lebih variatif menjawab selera kekinian

Dulu ketika masih kecil Bapak selalu mengajak anak-anaknya makan bersama di luar sehabis misa di Gereja. Bukan setiap minggu tetapi hanya pada saat tanggal muda saja. Ya cuman sebulan sekali, maklum saja, pekerjaan Bapak hanya seorang guru jadi mungkin berat jika harus makan di luar sesering mungkin.

Sulit buat saya berkonsentrasi mengikuti Misa di Minggu pertama itu. Pikiran saya sebagai anak-anak sudah tertuju pada bagaimana sedapnya menyantap mie pangsit kegemaran. Lagi pula bosan rasanya harus makan menu masakan ibu yang itu-itu saja.

Tempat makan langganan keluarga kami hanyalah warung bakmi biasa, bukan sekelas restoran mewah. Selain rasanya yang enak, tempatnya juga cukup bersih. Bentuk meja makan kedai mie itu berbentuk lingkaran dan terbuat dari marmer asli. Sehingga kami bisa makan bersama saling berhadap-hadapan.

Selain makan bersama selepas misa di awal bulan. Bapak selalu mengajak kami sekeluarga makan bersama pada momen spesial seperti hari ulang tahun. Dengan vespa birunya, Bapak akan membawa kami bukan lagi ke warung bakmie melainkan ke rumah makan “Jakarta”. Ya, saya masih sangat namanya. Sebuah rumah makan sederhana dengan aneka menu model rumah makan padang. Lokasinya tidak jauh dari pelabuhan kecil kota kami.

Saat makan Bapak selalu bertanya pada anak-anaknya, “Enak ‘nak?” Kebiasaan yang agak lucu karena jawabannya sudah pasti “enak”. Dan setelah sebelum kami beranjak dari tempat duduk untuk pulang, Bapak punya kebiasaan untuk bertanya, “Senang, Nak?” Mungkin sebatas pertanyaan retorik karena anak-anak mana yang tidak senang ajak makan bersama di luar.

Masa kecil saya habiskan di sebuah kota kecil setingkat kecamatan di ujung Pulau Bangka. Tidak ada restoran besar di sana. KFC kala itu hanya sebuah singkatan yang hanya bisa saya baca di surat kabar saja. Sehingga masa itu, makan bersama di kedai bakmie atau di rumah makan “Jakarta” itu sudah ‘wah’ rasanya.

Kenangan 3 dekade silam itu lebih itu sungguh tidak akan pernah saya lupakan. Dan kini, ketika sudah berkeluarga ternyata semua itu seperti terulang. Sekarang saya berganti peran menjadi bapak yang membawa anak dan istri makan bersama.

Setiap makan bersama keluarga saya pasti terkenang pengalaman masa kecil. Seperti sebuah’ lagu indah’ dari masa lalu yang diperdengarkan kembali. Dan akhirnya sampai pada suatu titik di mana saya menyadari makna dari pertanyaan-pertanyaan Bapak tentang bagaimana perasaan anak-anak kala makan bersama. Intinya tentang bagaimana membuat orang yang kita cintai itu bahagia lahir maupun bathin. Kelezatan makanan harus dibarengi dengan perasaan bahagia.

Bagaimanapun jaman dulu tentu berbeda dengan sekarang. Jika dahulu Bapak tidak pernah memberi pilihan di mana kami akan makan bersama sekarang coba sesekali berdemokrasi. Yaitu memberi kebebasan anak-anak menentukan tempat ingin makan di mana. Khususnya pada saat mereka ulang tahun.

Pilihan anak-anak biasanya jatuh pada KFC Mataram Medan. Alasannya bukan hanya karena cita rasa ayam goreng KFC yang pas di lidah. Atau saus sambal dan tomatnya yang begitu khas sehingga rasanya ‘maknyus’ buat cocolan. Tetapi KFC punya sesuatu yang cozy, bikin betah dan nyaman.

Di KFC ini kami pernah menyelenggarakan acara istimewa keluarga yaitu perayaan ulang tahun versi sederhana kami. Tentu saja tanpa undangan, cukup dengan kue tart dan lilin di atasnya. Tidak pernah ada larangan, tidak pernah dipelototin karena kami membawa kue ulang tahun dari luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun