Mohon tunggu...
Venusgazer EP
Venusgazer EP Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary freelancer

#You'llNeverWalkAlone |Twitter @venusgazer |email venusgazer@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sumatera Utara "Menggeliat", Optimis Mengejar Kemajuan Pembangunan

13 Juni 2016   21:41 Diperbarui: 19 Juni 2016   15:10 2273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Macet, pemandangan rutin di perempatan Pinang Baris Medan

Indonesia bukan Jawa, Indonesia terbentang dari Papua hingga Aceh. Namun pada kenyataannya bertahun-tahun daerah di luar Pulau Jawa serasa dianak tirikan dalam hal pembangunan. Khususnya  pembangunan infrastruktur. Daerah serasa tidak tersentuh, mereka hanya menjadi penonton terhadap pesatnya pembangunan yang terjadi di Pulau Jawa.

Bagi yang lahir dan besar di luar Jawa tahu betul bagaimana kondisi jalan di daerah. Dulu jalan hanya diaspal menjelang pemilu saja. Itu artinya  1 kali saja dalam 5 tahun. Teknik pengaspalannya pun asal-asalan, jalan hanya seperti dicat dengan cairan aspal panas saja. Hasilnya aspal akan mengelupas hanya dalam beberapa bulan.

Tiga dasawarsa silam, sebelum ada jalan lintas timur, dari Palembang menuju Lampung harus melalui jalan lintas tengah Sumatera. Jalannya meliuk-liuk dengan kondisi yang buruk, termasuk kondisi jembatan-jembatan yang harus dilewati. Lalu masyarakat pengguna jalan merasa lega ketika pemerintah membuka jalan lintas timur yang mampu memangkas waktu tempuh dengan cukup signifikan. Namun entah karena konstruksi atau kondisi tanahnya, jalan lintas timur Sumatera itu cepat rusak. Berlubang dan hilang aspalnya di banyak titik.

Di Jawa agak sulit menemukan Jalan yang buruk terutama untuk jalan kelas nasional dan provinsi. Hampir setiap tahun jalan-jalan di sana diaspal terutama menjelang lebaran. Ambil contoh jalan jalur selatan Jawa di daerah Kebumen. Ketebalan lapisannya sudah luar biasa karena sering dilakukan pengaspalan.

Bagi pelajar atau mahasiswa daerah yang belajar di kota-kota besar di Pulau Jawa tentu paham bahwa ungkapan Indonesia bukan hanya Jawa itu sebenarnya cuma jargon kosong. Kata “pembangunan” dan “pemerataan” tidak pernah seiring dalam pelaksanaan. Hal ini acap kali  menimbulkan pertanyaan, “mengapa daerah kami diperlakukan berbeda?”

Kekuasaan pemerintahan berganti seiring berjalannya waktu. Namun pemerataan pembangunan bergerak dengan sangat lambat. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi pembangunan di daerah perbatasan maupun pulau-pulau terluar Indonesia. Selalu ada alasan dan pembenaran mengapa pembangunan di daerah seperti terlupakan. Salah satu alasan klise adanya perbedaan pada  pendapatan asli daerah, minimnya investasi, serta kualitas sumber daya manusia (SDM). Pertanyaannya mengapa ada daerah yang mempunyai potensi besar, baik itu SDA dan SDM tetap saja ‘kalah’ dibandingkan dengan provinsi yang ada di Pulau Jawa?  Faktor demografis memang tidak bisa dinafikan, namun kita harus sepakat bahwa tidak boleh ada ketimpangan yang begitu ‘njomplang’ antara Jawa dan luar Jawa.

Sembilan tahun menetap di Sumatera Utara menjadi saksi bahwa provinsi ini memang harus berbenah terutama infrastrukturnya. Sebagai provinsi luar Jawa dengan jumlah penduduk paling besar, yang hampir mencapai 13 juta jiwa itu, Sumatera Utara menyimpan modal pembangunan yang sangat besar. Belum lagi potensi kekayaan alam, hasil pertanian dan perkebunan, perdagangan maupun pariwisatanya. Tidak kalah jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa.

Kenyataannya sektor pariwisata Sumatera Utara, baik itu destinasi Danau Toba maupun Nias sebagai andalan, belum digarap secara optimal. Menurut BPS Sumut, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung setiap bulannya rata-rata masih di kisaran angka 10 ribu saja, dan masih didominasi wisatawan dari negara-negara tetangga saja. Dengan potensi yang ada seharusnya Sumatera Utara bisa menggaet lebih banyak lagi turis-turis asal Eropa maupun Amerika. Semuanya itu terbentur sarana prasarana seperti infrastruktur yang buruk ditambah sarana obyek wisata yang kurang memadai.

Pembangunan Indonesia Sentris

Harapan itu datang ketika Presiden Jokowi memberi perhatian yang besar terhadap pembangunan di luar Jawa. Perhatian tersebut beliau nyatakan dalam sebuah komitmen yang tertuang dalam paradigma Pembangunan Indonesia Sentris. Paradigma baru yang intinya Indonesia bukan lagi hanya Jawa. Daerah harus mendapat perhatian yang sama dari pemerintah. Komitmen ini sangat selaras dengan amanat Undang-undang Dasar dan Nawa Cita terutama butir ketiga. Indonesia akan membangun mulai dari daerah terluar, pembangunan di daerah akan menjadi prioritas demi keadilan dan usaha mengejar ketertinggalan.

Sekali lagi, Pembangunan Indonesia Sentris bukan sekedar wacana. Saat ini banyak pelabuhan laut dan bandara udara baru yang dibangun atau direvitalisasi. Sulawesi juga nantinya akan memiliki jalur kereta api mulai dari Sulawesi Selatan Hingga Sulawesi Utara. Berita tentang ground-breaking proyek-proyek di luar jawa menjadi semakin sering kita baca di media. Ini sungguh luar biasa dan melegakan hati masyarakat Indonesia di luar Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun