[caption caption="Orang Medan Dukung Ahok"][/caption]Ahok Fenomenal, dan itu tidak bisa disangkal. Ia dibicarakan orang dari Aceh sampai tanah Papua. SAya ingin berbagi sedikit kisah tentang itu,
Setiap Kamis malam kami mengadakan yang acara doa lingkungan. Lebih tepatnya apa yang disebut dengan Ibadat Sabda. Acara tersebut diisi dengan bacaan-bacaan dari Kitab Suci, homili, katakese atau renungan2 singkat. Tidak lupa juga sesi Doa Umat dimana salah satunya adaalah mendoakan Gereja dan Negara termasuk para pemimpin-pemimpinnya.
Karena Doa Umat sudah menjadi agenda wajib maka umat yang mendapat giliran biasanya hanya mengulang-ngulang saja apa yang didoakan. Tidak jauh-jauh dari mohon kesehatan untuk Paus, Uskup dan para pastor. Lalu dilanjutkan buat Jokowi dan para pemimpin masyarakat lainnya. Jika ada yang kreatif maka kadang didoakan pula saudara-saudara kita yang sedang terkena bencana misalnya.
Kamis minggu lalu, saat sedang khusuk dalam Doa Umat, tiba-tiba saya terhenyak. Bagaimana tidak, setelah mendoakan presiden, bapak yang bertugas ternyata melanjutkan dengan mendoakan Ahok! Serius ini, nggak bohong.
Saya coba melirik pada bapak itu yang sungguh khusus memanjatkan doa dengan mata terpejam. Kata-katanya kurang lebih demikian: “ Ya Bapa, lindungilah Ahok dari pihak-pihak yang ingin menjatuhkannya. Kami membutuhkan pemimpin-pemimpin seperti Ahok yang jujur dan bersih…..dst.”
Lumayan panjang doanya dan itu terus terang doa sang bapak tersebut mengganggu konsentrasi saya. Benar-benar doa yang aneh pikir saya dalam hati. Baru tahu saya kalau bapak itu ternyata pendukung Ahok karena seingat saya beliau itu adalah pendukung berat Jokowi.
Ketika acara Ibadat Sabda selesai dilanjutkan dengan acara makan bersama ala kadarnya yang disediakan oleh tuan rumah sembari berbinca ng-bincang hal-hal actual baik itu masalah Gereja maupun politik.
Bapak tadi yang pensiunan PNS dan sekarang nyambi jadi guru agama kembali mengangkat topic tentang Ahok. Sebagai orang yang paling muda saya lebih memilih untuk tidak urun suara, hanya mengamati saja. Terlihat memang banyak yang pro Ahok. Ada satu-dua yang coba melihat dari sisi yang lain, terutama fakta-fakta yang mungkin menjadi kesalahan Ahok dalam kasus RS Sumber Waras dan Reklamasi. Mereka yang ‘agak’ berseberangan sepertinya banyak mendapat bahan dari media-media online.
Bayangkan, bukan warga DKI saja sampai berani untuk mendoakan Ahok secara terbuka. Fenomena Ahok, tidak bisa dipungkiri, sudah menasional. Ahok selalu muncul di televisi, dari pagi sampai tengah malam. Dan masyarakat menunggu berita terbaru tentang Ahok.
Ahok dibicarakan dimana-mana dan oleh berbagai kalangan. Saya pernah mendengar bagaimana seorang sopir angkot ‘ngobrolin’ soal Ahok dengan penumpangnya. Ahok jadi bahan perbincangan orang-orang di kedai tuak.
Entah bagaimana di kota-kota lain, apakah sehangat Medan kala membahas Ahok? Saya pikir orang Medan punya kerinduan akan pemimpin seperti Ahok. Pikir saja, sudah 2 gubernur Sumatera Utara masuk bui karena korupsi. Tidak ketinggalan mantan walikota dan wakil rakyat mereka juga tersangkut kasus korupsi.
Bukan soal urusan korupsi saja. Masyarakat melihat tidak ada kemajuan yang signifikan pada kota dan daerah mereka. Medan jauh tertinggal jika dibandingkan dengan kota-kota lain. Padahal daerah ini punya potensi yang luar biasa.
Masyarakat sudah muak dengan para pejabat dan jajaran birokrat yang tidak pernah bisa bekerja maksimal. Pungli sana sini masih sering terdengar di sana sini. Beda dengan Jakarta, Bandung atau Surabaya yang memiliki pemimpin yang punya komitmen besar pada semangat anti korupsi. Pemimpim-pemimpin yang lebih berperan sebagai pelayan masyarakat.
Nasib Ahok kedepan tidak ada yang tahu. Orang hanya tahu Ahok adalah symbol perlawanan terhadap birokrat-birokrat korup. Mulut Ahok dinilai tidak santun, bahasanya kasar. Tetapi bagi kalangan tertentu bukan hal yang prinsipil.
Apakah Tuhan akan mengabulkan doa si bapak itu? Entahlah.….bisa jadi Dia cuma senyum-senyum. Waktu yang akan menjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H