Asa Indonesia sempat muncul ketika Pino Bahari meraih emas di Asian Games Beijing 1990 dalam usia yang sangat muda. Bersama adiknya Nemo Bahari, keduanya lolos kualifikasi ke Olimpiade Atlanta 1996. Sayang keduanya gagal mempersembahkan medali. Setelah itu dunia tinju amatir kita seolah ikut meredup.
Dahulu sempat ada wacana juga bagaimana membina putra-putri Papua secara khusus menjadi atlet potensial seperti untuk cabang atletik dan dayung. Diasumsikan atlet-atlet Papua memiliki kekuatan fisik yang bisa mengimbangi kekuatan atlet-atlet luar. Namun sepertinya tidak berjalan sesuai harapan untuk bisa berbicara ditingkat dunia.
Indonesia pernah memiliki dua sprinter Purnomo dan Mardi Lestari. Kini, tampaknya susah mencari atlet Atletik untuk bisa berlomba di ajang IAAF U20 Championship seperti yang baru-baru ini berlangsung di Polandia
Saat ini olahraga tidak lagi bersandar pada tradisi dan sejarah. Semua negara berlomba melahirkan atlet-atlet berprestasi dengan sangat keras. Mempersiapkan atlet sejak usia dini, ditempa fisik, teknik, dan mental untuk menjadi seorang juara.
Atlet sendiri harus punya motivasi yang sangat kuat untuk menjadi juara. Kita bisa melihat apa yang sudah ditunjukan oleh Owie dan Butet. Spirit mereka sungguh luar biasa, berbanding terbalik dengan atlet bulutangkis kita yang lain.
Olahraga berkembang sangat pesat seiring dengan kemajuan dengan ilmu dan teknologi. Lihat apa yang terjadi dengan tim renang Amerika Serikat. Mereka adalah barometer renang dunia. Selalu lahir kampiun-kampiun kolam renang.
Amerika Serikat tidak melahirkan juara renang. Tetapi mereka MENCIPTAKAN juara renang. Tim ini melibatkan ahli-ahli dari berbagai disiplin ilmu dan memanfaatkan kemajuan teknologi. Contohnya mereka memiliki ahli gizi dan ahli fisioterapi untuk bisa menghasilkan otot atlet renang yang ideal.
Setiap gerakan atau sapuan tangan dan dayungan kaki sewaktu diair berdasarkan teknik yang sistematis yang sudah teruji dan terukur. Jadi bukan soal kekuatan fisik semata.
Jika ingin dunia olahraga Indonesia maju harus melakukan revolusi. Atau kita semakin tertinggal jauh. Vietnam, negara yang baru saja bangkit dari perang saja mampu melahirkan atlet Badminton yang mampu mengalahkan atlet Indonesia. Hal yang tidak akan pernah kita pikirkan 10 tahun lalu tentunya.
Kita terlalu terlena dengan masa keemasan dan kejayaan masa lalu. Lupa bahwa negara lain berpikir bahwa mereka pun bisa melahirkan juara sama seperti Indonesia.
Apa yang kita tidak punya selama ini adalah pemimpin-pemimpin yang benar-benar ‘gila’ olahraga. Coba, siapak Menpora kita yang selama ini benar-benar serius mengurusi olahraga? Yang ada malah dana untuk olahraga habis dikorupsi seperti yang terjadi pada kasus Hambalang. Orang yang menggantikannya pun bukan orang yang mengerti soal olahraga.