"Tapi, kadang harus dipahami, kadang emosional adik-adik ini, sebenarnya itu kemarahan mereka kepada Saut Situmorang, yang telah memfitnah, menciderai, merusak, membunuh karakter organisasi Himpunan Mahasiswa Islam yang sudah 69 tahun mengabdi untuk Republik Indonesia ini," kata Mulyadi usai menjadi pembicara diskusi di Gedung DPR, Jakarta.(tribunews.com)
Kutipan diatas diambil dari berita online dengan judul "Ketua Umum PB HMI Meminta Publik Dapat Memahami Aksi Perusakan di KPK"
Astaga, bagaimana bisa ketua umum himpunan mahasiswa sekaliber HMI meminta masyarakat untuk memahami aksi anarkis mereka terhadap KPK? Sebuah bentuk pembenaran bahwa apa yang dilakukan HMI senin (9/5) di gedung KPK dan lempar batu kepada aparat itu sah adanya.
Mahasiswa sebagai agen perubahan dan kelompok intelek ternyata lebih memilih untuk menggunakan jalur ‘otot’ daripada otak. Apakah toleransi terhadap aksi-aksi anarkis HMI bagian pengkaderan mereka? Masyarakat tentu tidak pernah lupa bagaimana HMI, atau sebut saja banyak oknum melakukan perusakan-perusakan fasilitas public di Pekanbaru beberapa waktu lalu.
Gedung KPK dan fasilitas public laiinnya adalah milik masyarakat, dibangun dari uang rakyat. Tetes keringat rakyat dalam bentuk pajak mereka. Kalau begini, apa bedanya HMI dengan ormas-ormas perusak lainnya? Jadi sama dong jika nanti ada ormas melakukan anarkis, lalu ketuanya tinggal meminta masyarakat untuk memahami. Benar-benar tidak masuk diakal.
Melihat berita di televisi, diberbagai daerah massa HMI berdemo membakar ban, menyandera truk tanki BBM. Apakah itu tidak mengganggu masyarakat? Apakah diajarkan di HMI bahwa untuk mencapai tujuan harus dibarengi dengan aksi-aksi anarkis?
Masyarakat kita sedang ‘sakit’, lihat saja kekerasan, kejahatan, pemerkosaan sampai tawuran antar warga hampir selalu ada beritanya di media. Mengerikan sekali. HMI bersetertu dengan Saut, mengapa harus melempari polisi dengan batu hingga luka?
Apakah HMI begitu kerdil? Katanya sudah berumur 69 tahun, tetapi sama sekali tidak menunjukan sebuah kedewasaan sebagai sebuah organasasi besar yang katanya banyak mencetak orang-orang terbaik bagi negeri ini. Sungguh konyol jika HMI yang begitu besar dan tua itu hanya akan ‘terbunuh’ oleh sebuah pernyataan seorang Saut.
Sebagai ketua, akan lebih bijak lebih mendinginkan. Menahan diri terhadap potensi-potensi yang bisa terjadi. Untuk apa demo ke KPK jika jalur hukum sudah ditempuh? Sebagai ketua pasti tahu bagaimana karakter-karakter anggota HMI yang ikut demo itu. Apakah spontanitas? Jika demo sudah bawa cat semprot bisa diasumsikan bahwa pendemo HMI sudah merencanakan corat-coret gedung KPK.
Di negeri ini ada tokoh yang sudah habis-habisan difitnah, dibunuh karakternya, dibuat meme yang tidak senonoh baik oleh sekelompok masyarakat maupun lawan poltiknya. Tapi ia menanggapinya dengan dingin dan bijaksana. Lihat, apa yang Tuhan berikan kepadanya? Dia sekarang ditinggikan dengan menajadi presiden negeri ini.
Ada baiknya HMI belajar dari beliau. Silakan keberatan dengan apa yang dilakukan Saut. Sikapi dengan elegan. Rakyat sudah sudah muak dengan aksi-aksi anarkis. Tolong hilangkan budaya anarkis dari HMI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H